Adara POV
Deg...deg..degg
Kenapa dengan jantung ini. Kenapa berdetak sangat kencang ada apa ini.Aku melangkah masuk kedalam ruangan itu. Disana sudah ada pria dengan baju kemeja biru dengan serius menatap berkas diatas meja.
Apa dia tidak sadar bahwa ada aku sampai melihatpun tidak.Aku berdehem agak dia sadar. Akhirnya dia melihat ke arahku. Tampan sangat tampan dengan mata biru yang sangat indah dan tubuh tegapnya. Baru kali ini aku melihat pria yang tampan selain vano dan rano. Dengan tatapan yang bisa membuat wanita meleleh. Apa yang sedang aku fikirkan dasar bodoh.
"apa anda hanya akan diam disana dan menatap saya nona" katanya dengan tatapan tajam padaku. Sial, kenapa harus terpesona.
"eh... Maaf pak, saya sekertaris pak rajendra. Katanya bapak mencari saya" kataku mendekat ke arah mejanya.
Dia menatapku tajam membuatku menunduk. Bukan karna takut tapi tatapan yang membuat orang seperti terintimidasi itu sangat aku benci.
"Apa anda tau ini jam berapa? Apa seperti ini cara anda bekerja nona adara?"
Dingin sekali pria ini. Sangat berbeda dengan pak rajendra.
"maaf pak sebelumnya. Saya akui saya salah. Tapi, sepertinya saya tidak terlambat datang karna ini tepat jam masuk kantor" dia makin menatapku tajam setelah mendengar ucapanku barusan.
"baiklah kali ini saya akan membiarkannya. Tapi saya harap mulai besok anda harus datang sebelum saya tiba di kantor. Silakan keluar" katanya datar dan kembali membaca berkas di meja.
Baru kali ini aku bertemu pria seperti dia. Aku tarik kembali kata-kataku bahwa dia tampan. Aku berbalik dan melangkah keluar ruangan.
"nona adara" panggilnya saat aku sudah didepan pintu. Aku berbalik menatapnya. "kamu atur jadwal saya hari ini saya tunggu 20 menit" katanya lalu kembali mengerjakan berkasnya. Aku membelalak mata seenaknya dia memerintah bahkan namanya dan apa yang dilakukannya saja aku tidak tahu. Apa-apaan ini.
Aku mengerjakan tugas yang dia minta 15menit kemudian jadwal yang dia minta sudah aku selesaikan. Dia fikir aku tidak sanggup apa mengerjakannya. Aku melangkah menuju ruangan manusia dingin itu. Setelah ada sahutan yang mengizinkanku masuk kedalam. Aku segera masuk kedalam ruangan itu.
"pak ini jadwal anda. Hari ini ada tidak ada rapat ataupun bertemu client anda pak."
"baiklah kamu boleh keluar" katanya tanpa menatapku. Ingin rasanya aku membunuhnya dia sekarang juga.
"kalau begitu saya permisi" izinku lalu segera keluar dari ruangan manusia es itu.
"mommy" teriak anak kecil yang sudah aku tahu tanpa melihatnya.
"hey sayang, mom kangen vano" aku segera memeluknya. "dia bosan dar sama gue. Padahal biasanya lengket ke gue" gerutu zia padaku. Aku terkekeh geli melihat zia yang kesal karna vano yang biasanya senang bermain dengannya.
"vano tumben ruangan mom! Biasanya sama bunda ada apa hm?" tanyaku sambil mengelus punggungnya. "vano bosen bunda sibuk sama ayah bran. Vano mau sama mommy aja" vano memelukku erat dan menyenderkan kepalanya ke dadaku.
"em jadi kesayangan bunda cemburu nih ceritanya" goda zia menoel pipi vano.
"no vano nggak cemburu" elaknya yang membuat aku dan zia tertawa. Vano memang sangat menyukai zia dia juga sangat menyukai gibran kekasih zia yang menjadi wakil Direktur. Tapi saat zia lebih mementingkan gibran dibanding vano maka vano akan cemburu. Dia berfikir harusnya hanya dia yang paling penting.
"baiklah kalau begitu vano sama mommy oke" kataku yang dibalas anggukan vano.
Aku tersenyum pada zia yang berusaha mencium vano meskipun vano selalu mengelak. "hm baiklah kalau vano ngambek pada bunda. Kalo begitu aku kembali keruangan dulu dar. Nanti bos marah aku lama mengantar vano" aku hanya mengangguk.
Setelah zia pergi aku membawa vano tempatku. "vano duduk sini mommy akan buatkan vano susu dulu ya." vano hanya menurut dan duduk di kursi. Aku segera pergi untuk membuatkan vano susu.
Autor POV
Kriinng....kriingg
Telpon di atas meja adara berbunyi. Vano yang saat ini sedang duduk di meja kerja adara langsung mengangkat telpon."hallo opaa yaa, mommy lagi buat susu buat vano. Opa nanti telpon lagi ya" kata vano tanpa jeda lalu mematikan telpon tersebut.
David yang menelpon tadi langsung kaget dibuatnya. Bagaimana bisa malah suara anak kecil yang berbicara dan apa tadi mommy. Apa maksudnya.
Siapa anak kecil tadi kenapa mengatakan mommy. Apa aku salah menghubungi. Tapi tidak mungkin karna sambungan telpon hanya menuju pada telpon dikantor.
Sungguh david bingung dibuatnya. Karna penasaran akan sang pengangkat telpon tadi david memutuskan keluar ruangan menuju tempat adara. Disana sana david melihat anak kecil yang sedang asik bermain robot.
KAMU SEDANG MEMBACA
I hate you but I love you
Storie d'amoreSesakit inikah mencintaimu. Kenapa aku harus kembali merasakan sakit hanya karna sebuah cinta. -Adara Charissa Wirawan-