8

4K 228 0
                                    

Adara pov

Hari ini kembali aku beraktivitas seperti biasa hanya saja hari ini terasa ada yang kurang. Vano sedang ikut mami berlibur dan sekalian bertemu abang rano. Apa lagi mami menawarkan vano untuk liburan dan ketemu papahnya jelas tanpa berfikir dia langsung setuju. Aku pastikan nanti dia akan menghubungiku dan merengek minta di jemput. Karna selama ini vano tidak pernah jauh dariku.

Saat aku menunggu didepan lift aku melihat david yang jalan dengan tatapan yang err...sangat tajam seperti akan memakan orang yang melihatnya.

Ada apa dengannya biasanya dia tidak seperti ini. Aku mengernyit dahi melihat dia yang sudah didepanku sedang apa dia di dekat sini bukankah ini lift karyawan dan diakan ada lift khusus.

"pagi pak david" sapaku tapi dia tidak menjawab bahkan menurutku sepertinya dia sedang melamun.

"pak david"

"david"

Aku sudah mulai kesal dengan david. Aku sentuh pundaknya dan benar dugaamku dia melamun karna saat ku sentuh pundaknya dia kaget.

"dar sedang apa kamu disini?"

Aku mengernyit hell bukankah harusnya aku yang bertanya demikian.

"kamu yang sedang apa disini. Bukankah lift khusus itu yang kamu pakai!! kenapa menunggu disini!!"

Dia bingung mendengar kata-kataku dan dia celingkukan seperti mencari sesuatu lalu menepuk jidatnya sendiri.

David cengengesan dan menarikku ke lift khusus itu. "david apa yang kamu lakukan?" tanyaku karna ditarik tiba-tiba seperti ini. "biar cepat dar. Aku juga butuh teman curhat sekarang!" serunya seraya menekan tombol 30 lalu menyandarkan punggungnya.

"kamu ada masalah vid. Dari kamu datang aku perhatikan kamu melamun."

"hmm aku sedang ada masalah. Papah memberi aku pilihan yang sangat sulit."

Aku mengernyit tidak mengerti maksud david.

"papah memintaku menikah."

Deg

Hatiku sakit bahkan remuk rasanya mendengar dia akan menikah.

"lalu dimana kesulitannya. Bukannya bagus kamu menikah?" meski sakit tapi aku tetap menanyakannya.

"hmm itu dia dar. Papah memberi pilihan antara aku membawa wanita pilihanku atau wanita pilihan papah."

"apa masalahnya vid. Kamu tinggal membawa wanitamu jika tidak ingin dengan pilihan pak rajendra bukan?"

Sakit mengatakan wanitamu pada pria yang aku cintai. Rasanya tubuh ini sudah tidak kuat lagi tapi apa daya toh cinta itu hanya aku yang punya.

"wanitaku itu sudah menghilang 2tahun lalu dar. Bahkan hingga sekarang aku belum berhasil menemukannya padahal aku sangat mencintainya."

Bagai ditusuk ribuan jarum bahkan dadaku sesak mendengar bahwa david sangat memiliki wanita dan dia sangat mencintainya.

Ya allah ini yang namanya sakit tapi tidak berdarah itu. Disaat aku merasakan cinta pada pria tapi kenyataannya pria yang aku cintai malah mencintai wanita yang sudah pergi meninggalkannya.

"dar...adara are you okey?"

"ehh... Em... Kenapa vid?"

Dia menaikan sebelah alisnya.

"ada apa denganmu dar. Aku sedang curhat dan kamu malah melamun."

"maaf aku memikirkan vano tadi." dustaku.

"memangnya ada apa dengan vano? Tidak biasanya kamu seperti ini dar."

"vano sedang ke london dan aku ditinggal karna itu aku memikirkannya"

Saat dia akan menjawab lift terbuka dan kami segera melangkah keluar menuju ruangan masing-masing.

"em david." panggilku ragu saat dia akan membuka pintu ruangannya. Dia berbalik dan menatapku seolah bertanya 'ada apa'.

"mau aku bantu mencari wanitamu itu?"

"tidak usah dar jika kami jodoh aku yakin sebelum hari pernikahanku kami akan bertemu" ucapnya lalu tersenyum paksa. Lalu masuk keruanganya. Aku tersenyum kecut.

Beginikah akhir dari cintaku. Cinta yang baru aku rasakan harus aku lepaskan.

***

Saat ini aku sedang berkutat dengan begitu banyak berkas. Aku heran padahal aku selalu mengerjakannya tapi kenapa setiap hari berkas ini makin menumpuk.

"selamat siang nona yang sangat sibuk." sapa seorang pria aku mendongak dan tersenyum ramah.

"selamat siang juga tuan yang makan gaji buta." jawabku membuatnya terkekeh.

"hei dar kamu sibuk sekali padahal hanya sekertaris lihat zia sekertaris tapi tidak sesibuk kamu." ujarnya sambil melihat berkas yang menumpuk di mejaku.

"aku sih paham jika zia tidak sibuk bosnya aja santai gini." sindirku malah membuatnya tertawa.

"sepertinya aku harus membuat zia sibuk agar tidak disindir nona patah hati ini" kekehnya. Aku menatapnya tajam. Patah hati mana mungkin lagi pula dari mana dia tau aku sedang patah hati ini.

"apaan sih bang siapa juga yang patah hati!" aku mengerucut bibir kesal dengannya.

"waw akhirnya adik manisku satu ini memanggilku abang. Ckck jika sudah seperti ini memang benar patah hati akut sekarang."

Aku mendengus "sudahlah jangan menggangguku tuan gibran yang terhormat" kataku menekankan perkataanku itu yang membuatnya tertawa keras.

Takk

"aawww sakit dek gila kamu ya" gerutunya mengelus kepalanya yang aku jitak kuat.

"biar sadar bang" ucapku ketus.

"baiklah aku sepertinya harus pergi sekarang jika tidak nona patah hati ini akan menjadi singa seperti yang vano katakan." katanya sambil melambaikan tangan pergi. Aku mendelik kesal dengan dia.

Tapi memang benar kata abang gibran aku sepetinya memang patah hati. Bagaimana tidak david pria yang aku cintai akan menikah.
Ingin aku melarangnya tapi bahkan dia tidak tau bahwa aku mencintainya.

Akankan aku bisa melupakan cintaku sedangkan aku didekatnya bahkan memikirkan untuk melupakan cinta ini saja aku mana sanggup.

Aku hanya berharap di tahu aku mencintainya dan dia juga mencintaiku. Oh ya allah kumohon beritahu dia aku mencintainya sebelum dia dimiliki orang lain. Kumohon.

***

I hate you but I love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang