Libido 16

6.7K 568 66
                                    


Warning....!!!

part di bawah ini mengandung konten dewasa.
Mohon tidak melanjutkan membaca bagi yang tidak terbiasa.
Terima kasih.

Jam menunjukkan hampir tengah malam ketika Cony membelokkan mobil mewahnya ke sebuah parkiran di dekat gedung apartemen yang menjulang tinggi.

Pemuda itu menoleh ke arah Elroy yang sedang membuka sabuk pengamannya.

Rasa sayangnya pada pria yang sudah memberikan apapun padanya itu terasa semakin dalam.

Elroy adalah orang yang sudah membelokkan dirinya.
Untuk pertama kali dalam hidup Cony dirinya jatuh cinta pada seorang laki-laki.

Tapi sayangnya, orang itu sama sekali tidak mencintainya.
Dia hanya bersama dirinya ketika sedang sangat kesal pada sikap Lindan ataupun ketika dirinya sedang kesepian dan ingin bersama seseorang.

Tapi sekarang sudah ada Elliot, apakah mungkin dirinya masih punya ke sempatan untuk bersama dengan Elroy.

Walaupun hanya di jadikan tempat pelarian, Cony sudah merasa cukup dengan itu.
karena baginya itu adalah suatu kehormatan sebab hanya dirinya yang di perlihatkan kelemahan-kelemahan Elroy yang bahkan Elliot dan Lindan tidak pernah ketahui.

Elroy memadang Cony yang sedang menatapnya.
Pria itu tersenyum dengan wajah lelah, mengingat beberapa waktu lalu dia baru siuman dari pingsan dan harus mengalami hal menyakitkan dengan melihat Lindan kembali bersama perempuan yang membuatnya cemburu.

"Aku akan mengirim uang ke rekeningmu nanti, terima kasih sudah mengantarku,
Berhati-hatilah saat pulang"
Elroy sudah membuka pintu mobil dan hampir keluar dari sana ketika Cony dengan sigap menyambar tangannya hingga membuat gerakan Elroy terhenti seketika.

Cony tersentak, dirinya tiba-tiba refleks menahan Elroy.
"Maaf..."
Ujar pemuda itu yang dengan segera melepas cengkraman tangannya di lengan Elroy.

Elroy menatap Cony dalam-dalam, dari wajah pemuda berparas tampan di hadapannya bisa Elroy simpulkan jika Cony tidak ingin dirinya pergi, tapi dirinya tidak tahu kenapa Cony bersikap begitu.
"Apa ada yang ingin kau katakan padaku...?"

Tenggorokan Cony terasa tercekat, dia bahkan kesusahan untuk menjawab pertanyaan itu.
Dirinya mengunci rapat-rapat mulutnya agar kata-kata sakral di dalam hatinya tidak pernah keluar.

Biarkan hal itu hanya menjadi rahasia hatinya saja.
Dia tidak mau Elroy makin menderita karena pengakuan cintanya.

Pemuda itu memilih menggeleng sambil membuang muka.
Mimik sedihnya membuat Elroy kembali masuk ke dalam dan menutup pintu mobil itu.

"Aku tidak bisa pergi jika kau bersikap begini, apa ada masalah...?"

Lagi-lagi Cony menggeleng, dia menundukkan wajahnya dalam-dalam.
Dirinya ingin di sentuh, itu yang ada di benak Cony namun tidak bisa dia sampaikan pada Elroy.

Dia melihat pria itu begitu kelelahan,
"Kau tidak perlu mengirimi ku uang lagi, aku tidak suka apa yang ku lakukan untuk mu,kau hargai dengan materi"
Ucap Cony sambil melirik ke arah Elroy sekilas sebelum dirinya kembali melihat ke arah kemudinya.

Elroy terpakur, apa dirinya tidak salah dengar, itu pertama kalinya Cony menolak pemberiannya.
"Kenapa kau bilang begitu, aku memberimu apa yang pantas kau dapatkan bukan karena kau membantuku.
Itu adalah bentuk tanggung jawab ku padamu.
Tanpa dirimu yang selalu ada untuk ku, mungkin sekarang ini aku hanya bisa meringkuk di atas tempat tidur sambil menangis dan meratapi Lindan"

Sexual Desire (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang