Chapter 3

456 26 1
                                    

Hampir seluruh berita di media cetak membicaran penampilan memukau Yamanaka Ino, Gadis muda berbakat yang baru pulang dari Jerman itu disambut dengan baik oleh para penggemarnya di Japan, apalagi awak media yang sekarang sedang gencar gencarnya memuat segala sesuatu tentang Yamanaka Ino, apapun yang dilakukan Ino seolah akan menjadi perbincangan hangat yang selalu menarik perhatian publik.

Setelah selesai konser yang Ino lakukan beberapa saat yang lalu, kini dia berada disebuah ruangan, mengistirahatkan badannya begitu lelah sedangkan tangannya ia rendam dengan air hangat supaya meredakan nyeri dan membuat tangannya menjadi lebih rileks. Baru saja ia ingin mengistirahatkan tubuhnya tapi seseorang yang masuk keruangan itu membuatnya merenungkan niatnya untuk istirahat sejenak.

"Oh putriku... Ino-chan kami, penampilanmu sungguh sangat indah sayang" Seorang wanita paruh baya memasuki ruangan disusul seorang pria dibelakangnya yang tak lain dan tak bukan adalah orang tua Ino.

"Bagaimana bisa kau bermain lebih baik dari biasanya? Ibu pikir kamu akan gugup karena ini adalah kali pertama kamu tampil ditempat asalmu. Oh..ho..ho... Putri kami adalah seorang pahlawan.. pahlawan" Ibu Ino benar benar sangat bangga padanya.

"Aku tidak gugup bu, aku hanya harus lebih fokus lagi pada permainan ku" Jawab Ino dengan sedikit senyum dibibirnya.

"Diluar masih banyak reporter Ino, semua orang masih sangat bersemangat mengantisipasi penampilan pertamamu di America minggu depan. Istirahatlah selagi kamu bisa, Kami akan menyiapkan penerbanganmu ke Amerika segera" Hampir disemua pertunjukan yang Ino buat , Ayahnya lah yang selalu menemaninya.

"Pembohong! Kamu adalah orang yang paling mengantisipasi penampilanku lebih dari para reporter itukan Ayah?" Ino bercanda

"Jika Debut penampilan pertamaku di Amerika berhasil, Ayah pasti akan senang? Bukankah Ayah harus mengatakannya seperti itu. Apa yang aku inginkan sekarang adalah sebuah pelukan darimu Ayah" Yamanaka Inoichi kini benar benar bangga pada anaknya, akhirnya impian yang selama ini ia harapkan benar benar ada didepan mata, anaknya kini akan menjadi pianist terkenal di dunia, Ia memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang.

"Aku bangga padamu, Putriku"

"Danke!!"(terima kasih dalam bahasa Jerman)

--

Ino menjatuhkan dirinya ditempat tidur rasanya benar benar melelahkan, yang ingin ia lakukan hanyalah memejamkan matanya, bahkan gaun yang ia kenakan pun belum sempat ia ganti, ia hanya begitu lelah itu saja.

"Setelah melihat penampilanmu hari ini, Ibu pikir kamu sekarang sudah berada dipuncaknya! Putri kami sudah berada dipuncak kesuksesan! Ibu belum pernah melihat pianist yang sehebat dirimu, Kamu yang terbaik Ino-can! Percayalah pada ibu" Ibunya masih berada di ruangan kamar tidurnya, sedari tadi sang Ibu selalu berbica tentang penampilannya yang begitu memukau.

"Jika kamu bermain Piano di Amerika seperti saat ini..."

"Bu.." Ibunya berhenti berbicara.

"Hmmm....?"

"Aku ingin istirahat"

"Baiklah, silahkan tapi kau harus mandi dulu kemudian istirahat. Apa kamu mau Ibu yang menyiapkan airnya?" Ibunya sedikit khawatir, hari ini Ino benar benar terlihat begitu lelah.

"Tidak usah Bu, Aku akan melakukannya sendiri. Ibu keluarlah. Aku ingin telanjang" Ibunya terdiam.

"Baiklah, Ibu dan Ayahmu ada di kamar sebelah. Jika butuh sesuatu kau bisa memanggil kami" Ino mulai menutupi semua jendela kamar tidurnya dan sang Ibu mulai melangkahkan kakinya menuju luar.

"Bu.."

"Hmm...?" Sang Ibu berhenti sejenak mendengar anaknya berbicara.

"Apakah Ibu pernah melihat lautan?" Ino bertanya pada sang Ibu tanpa menatap wajah sang ibu, ia hanya memandang keluar jendela.

"Tentu saja pernah.! Bukankah Ino juga pernah melihatnya?"

"Aku hanya pernah melihatnya dari kaca jendela hotel. Aku bahkan belum pernah berjalan di atas pasir pantai" Ino berbicara dengan nada yang sedikit sendu.

"Oh... Itu.." sang ibu hanya menjawab dengan sendu.

"Lautan itu... ketika Ibu melihatnya apakah airnya bergelombang?" Ibunya terdiam dia tidak tahu apa yang harus ia katakan pada Ino. Karena kesibukannya, Ino ia bahkan tidak pernah melakukan apa yang ia ingin lakukan. Mengingat itu Ibunya merasa sangat bersalah.

"Ah, maaf kan aku ibu, lupakan itu. Aku pikir aku hanya sangat kelelahan. Jangan masuk sampai besok pagi Bu"

"Baiklah, Istirahatlah dengan nyenyak" Suara pintu tertutup. Kini hanya tinggal Ino sendiri dikamarnya, satu persatu pakaian yang ia kenakan ia lepaskan, dan sekarang ia sudah tidak mengenakan apapun. Ia telanjang. Ino alih alih mandi ia malah menjatuhkan dirinya di atas tempat tidurnya. Pikiran dan badannya begitu lelah tapi entah mengapa matanya masih tidak bisa ia pejamkan.

Ino menekan sebuah remote televisi kemudian ia menyalakannya. Dan disana ada sebuah acara tentang para pemusik.

Jalan pemuda Tokyo!
Disini jalanan yang selalu dipenuhi pemuda dan pemudi yang menyukai musik dan kebebasan.

Ada suatu tempat ditokyo yang selalu membuat jiwa para pemuda meledak. Musik yang begitu bersemangat untuk para anak muda. Persembahan megah untuk para penonton dari hati mereka!

'Aku tidak tahu, tidak ada alasan mengapa kita bermain musik? Kami hanya melakukan karena kami ingin melakukannya. Karena kami menyukai musik'

Dan itulah sekilas curahan hati dari seorang yang mempunyai semangat kebebasan Tokyo indie band....

Ino mulai samar samar mendengarkan suara televisi, matanya kini kian memberat dan kemudian ia sudah tidak mmendengar apa apa lagi. Ia benar benar sudah terlelap.

Waktu berlalu kini sudah jam dua belas malam, tanpa Ino sadari sang Ayah kini telah berada dikamarnya.

"Tidakkah kau merasa kedinginan?" Ayahnya terdiam melihat sang putri tertidur tanpa mengenakan apapun.
Inoichi itu kini menutupi badan sang putri tercintanya dengan selimut tanpa menimbulkan suara apapun, kemudian menoleh sesaat melihat Ino dan meninggalkan putrinya tanpa berkata apapun.

--

Keesokan harinya, sebelum Ino membuka matanya, Ia hanya mendengar suara wanita menangis dikamarnya.

"Aku... Aku hanya tidak tahu mengapa... hiks... aku tidak tahu mengapa..." wanita itu sesekali berhenti berbicara karena tersendak oleh isak tangisnya sendiri.

"Dia... dia hanya bilang.. tidak tahu jalan dengan baik.. hiks ... tem .. tempat penyewaan mobil.. dia tidak percaya dengan... navi.. navigasi .. hiks... jadi dia... dia pergi untuk mengecek... tempat pertama.. hiks...hiks..." Ino masih belum sadar dari bangun tidurnya ia masih terduduk di tempat tidur.

"Apa yang kamu bicarakan Ibu?" Ino masih belum mengerti apa yang Ibunya bicarakan. Yang ia lihat hanyalah ibunya meraung tidak jelas dipagi hari dengan penampilan yang berantakan.

"Hiks... pagi.. pagi ini.. Ayahmu... ayahmu kecelakaan!!" Sang Ibu kini menjatuhkan dirinya dilantai masih dengan tangisannya yang menyayat. Sedangkan Ino hanya terdiam membisu.

Yamanaka Inoichi, Ayahku meninggal dunia...

.
.
.
.
.
.
.
Akhirnya flashback nya selesai Fuiihhh....
Btw Ini cerita bukan sepenuhnya milik saya....
saya hanya terinspirasi dari cerita Manhwa dengan judul yang sama...
Karena ini adalah fanfiction pertamaku...
maaf jika ada salah salah kata atau yang tidak dimengerti *maklum namanya juga amatiran* ^^
Semoga kalian menikmatinya...
Bye...bye...

Diamond DustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang