Suara mobil ambulance membelah kota Tokyo. Mobil itu melaju dengan cepat berusaha menyelamatkan seorang yang tengah berbaring dengan berbagai peralatan medis berusaha mempertahankan nyawa sang pasien.
“hiks..hiks..hiks...Ino... Inoooo! Kenapa kau melakukan itu..?! kenapa?!! Kenapa lagi!!” seorang ibu itu meraung menangis melihat putri nya masih memejamkan matanya.
“Tangan ini... Tangan siapa menurutmu ini! Kenapa kamu selalu melakukan hal seperti ini! Hiks... hiks... lihat dirimu! Apa kamu tidak malu terlihat seperti ini di hadapan ayahmu!” wanita paruh baya itu masih menangisi putrinya, ia memegang wajah putri nya yang masih memakai masker oksigen, sementara tangan yang satunya memengang tangan putrinya yang masih diperban dengan sedikit noda darah.
--
Sementara itu, disisi lain seorang pria tinggi berambut hitam itu masih melangkahkkan kakinya tak tentu arah , wajah dan bibir pemuda itu berdarah dan masih ada beberapa lebam lainnya diwajahnya entah apa yang telah dilakukan oleh pria itu sebelumnya.
--
“Bu kita harus membuatnya tetap stabil” seorang petugas ambulance masih menenangkan sang ibu dari sang pasien yang sedari tadi masih berteriak dan menangis dengan keras.
“Oh.. Ino.. hiks .. hiks... tanganmu! Kenapa kau melakukan itu pada tanganmu! Kamu pikir siapa dirimu! Apa yang kamu pikirkan ! inoo.. hiks... hiks...!!” ibu ini memang keras kepala , dia tidak mendengarkan apa yang petugas katakan sedari tadi , ia masih saja menangis dengan kencang.
“Bu, putri anda tidak akan meninggal hanya karena itu! Kenyataan itu sedikit berbeda dari drama yang ada di televisi !” petugas lain yang berada didepan mengemudi ikut menenangkan walaupun sedikit kesal, karena ibu itu tidak berhenti menangis dan berteriak sedari tadi membuat keadaan menjadi panik saja.
“Sungguh berlebihan,memangnya kenapa kalau terjadi sesuatu yang buruk pada tangan anaknya itu? Apakah dia seorang yang terkenal?” lanjutnya.
“Kamu tidak tahu? Dia adalah seorang pianist keajaiban, pemain piano profesional , yamanaka ino” petugas disampingnya menyahuti.
“Pianist keajaiban? Yamanaka Ino? Aku sepertinya pernah mendengar nama itu sebelumnya” petugas itu menimang mencoba mengingat nama yang disebutkan oleh kawannya tadi.
Ambulance pun akhirnya sampai didepan rumah sakit, para petugas bergegas membawa pasien menuju Ruang gawat darurat, dua orang dari mereka segera menurunkan pasien dan satu petugas lagi menggendong wanita paruh baya yang masih terus meraung menangisi putri tercintanya.
--
Disisi lain pria yang sedari berjalan sambil menundukan kepalanya itu berhenti sejenak melihat didepan nya telah ada sebuah mobil ambulance dan para petugas pun terlihat sangat cekatan membawa pasien nya yang sedang sekarat. Pria itu terdiam saat menatap pasien yang ada diranjang itu dengan tatapan kosongnya.
***
Tahun 1988
Balita berusia 7 bulan itu merangkak menuju sebuah ruangan di kediamannya yang begitu besar, balita itu berhenti didepan sebuah ruangan ketika mendengar dua orang yang sedang berbicara dihadapannya, dia hanya duduk diam dengan polosnya tanpa mengerti apa yang mereka bicarakan.
“Haruskah aku memberikan pelajaran tambahan piano klasik seperti Ino chan? Bagaimana menurutmu Neechan ? apa anak ku ada bakat bermain piano atau tidak ya?" seorang wanita muda berapron itu bertanya kepada wanita yang lebih tua disampingnya , mereka sedang menyiapkan beberapa makanan di dapur.
“Ada bakat atau tidak itu tidak masalah, yang bermasalah adalah keuangan orang tuanya!” wanita yang gemuk dan sedikit lebih tua itu menjawab sembari masih mencuci beberapa sayuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Dust
RomanceTangan wanita pirang itu selalu bergetar tak terkendali . Sementara langkah kakinya masih mengikuti seorang dihadapannya, pria yang membawa sebuah gitar di punggungnya, ia bahkan tidak mengenal dengan jelas siapa pria itu tapi hati dan perasaannya...