Libido 27

6.1K 557 78
                                    

Aroma nafasmu, lembut belaimu...
Tatapan mata penuh cinta...
Apakah ini benar kau Lindan...?

Suara mu yang dulu terdengar nyaring kini seperti bisikan-bisikan yang menyejukkan hati ku yang gersang.
Menghapus luka dan menyirnakan semua duka ku.

Kau tidak lagi menatapku dengan penghakiman, tutur kata penuh cinta yang terbungkus dalam kalimat yang ambigu membuat ku mengerti pergolakan batin mu.

Mungkin dirimu kini sedang berperang dengan akal sehatmu.
Kau biarkan aku menyentuhmu, dan kaupun mulai menyentuhku.

Kata cinta tidak lagi bisa menjabarkan perasaan bahagia ku saat ini.
Dan ku tahu benar kau berusaha mengingkari logika mu yang kau bantah dengan ke gigihan perasaan mu.
Yang pasti aku lega kau ada di sini bersama ku.

Walaupun setiap tarikan nafas ini seperti jam yang sedang menghitung mundur.
Tapi semua terbayar dengan kebersamaan kita.

"Aku mencintai mu..."
Kalimat itu sudah seperti mantra penyembuh luka ku.
Walaupun luka di raga ku sudah tidak mungkin terobati.
Aku berharap akan tetap bisa melakukan satu hal untuk mu sebelum aku menutup mata.
Aku mau kau hidup bahagia, melupakan diri ku yang sekarat ini.

Melupakan seorang teman yang dengan lancang memaksamu menerima cintanya.
Dengan egois memaksamu menerima segala cinta yang malah berakhir dengan kehancuran mu.
Maafkan aku soal itu...
Aku memang tidak akan bisa memperbaiki apa yang sudah ku hancurkan.
Tapi tidak berarti aku tidak bisa menata ulang semua.

Walaupun akan menyisakan retakan, walau tidak akan kokoh lagi.
Aku berusaha melakukan yang terbaik untuk mu sebelum ajal menjemput ku.
Ku janjikan itu padamu...

Mata Elroy menatap dalam-dalam wajah Lindan, dia tersenyum dengan air mata bahagia begitu keduanya mengakhiri ciuman mereka.

"Mau melakukannya...?"
Tanya Lindan menawarkan diri.

Elroy menggeleng,
"Tidak, aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama pada mu..."
Pemuda itu perlahan menjauh dari Lindan yang tampak bingung karena Elroy malah menolaknya padahal Lindan bisa melihat dengan jelas kejantanan Elroy yang sudah mengembang di balik celananya.
"Mandilah, aku akan keluar..."

Lindan segera meraih pergelangan tangan Elroy.
"Jangan menyamakan hal ini dengan ke jadian saat itu..."

Elroy tersenyum.
"Karena aku tidak mau menyamakannya, itu sebabnya aku menolak untuk melakukannya"

"Aku bilang tidak apa-apa..."

Perlahan Elroy melepas tangan Lindan.
"Aku kenal kau dengan sangat baik Lindan, aku tidak suka melihat mu mengorbakan diri hanya untuk membuat ku bahagia..."

Tenggorokan Lindan tercekat, dia mengatupkan mulutnya.
Tidak ada lagi suara bentahan keluar dari bibirnya mengingat apa yang di katakan Elroy adalah benar adanya.

Sekali lagi senyum terkulas di bibir Elroy.
"Mungkin hatimu sudah mulai menerima ku, tapi lihat tubuhmu yang tidak bereaksi apa-apa padaku.
Jangan memaksakan diri lebih dari ini, karena kau tidak pantas mengambil peran itu"
Elroy dengan tertatih berjalan menjauh, dia segera keluar dari dalam kamar mandi membiarkan Lindan terdiam di tempatnya dengan perasaan terkejut.

Elroy mencintainya, tidak semata-mata menginginkan tubuhnya saja.
Dan mungkin saja dia malah tidak memikirkan hal seperti itu, entah kenapa muncul perasaan bersalah di hati Lindan.
Karena dirinya menawarkan diri seperti itu, padahal tubuhnya saja seperti menolak kenikmatan yang Elroy berikan dari bibirnya.

Sexual Desire (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang