Libido 8

10.4K 773 56
                                    


Lindan keluar dari dalam mobil mewahnya setelah memarkirkannya.
Pria itu melihat ada mobil Ferrari juga terpakir di dekatnya.

Mobil warna merah yang sudah jelas siapa pemiliknya, Elroy pasti sekarang berada di apartemennya bersama Elliot.

Lindan mendongak melihat ke arah gedung tinggi di depannya.
Dia mendesah dengan nafas berat, sudah 2 hari dia tidak pulang ke sana.
Entah bagaimana ke adaan Elliot sekarang.

Alasan Lindan tidak pulang selama dua hari karena dia belum siap melihat adik kesayangannya berhubungan dengan orang yang paling di bencinya.
Namun sekarang mau tidak mau dia harus melawan mimpi buruk itu.

Dia sendiri yang meminta Elroy untuk tetap melanjutkan hubungannya dengan Elliot.
Karena tidak mau membuat adiknya kecewa.

Keputusannya itu membuatnya harus membayar mahal karena dia berjanji akan memaafkan kesalahan Elroy jika dia mampu membuat adiknya bahagia dan tidak membuatnya terluka.

Lindan berjalan dengan langkah gontai menaiki tangga menuju lantai tiga.

Pemuda itu memegang erat ponselnya yang sudah 2 hari belakangan ini sengaja dia matikan.

Dia sudah berada di depan pintu apartemennya kala Elliot tiba-tiba membukanya.

Wajah sang adik terlihat kacau, air mata masih menggenang di pelupuk matanya.

"Lindan..."
Pekik Elliot langsung memeluk tubuh jangkung sang kakak.
Deraian air mata menyambut kedatangannya.

Membuat Lindan bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi.
Karena wajah Elroy di depannya tidak kalah kacaunya dengan paras sang adik.

Di samping itu dia melihat senyum kelegaan tersungging di bibir tipis Elroy.

"Kau dari mana saja...kami berdua mencarimu kemana-mana..."
Ucap Elliot di sela isaknya.

Lindan membalas pelukan adiknya, kini dia tahu kenapa adiknya sampai menangis seperti itu.
Semua karena dirinya yang tidak pulang.

"Bukannya aku sudah bilang akan pergi selama dua hari...?"
Ucap Lindan mengingatkan adiknya kalau dia sudah sempat memberi kabar pada sang adik sebelum memutuskan pergi menenangkan dirinya dan mematikan ponselnya.

Elliot melepas pelukannya, dia masih tersedu-sedu saat menatap kakaknya.
"Karena kau tidak bisa di hubungi, aku pikir kau marah padaku..."

Lindan mengacak-acak rambut sang adik sambil tersenyum.
"Aku tidak marah, kau tampak kacau sekali..."

"Dia sejak kemarin tidak mau makan dan memaksa untuk terus mencari keberadaanmu setelah kau tidak bisa di hubungi..."

Lindan menatap Elroy sekilas, sebelum kembali memandang adiknya.
"Kau dari kemarin tidak makan...?"
Pekiknya tidak percaya.

"Masuklah, akan ku belikan sesuatu untukmu...kau mau makan apa...?"

"Tidak perlu, Elroy sudah membelikan banyak makanan.
Karena aku tidak selera aku masukkan ke dalam lemari pendingin..."

"Baiklah kalau begitu, biar aku panaskan..."
Lindan berjalan masuk ke dalam di ikuti Elliot yang berjalan di sampingnya.

Elroy segera menyingkir untuk memberi jalan pada Lindan dan Elliot begitu keduanya masuk ke dalam apartemen.
Dia benar-benar merasa lega karena Lindan sudah pulang.

Mereka bertiga barjalan menuju ke dapur.

Lindan sudah meletakkan penggorengan ke atas Stove kala Elliot mengambil makanan dari dalam lemari pendingin.

Sexual Desire (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang