“Sai. kakak itu bernama Shimura Sai” Ino mendengarkan bocah itu berbicara sambil mengikuti nya berjalan entah kemana tujuannya.
“Dia sering datang ke rumah sakit”
“Dia pernah dirawat dirumah sakit beberapa waktu yang lalu, kemudian dia keluar dari rumah sakit setelah kondisinya lebih baik”
“Sangat menyenangkan jika Niichan datang kemari, kami selalu bermain bersama setiap hari” anak itu masih berbicara sembari berjalan menyusuri tangga.
“Kenapa dia sering datang kemari?” ucap Ino penasaran.
“Dan kapan dia akan datang kesini lagi?” lanjutnya
“Niichan bilang dia akan datang ketika dia dia tidak punya jadwal kesibukan atau apapun, dia pasti akan kesini”
--
Sai masih terus membersihkan piring piring kotor yang masih menumpuk di depannya, hari minggu sungguh melelahkan untuknya, karena restoran tempat ia bekerja selalu ramai pada saat hari libur.
“huh..” sesekali ia memegangi kepalanya , ia lelah dan sedikit pusing kalau saja ia mempunyai banyak uang ia tidak akan bekerja sampingan seperti ini.
Seorang pengantar piring datang lagi untuk menaruh mangkuk kotor yang harus ia bersihkan.
Sai melihat sebuah koran bekas yang tidak sengaja pengantar itu tinggalkan diatas mangkuk kotor, sebuah photo koran yang memperlihatkan seorang wanita lebih tepatnya pianis wanita .
“Yamanaka Ino..?” Sai membaca koran itu , nama Yamanaka Ino sepertinya sudah tidak asing lagi baginya.
--
“Aku selalu bertanya padanya , kenapa dia selalu datang padahal dia sudah sembuh ‘Aku selalu lupa.. akh.. aku sungguh sangat bodoh’ itu yang ia katakan, hehe.” Ino masih mengikuti anak itu kesebuah tempat, anak kecil itu bilang mereka ingin ketempat rahasia mereka berdua.
“Berhenti disini, kita sudah sampai, aku bermain setiap hari bersama Sai niichan disini” Ino heran ia berhenti didepan sebuah pintu kecil yang hanya bisa dilewati dengan cara merangkak . Benar benar tempat rahasia.
Ino terkejut melihat ruangan itu, diluar nampak kecil tapi setelah memasukinya ruangnya cukup besar, didalam ruangan itu terdapat berbagai alat musik seperti piano, drum dan gitar. Ternyata ada tempat seperti ini juga dirumah sakit.
“Ini keren kan?” Ino hanya bisa mengangguk.
“Onechaan tahu bagaimana cara bermain piano? Mau aku mengajarkannya padamu hm~?” Anak itu menaiki bangku dan menekan tuts tuts piano dengan tangan kecilnya.
“Mereka bilang , mereka menggunakan ini untuk membantu menyembuhkan orang sakit , tapi mereka kemudian bilang sudah tidak bisa menggunakan piano ini lagi, jadi Sai niichan lah yang selalu menemaniku dan mengajariku bermain piano. Dia bilang 'ayo kita bermain bersama selamanya', tapi kemudian dia sudah tidak muncul lagi hmm~” anak itu mengerucutkan bibirnya. Ia pasti kecewa .
“kakak itu... apa kamu sangat menyukainya? Apa kamu sedih ketika kakak itu tidak bisa datang kemari lagi hmm?” Ino menatap anak itu kecil itu.
“Apa neechan yakin , nechaan tidak menyukai Sai niichan lebih dari pada aku menyukainya?” Ino terdiam, mencerna apa maksud dari anak kecil dihadapannya itu.
“Kenapa neechan selalu bertanya tentang Sai Niichan? Apa Neechan menyukai Sai Niichan?”
“Tidak” Jawab Ino . Tangannya berusaha menekan tuts piano.
“Neechan, apa Neechan menyukai piano?”
“hoo... yeah..”
“Semasa hidupku , aku tidak pernah menyukai seorangpun... aku hanya... ah... sebenarnya apa artinya menyukai.. seseorang? Apakah itu sama dengan seperti menyukai piano? hiks.. hiks..” Ino sebenarnya malu mengapa ia bisa bisanya menangis dihadapan anak kecil.
“Didalam kehidupanku yang kutahu hanyalah sebuah piano.. hiks..hiks... yang kutahu hanya itu.. hiks.. lalu.. apa yang seharusnya aku lakukan? Hiks... hiks...” anak itu tiba tiba mendekati Ino dan menepuk punggung Ino berusaha menenangkanya tapi tangisan Ino malah semakin kencang.
“Aku... aku harus bertemu dengan kakak itu.. ada sesuatu yang harus kutanyakan padanya”
“Aku akan membantu Neechan. Jadi berhentilah menangis” Ino mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk . Melihat anak kecil itu memegangi tanganya.
“Ini.. apakah ini yang disebut sebuah teman? Hiks..” Ino masih mengelap air matanya.
“yeah.. ini adalah sebuah pertemanan. Aku punya banyak teman seperti mu Neechan, Perawat neechan, dokter neechan, pasien neechan, neechan yang sudah meninggal, aku akan memperkenalkan semuanya padamu Neechan ” Anak itu tersenyum dengan menunjukan gigi ompong satu nya. Terlihat sangat lucu.
“Namaku Konohamaru, Sarutobi Konohamaru”
“Namaku Yamanaka Ino” jawab Ino tersenyum sambil mengelap air matanya.
--
“Aku ingat sekarang, Yamanaka Ino” Sai membandingkan buku catatannya dengan koran yang ia lihat tadi, wajahnya tampak marah mengingat itu.
“Pianis Keajaiban yang mencoba bunuh diri.. cih .. dasar sampah” Sai meremas dan membuang koran itu.
Ia kembali melanjutkan mencuci piring kotor yang masih belum ia selesaikan tadi, tapi baru sebentar saja ia bekerja, kepalanya sudah mulai berdenyut lagi. Sial.“Akh...tch... kenapa dunia ini sungguh tidak adil” Sai kembali memengangi kepalanya yang semakin terasa sakit, ia berpengang pada wastafel, tapi semua nya percuma pandangannya semakin kabur dan seakan disekelilingnya berputar, Sai sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi, yang terakhir ia dengar hanya lah sebuah piring pecah dan setelahnya ia tidak ingat apa apa lagi.
--
“Menurutmu kapan dia akan datang kembali?” ucap Ino.
“Bagaimana caranya supaya aku bertemu dengan orang itu? Aku harus bertemu dengannya. Apapun yang terjadi!”
“Neechan, kamu orang sangat hebat?"
“Itu karena aku membutuhkannya. Dan apapun yang terjadi aku harus bertemu dengannya.” ucap Ino yakin.
.
.
.
.16.04.18
00:13
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Dust
RomanceTangan wanita pirang itu selalu bergetar tak terkendali . Sementara langkah kakinya masih mengikuti seorang dihadapannya, pria yang membawa sebuah gitar di punggungnya, ia bahkan tidak mengenal dengan jelas siapa pria itu tapi hati dan perasaannya...