Tanganku bisa digerakkan kembali... tanganku...
Ini bukan mimpi bukan?
Ini....
Eh....
Bergetar lagi.... tidak bisa digerakkan lagi...
Tidak... mungkin...“Inoo....!!” itu suara ibu.
Aku mohon tanganku bergeraklah kembali aku mohon...
“Inooo!! Astaga Ino.. sadarlah nak!! Toloong! Suster!”
---
4 years ago
-New york-
Ino menenggelamkan tubuhnya dibathup kamar mandi hotel yang ditinggalinya, sudah hampir satu jam ia seperti itu, air hangat dan aroma sabun mandi yang menguap di kamar mandi itu seolah menjadi penenang akan pikirannya yang sedang kalut.
“Maafkan aku...”
“Maafkan aku ayah... aku sangat sedih kamu telah pergi, tapi...” Ino menghentikan perkataannya, air matanya kembali jatuh.
“Aku sedikit... hanya sedikit...”
“tidak... sebenarnya aku sekarang lebih nyaman... tanpamu... Ayah... maaf” Ino menenggelamkan kepalanya.
Pikiran seperti itu selalu menghantui Ino, bukannya Ino tidak sayang dengan Ayahnya, ia bahkan lebih dekat dengan ayahnya ketimbang dengan ibunya, hanya saja Ino tidak bisa mengelak dengan perasaannya setelah Ayahnya wafat, ia seakan terasa lebih bebas. Ino seakan telah bebas dari semua aturan aturan yang dilakukan oleh sang Ayah yang selalu mengekang semua kemauannya serta kehidupannya.
--
“kamu ingin pergi keluar?” tenten bertanya pada Ino. Gadis kuncir dua itu adalah manager Ino, selain sang Ayah yang selalu menemaninya setiap pertunjukan pianonya tenten juga tidak pernah absen bersama Ino, tentenlah yang mengatur semua jadwal Ino.
“keluar, hanya sebentar” Ino hampir tidak memperdulikannya.
“Yah ..! apa kau sudah mendapatkan izin dari aya... ahh... opss” tenten menutup mulutnya, mulutnya itu memang tidak bisa dikontrol. Ino tersenyum mendengarnya.
“Aku hanya keluar untuk mencari udara segar. Jangan khawatirkan aku dan pergilah tidur”
“Ini sudah larut malam, dan ini juga malam terakhirmu, besok pagi adalah pertunjukanmu, kamu harus banyak istirahat supaya penampilanmu bagus pada saat pertunjukan” Ino memiringkan bibirnya dan menatap sang manager.
“mulai hari ini.. aku sudah tidak mau seperti yang dulu lagi tenten” Ino melangkahkan kakinya meninggalkan tenten yang masih terkejut dengan tingkah laku Ino. Tenten merasa Ino sudah berubah. Benar benar berubah.
-
Ino membuka matanya, ruangan ini sudah tidak asing lagi , ini masih di rumah sakit, apa yang terjadi sebenarnya dengannya? Pikir ino.
“Tanganku.. tadi sebelum aku pingsan aku bisa menggerakannya tapi sekarang sudah tidak bisa kugerakkan lagi , apa tadi cuma halusinasiku saja ya?” Ino bertanya pada dirinya sendiri, apa penyakitnya ini semakin parah, sehingga sampai berhalusinasi seperti tadi.
‘mmm~mmm~~mmmm~~’
‘mmm~mmm~~mmmm~~’Samar samar Ino mendengar alunan lagu dari luar ruangannya, bukan suara orang bernyanyi tapi hanya gumaman gumaman yang kecil , merdu dan membuat perasaannya menjadi tenang dan tanggannya bisa digerakkan. Eh tunggu bisa digerakkan?!
“Tanganku” Ino hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya , tangannya yang sedari tadi bergetar tak karuan kini bisa berhenti bergetar dan bisa ia gerakkan lagi. Ini bukan kebetulan sajakan.
Ino bergegas bangun dari tempat tidurnya dan berlari menelusuri lorong rumah sakit berusaha mencari asal suara yang ia dengar , suara ajaib yang bisa menyembuhkan tangannya.
Ino menghentikan langkahnya ketika ia melihat seorang anak kecil yang sedari tadi menyanyikan lagu yang ia gumamkan sedari tadi. Anak kecil itu berhenti bergumam dan tangan Ino kembali bergetar.
“hey.. anak kecil..” Ino memanggil anak kecil yang memakai pakaian rumah sakit yang sama seperti Ino itu kini menatapnya.
“lagu itu.. lagu yang kamu gumamkan.. sebernarnya itu lagu apa?” Ino bertanya padanya. Anak itu sejenak terdiam kemudian ia menjawabnya.
“ah.. kakak itu yang mengajarkannya padaku, kakak yang selalu mengeluh sakit pada kepala nya”
“Sai, kakak itu bernama Shimura Sai”
Sai... Sai... sepertinya nama itu sudah tidak asing lagi... siapa dia sebernarnya?
.
.
.
.
.
.Akhhhh... tadinya sih mau nggak dilanjutin wkwkwk... tapi berhubung ada yang koment .. jadi sedikit termotivasi untuk melanjutkannya lagi.... 😂 terimakasih yang sudah membaca dan memberi komentar... 🙇🙇🙇
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Dust
RomanceTangan wanita pirang itu selalu bergetar tak terkendali . Sementara langkah kakinya masih mengikuti seorang dihadapannya, pria yang membawa sebuah gitar di punggungnya, ia bahkan tidak mengenal dengan jelas siapa pria itu tapi hati dan perasaannya...