Libido 20

6.8K 556 66
                                    


Elroy menutup pintu apartemen milik Lindan.
Pemuda itu segera berjalan menuju tangga yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Bibirnya bergetar dan mati rasa, ada sensasi kesemutan di ujung-ujung jarinya.
Rasa sakit hati membuat tubuhnya sampai bereaksi seperti itu.

Air matanya mengucur tak terhenti, Elroy seperti kehilangan jiwanya.
Langkah pemuda itu terhenti di depan pintu mobil miliknya
Dia mengeluarkan kunci dari dalam saku dan segera memasukkan ujungnya ke lubang kunci tersebut.

Namun karena tangannya selalu bergetar, pemuda itu gagal beberapa kali hingga membuat anak kunci yang di pegangnya jatuh ke tanah.

Elroy terdiam, dia merosot ke bawah, bertumpu pada lututnya.
Suara isak pelan meluncur dari bibir tipisnya.
Dia menahan agar suaranya tidak semakin kencang dengan mendekap mulutnya sendiri.

Apa yang dia saksikan tadi di dalam kamar Lindan terbayang kembali di benaknya.
Pemuda itu meremas dadanya yang seperti tertikam, rasa sakitnya menusuk sampai ke dasar.

Nafas Elroy mulai tidak beraturan, ada darah meleleh dari sudut bibirnya.
Bahkan darah itu sampai menetes ke tanah karena saking banyaknya.

"Aku tidak boleh menyerah sekarang, Lindan belum memaafkan ku"
Desah Elroy meraih kunci mobilnya, dengan hati-hati pemuda itu berusaha berdiri dengan berpegangan pada mobilnya.

Dia menarik nafas dalam-dalam sambil menghapus darah di bibirnya.
Pemuda itu menguatkan diri dengan mengingat ciuman yang tadi di lakukannya dengan Lindan.
"Aku masih punya kesempatan"
Senyum tulus terkulas di bibirnya.
"Dia tadi menciumku, dan itu bukanlah sebuah mimpi, aku pasti bisa membuatnya berpaling pada ku..."

Elroy kembali memasukkan kunci mobilnya, dan kali ini dirinya langsung berhasil.
Pemuda itu segera membukanya dan masuk ke dalam.

Tanpa mau membuang waktu pemuda itu mengendarai mobilnya menuju ke Club malam.
Karena dirinya masih ada tanggungan untuk memberitahukan pada Cony dan Elliot jika dirinya akan menikah.

Jika bisa dia tidak ingin melakukan pernikahan yang mungkin akan membuat kehidupannya semakin berat.
Tapi sebagai seorang teman dirinya tidak mungkin mengabaikan sahabat yang sedang butuh bantuannya.

Elroy tahu benar apa yang akan Cony katakan padanya nanti.
Dia pasti akan memarahinya habis-habisan.
Tapi Elliot, dirinya belum bisa menebak reaksinya.
Yang pasti dia akan membuat kekasihnya itu sangat terluka.

Elroy mengutuk dirinya sendiri atas segala hal yang di perbuatnya,
Hanya karena Lindan dia melibatkan banyak orang.
Terkadang dirinya ingin menyerah saja pada ke adaan.
Tapi dia tidak bisa melepaskan Lindan, rasa cintanya benar-benar bukan perasaan remeh yang akan hilang seiring waktu.

Tapi cintanya adalah perasaan kekal yang sudah mendarah daging.
Elroy tidak mampu mengendalikannya, berapa kalipun dia terluka hingga ingin mengakhiri hidupnya.
Nyatanya pemuda itu tak mempu melakukan hal tersebut mengingat rasa takut tidak bisa bertemu dengan Lindan lebih besar dari sakit hatinya.

Elroy melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
Pukul 10 pm.
Cony dan Elliot akan pulang sebentar lagi, dia harus bertemu dengan Cony terlebih dahulu sebelum berbicara pada Elliot.

******

Cony mendengus kesal, dia mendengar Mr. Clod yang sedang menasehatinya dengan nada yang lumayan tinggi di kantornya.

"Cony, aku tidak tahu apa masalahmu, hingga membuatmu memukul pelanggan, kenapa kau sampai hilang kendali seperti itu...?
Kau bisa menghancurkan tempat usaha ini...!!"

Sexual Desire (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang