Hysteria

889 121 27
                                    

Jarum jam menunjukkan angka lima ketika Seungcheol mengempaskan tubuh letihnya ke sofa. Seharian berkeliling menawarkan barang dari rumah ke rumah membuatnya ingin memejamkan mata sejenak sore ini.

Seketika itu pula wajah Lee Jihoon, tunangannya, terbayang.

Choi Seungcheol membuka mata dan memandangi cincin emas putih bermahkota berlian tujuhbelas karat yang melingkar di jari manisnya. Tampak berkilau diterpa cahaya lampu. Dia bergerak meraih ponselnya, membuka kontak bernama My Little Mochi dan bersiap menelepon.

'Pokoknya jangan hubungi dulu, ya. Aku mau fokus ujian!'

Kalimat yang dilontarkan Lee Jihoon seminggu lalu terngiang kembali, menyurutkan niat Seungcheol untuk menelepon.

Meskipun rindu menggerayangi, nyaris menjebol dadanya, tapi dia tidak ingin mengganggu konsentrasi kekasihnya itu. Dia pun meletakkan kembali ponsel di atas meja dan meraih remote.

'...Pemirsa, pihak kepolisian masih mencari informasi tentang dua mayat tanpa identitas yang ditemukan lima hari yang lalu di sebuah kamar kost. Selain memeriksa tempat kejadian perkara, pihak polisi juga meminta keterangan sejumlah saksi. Diduga—'

Choi Seungcheol mematikan televisi ketika mendengar pintu depan diketuk seseorang.

Sedikit tergesa, pemuda berlesung pipi dua itu langsung melesat keluar dan membuka pintu. Rupanya ada seorang kurir yang sedang berdiri dengan sebuah kotak di tangan seraya tersenyum ramah.

Setelah melakukan serangkaian formalitas penerimaan paket, Seungcheol membawa paket tersebut kembali ke ruang tengah untuk membukanya.

Rasa penasaran membuat Seungcheol mengguncang pelan kotak tersebut, mencoba menerka apa gerangan isi dan siapa pengirimnya.

Namun, di kotak yang bersampul merah muda dengan pita motif polkadot itu hanya tertera identitas penerima. Tidak ada identitas pengirim. Kontan alis tebal Seungcheol terangkat sebelah.

Heran sekaligus penasaran.

Pemuda berkulit pucat itu pun memutuskan untuk membuka kotak tersebut setelah sebelumnya hanya menatap dan menerka saja. Perlahan tapi pasti, jemari Seungcheol bergerak melepaskan pita motif polkadot. Kemudian membuka sampul kotak tersebut.

Rasa penasaran dan curiga berbaur jadi satu, membuat keningnya sedikit berpeluh. Kini yang tersisa hanya sebuah kotak berwarna cokelat. Di penutup kotak itu ada secarik kertas bertuliskan; Happy Valentine, Honey!

Kening Seungcheol spontan berkerut dalam. Dia menarik ujung-ujung bibirnya. Tersenyum simpul.

"Ah, kau ada-ada saja, Jihoon-ah!" gumam Seungcheol kemudian membuka perlahan tutup kotak itu.

Entah kenapa, jantungnya sudah berdebar tak beraturan saja sejak tadi. Bukan main bahagia yang buncah dalam dada pemuda bermarga Choi itu. Senyum seperti enggan beranjak dari bibir plumnya.

Akan tetapi, setelah melihat isi kotak tersebut, jantung Seungcheol seperti pindah ke perut. Matanya membelalak, seperti hendak melompat dari kelopaknya. Dia ketakutan saat melihat dengan jelas apa yang menjadi isi kotak itu; sepotong jari berlumuran darah!

Spontan saja Seungcheol melempar kotak itu jauh-jauh hingga isinya terpental dan kotaknya berhenti bergeser karena terantuk dinding.

Gigil kontan menyapa sekujur tubuh atletis Seungcheol ketika matanya menangkap kilatan yang berasal dari sebuah material yang memantulkan cahaya lampu. Seungcheol memicingkan matanya, berusaha mengenali benda tersebut. Cincin. Itu yang pertama kali terlintas dalam kepala Seungcheol karena benda tersebut yang paling pas dengan ciri-ciri benda yang dilihatnya dari kejauhan itu; berbentuk bulat dan bolong di bagian tengahnya.

Sedikit tergesa, Seungcheol berdiri dari duduknya dan segera bergerak meraih ponsel untuk menghubungi kontak bernama My Little Mochi. Menunggu. Namun, berkali-kali dihubungi jawabannya tetap sama; hanya terdengar suara sang operator yang menyatakan nomer yang dituju sedang tidak aktif atau di luar jangkauan.

Choi Seungcheol memutuskan panggilan dan kembali tergesa. Kali ini dia beralih mengambil remote dan menyalakan televisi. Rupanya kelanjutan berita yang tadi masih tersiar. Dia pun menyimak isi berita tersebut sambil dalam hati berusaha menepis segala kemungkinan buruk yang mulai bermain dalam benaknya.

'...tak ditemukan. Keduanya merupakan pemuda berusia sekitar duapuluh tahun, mahasiswa sebuah universitas negeri di Seoul. Salah satu di antara keduanya kehilangan jari manis sebelah kirinya. Polisi masih mencari pela—'

Seungcheol tampak menggigiti kuku jarinya. Semakin ketakutan. Semakin gugup. Peluh sukses membasahi sekujur tubuhnya. Dia melihat secarik kertas lain yang mengintip dari kotak yang dilemparnya tadi.

Dengan langkah mengendap, Swungcheol menghampiri kotak tersebut dab meraih kertas yang mengintip itu lantas membaca isinya. Ekor mata Seungcheol masih melirik ngeri sepotong jari yang berlumuran darah itu.

'Dear Choi Seungcheol.

Kukembalikan milikmu dan kuambil kembali milikku. Jika aku tidak bisa memilikinya, maka kau pun tidak.

Karena yang bisa memisahkan aku dan Lee Jihoon hanya satu; kematian.

Salam hangat dari sahabat lamamu, Kwon Soonyoung.'

Mata Seungcheol membulat penuh. Perlahan memerah oleh air mata yang mendesak keluar.

Dia kenal pengirim paket itu.

Kwon Soonyoung, sahabat lama sekaligus mantan kekasih Lee Jihoon. Mereka memang telah lama berteman tetapi Seungcheol dengan tega menikam dari belakang; Choi Seungcheol melakukan segala upaya untuk merebut Lee Jihoon dari sisi Kwon Soonyoung hingga akhirnya dia bisa bertunangan dengan Lee Jihoon. Namun, Seungcheol tidak pernah menyangka Soonyoung akan melakukan hal senekat ini.

Rasa kesal, marah, dan juga sedih berbaur menjadi satu.

Bergejolak tak menentu, seolah hendak meledakkan dada Seungcheol. Melemaskan seluruh persedian pemuda jangkung itu hingga akhirnya dia jatuh terduduk pasrah di lantai. Tangannya bergerak mengacak rambutnya sendiri.

Perasaan frustrasi membuatnya hilang kendali atas dirinya sendiri. Dia pun berakhir terengah, kepayahan menahan seluruh luapan emosi negatif dalam dada dan kontan saja membuatnya ingin menjerit sekencang-kencangnya...

"AAARRRGGGHHH...!!!"

enigmatic_
































So,
Would u be my valentine?


























This is my valentine present.
What do u think?

















































Pernah dipublikasikan sebelumnya dengan cast Verkwan.

(dz_16218)

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang