I'm OK

220 31 5
                                    

"Saya baik-baik saja," ujarnya seraya mengulum senyum. Sebuah senyum tulus yang mengembang sempurna hingga sepasang gigi hamsternya yang lebar-lebar terekspos. Memang, jika melihat senyuman seperti itu, semua akan percaya padanya. Semua, termasuk saya.

Dia adalah Kwon Soonyoung, tetangga sekaligus teman masa kecil saya. Tinggalnya tepat di samping rumah saya. Kami lahir di tahun yang sama. Menimba ilmu di sekolah yang sama. Sering sekelas. Bahkan tak jarang kami duduk di bangku yang sama. Ke mana-mana selalu bersama juga. Termasuk ke sekolah, seperti hari ini.

Hujan mengguyur kota seperti air yang sengaja ditumpahkan dari langit. Hawa dingin yang terasa menggigit tulang membuat kami tak bisa lama-lama di luar ruangan. Segera saja saya menahan sebuah bus biru metalik yang langsung membelah jalan, membawa kami ke sekolah.

Sepanjang perjalanan, saya duduk di bagian belakang bus biru metalik menatap jalanan yang basah di belakang sambil terus bertanya-tanya dalam hati. Kira-kira sampai di manakah batasan kalimat 'Saya baik-baik saja' itu? Melihat luka dan lebam di wajahnya, tentu saja dia tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. Entah kenapa saya mendadak gusar sendiri. Terlebih ketika mengingat kembali senyuman yang terukir di wajahnya sebagai penutup kalimat yang diucapkannya tadi karena sebenarnya saya tidak benar-benar percaya dengannya.

Tidak, setelah saya melihat perban melilit pergelangan tangannya ketika Soonyoung menggenggam pegangan bus.

Namun, saya belum berani untuk bertanya lebih jauh lagi. Karena saya dan Soonyoung terlalu jauh dan bus ini terlalu berisik oleh obrolan seputar soal-soal ulangan harian yang dianggap sulit kemarin. Sehingga saya memutuskan untuk menahan diri, juga penasaran yang terus tumbuh dalam kepala saya, dengan mengingat kembali hapalan kisi-kisi ulangan hari ini.

Lima belas menit kemudian, bus sudah sampai di depan gerbang sekolah kami. Dengan berpayung telapak tangan masing-masing, kami menerabas hujan dan berlari kecil memasuki kawasan sekolah. Kwon Soonyoung terus mengekor di belakang karena kebetulan kami satu kelas.

*

Kelas berisik seperti biasa.

Hujan selalu menjadi alasan bagi pemalas untuk datang terlambat. Salah satu orang malas itu adalah guru yang seharusnya mengajar di jam pertama di kelas saya. Namun, jarum jam sudah menunjuk angka sembilan kini, batang hidung guru tersebut belum juga nampak di lingkungan sekolah. Menurut ketua kelas yang tadi dikirimi pesan singkat oleh guru tersebut, kami disuruh belajar mandiri sambil menunggu kedatangannya---atau habisnya jam pelajaran pertama.

Ekor mata saya menangkap siluet Soonyoung yang sedang bermain lempar kertas dengan Junhui, teman sebangkunya. Tanpa sadar saya memerhatikan sekali lagi luka dan lebam yang menghias di wajah tembam seputih pualamnya. Seketika itu pula jawaban dan senyuman yang diberikannya tadi pagi terlintas lagi di benak saya.

'Benarkah dia baik-baik saja?' Sekali lagi saya bertanya-tanya, dalam hati pastinya.

Kwon Soonyoung adalah teman sekaligus tetangga saya. Kami lahir di tahun yang sama dan juga tumbuh di lingkungan perumahan elit yang serupa. Masuk di sekolah dan bimbingan belajar yang sama. Bahkan kami memiliki hobi yang sama; menonton anime dan membaca komik. Dia termasuk anak yang periang, petakilan atau banyak tingkah, dan sangat berisik jika ada kelas kosong seperti sekarang. Sikap itu membuatnya memiliki banyak kenalan.

Kebalikan dari diri saya.

Rumah kami bersebelahan. Di sebuah kompleks perumahan elit yang terletak di sudut kota. Hanya terpisah sebuah dinding setebal lima senti meter. Kamarku dan kamarnya berhadapan. Tidak jarang kami berkomunikasi melalui jendela lebar yang membentang menghadap balkon. Membahas tentang betapa seru anime yang keluar di musim ini atau betapa menyebalkan episode dari komik series yang kami ikuti. Kebanyakan dia yang bercerita. Heboh pastinya. Sedangkan saya hanya menimpali sesekali. Tak jarang saya kelepasan tergelak hebat ketika Soonyoung menirukan tingkah konyol dari karakter anime yang dibencinya.

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang