Jauh

118 9 0
                                    

Untuk orang favoritku saat ini, yang akhir-akhir ini sering mengingatkanku—memaksa lebih tepatnya—untuk makan.

Saat kamu membaca tulisan ini, aku harap harimu menyenangkan.

Jadi begini, surat ini tidak akan aku selipkan di antara buku-bukumu atau ke dalam lokermu karena jarak kita begitu jauh.

Tapi, aku hanya akan mengirimnya dan membiarkanmu untuk membacanya.

Aku tidak pernah percaya dengan cinta sebelumnya. Aku menulis tentang cinta, namun bukan pengalamanku. Mungkin itu pengalaman teman-temanku, yang aku dengarkan dan kutuliskan.

Aku juga tidak ingin menghidupkan sebuah hubungan, seperti saat ini.
Namun, aku akan benar-benar bodoh jika aku menyia-nyiakan kesempatan pada malam itu.

Kamu ingat? Malam itu begitu canggung. Aku, kamu—memulai kita.
Tanganku gemetar, aku bahkan tidak mampu berkata lagi.
Saat itu, aku tertawa sambil berdoa, semoga Tuhan tidak sedang bercanda.

Sayang, jika harimu benar-benar buruk maaf aku tidak bisa memelukmu. Aku benar-benar minta maaf untuk itu.
Kamu pun tahu, aku tidak bisa memberi masukan. Tapi kamu punya aku, kamu bisa bercerita, menggerutu, dan memaki—aku siap mendengarkan.

Karena aku tahu, saat hariku buruk, kamu tetap di sana untuk mendengarku seseguk.

Suatu saat kita akan bertemu, ya?
Aku tahu saat ini kita sedang menatap langit yang sama, menatap bulan yang sama.
Namun, suatu saat nanti, aku ingin kamu di sebelahku menatap jajaran bintang, sambil saling memeluk menghalau dingin.

With love.

----




Cr: Jakarta Keras

Cerita Dalam HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang