Libido 17

6.2K 522 100
                                    


Pagi itu Elroy masih meringkuk nyaman di atas tempat tidurnya kala Sang Ayah menerobos masuk ke dalam kamarnya sambil menunjukkan wajah garang.

Laki-laki setengah baya itu menarik selimut tebal yang di kenakan Elroy hingga membuat pemuda itu terusik dari tidurnya.

"Bangun kau El...!!"
Bentak Mr. Anthoni yang menarik kerah baju putranya setelah berhasil melempar selimut yang di kenakan Elroy ke lantai.

Dengan wajah masih mengantuk Elroy perlahan membuka matanya.
Dia belum sepenuhnya sadar, bahkan peras tampannya nampak biasa saja walaupun dia melihat pria yang ada di depannya menunjukkan kemurkaannya.

"Ada apa Ayah...?"
Desah Elroy malas.

Melihat reaksi pitranya yang seperti tidak melakukan kesalahan fatal itu membuat Ayah Elroy naik pitam.
Mr. Anthoni dengan sekuat tenaga menampar wajah Elroy hingga membuat pemuda itu tersentak.

Dia sampai tersungkur ke atas tempat tidur setelah ayahnya melakukan tamparan yang begitu keras ke wajahnya hingga pipi sebelah kiri pemuda itu memerah.

Elroy melebarkan matanya, pemuda itu kembali menegakkan tubuhnya dengan ekspresi bingung sembari memegang pipinya yang terasa sakit.
"Ayah kenapa tiba-tiba menamparku...?!"
Tanya Elroy tidak mengerti sebab dari tindakan Ayahnya itu.

Mr. Anthoni dengan mimik marah menunjuk ke arah pintu.
"Lihat siapa yang datang...?
Bagaimana Ayah tidak menampar mu, jika kelakuan mu di luar sana sudah seperti binatang...?!"

Mata Elroy mengikuti arah yang di tunjuk Ayahnya.
Di ambang pintu nampak seorang perempuan sedang menangis tersedu di dalam dekapan Ibunya.

Perempuan itu bernama Anna, Elroy kenal betul siapa dia.
Karena gadis itu adalah sahabatnya sedari kecil.

Walaupun mereka tidak seakrab dulu, namun keduanya berteman baik hingga hari ini.

Elroy masih kebingungan, dia menoleh ke arah Ayahnya.
"Memang apa yang terjadi, aku sama sekali tidak mengerti"

Mr. Anthoni menarik lengan Elroy, memaksa putranya itu untuk turun dari atas tempat tidur dan menyeretnya mendekati Anna yang dari tadi gadis tersebut tidak berani melihat ke arah Elroy.
"Berhentilah bersandiwara...Ayah sudah tahu semuanya...!!!"

"Ayah aku bersumpah pada mu, aku tidak tahu menahu soal apa yang kau katakan, Ibu apa yang sudah terjadi...?"
Tanya Elroy kalang kabut.

Wanita yang melahirkannya itu hanya menatap dirinya dengan pandangan kecewa sambil terus merengkuh tubuh Anna.

"Anna...ada apa ini...?!'

Mr. Anthoni yang sudah kehabisan kesabaran akhirnya membentak Elroy.
"Dia hamil...kau sudah menghamilinya.
Kenapa kau masih pura-pura bodoh...?!"

Mata Elroy terbelalak, kali ini dirinya membatu begitu mendengar kabar itu.
Namun rasa marah segera menguasai hatinya, begitu Elroy mencerna ucapan Ayahnya barusan.
"Aku menghamilinya...?
Apa maksud Ayah...?
Aku bahkan tidak pernah menyentuhnya.
Anna...katakan pada orang tua ku jika itu bohong...!!"
Bentak Elroy yang meraih pergelangan tangan Anna dengan kasar.

''Apa yang kau lakukan, jangan sekasar itu padanya.
Ibu tidak pernah mendidik mu untuk berlaku kasar pada wanita,
Kemana sopan santun mu...?!"
Ibu Elroy menepis tangan putranya sendiri hingga pegangannya pada tangan Anna terlepas.

Elroy bergantian menatap wajah orang tuanya.
Pemuda itu mundur beberapa langkah ke belakang.
Ada rasa kecewa yang membuat dadanya sesak.
Dia di tuduh melakukan perbuatan yang tidak pernah di lakukannya.
"Jangan katakan kalian percaya jika aku sudah menghamili Anna..."

Sexual Desire (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang