Chapter 5

421 27 0
                                    

“Shimura Sai?!” Sai menghentikan langkahnya ketika seorang Dokter yang ia lewati barusan memanggilnya.

“Siapa kamu?” Ucap Sai, seingatnya ia tidak pernah bertemu dengan dokter itu. Atau memang ia yang melupakannya.

“Kenapa kau datang kemari? Terutama untuk saat ini, hari ini. Kami sedang sibuk sekarang” Ucap sang Dokter, tapi yang ditanya hanya diam sambil menatap sang Dokter dengan tatapan yang tajam.

“Jika kamu tidak mempunyai alasan untuk datang kemari, sebaiknya kamu pergi” lanjut Dokter. Sementara  Sai masih menatap sang Dokter tanpa mengatakan apapun.

“Aku hanya... Oh Astaga...” Dokter mengembalikan badannya. Ia baru ingat ada pasien yang menunggunya di ruang operasi. Sai masih terdiam melihat sang Dokter berlari menuju ruang operasi.

--

“Operasinya berjalan dengan baik. Jika dia dirawat beberapa hari lagi dan beristirahat dengan baik lukanya pasti akan menutup dengan sendirinya” Jelas Dokter pada keluarga pasien.

“Aku mengerti, Terima kasih banyak Dokter” Kurenai membungkukkan badannya sembari mengucapkan terima kasih kepada sang Dokter.

“Piano...? Apakah dia masih bisa bermain piano?” Yamanaka Noriko kini berbicara, walaupun kini ia sudah tidak menangis lagi tapi lihatlah dirinya, Ibu itu terlihat sangat berantakan.

“Ya, itu tidak menjadi masalah. Namun luka yang ia buat kali ini lebih dalam dari sebelumnya”

“Lebih dalam?”

“Kali ini dia melukai dirinya sendiri dengan lebih serius” Sang Dokter kini terdiam melihat Ibu Yamanaka itu kembali bergetar dan menangis.

“Hiks .. hiks... Ini semua salahku... Aku telah membawanya ke pantai... Hiks... hiks... Ayahnya Ino ... Ayahnya Ino... aku tidak bisa mengurusnya dengan baik Hiks...Hiks... Itu semua kesalahanku...!” Yamanaka Noriko kembali menangis.

“Itu tidak benar Nyonya, kenapa Anda selalu berbicara seperti itu” ucap Kurenai berusaha menenangkan.

--

Sementara itu diruang rawat, Ino kini telah membuka matanya Ia merasa seluruh badannya begitu lemas, Ia tidak mengingat apapun apa yang terjadi padanya, tangan kirinya terasa sakit, Ino melirik tangannya yang telah diperban. Setelahnya ia baru ingat apa yang ia telah lakukan sebelumnya, Ia sudah tidak peduli lagi sekarang, yang terpenting adalah ia ingin pergi dari ruangan ini. Disini sedikit gelap dan itu membuatnya merasa pengap.

“Ibu...” Ino memanggil Ibunya.
Tidak lama setelah itu Ibu nya memasuki ruangan bersama dengan Guru Kurenai.

“Ino..! Ino sayang kau sudah bangun nak?” sang Ibu tergesa menghampirinya ia takut terjadi apa apa pada Ino.

“Ibu... Apakah disini tidak ada jendela? Disini... disini benar – benar pengap” ucap Ino dengan suara sedikit ketakutan.

--

Sementara itu diruang rawat inap lain seorang perawat berambut merah muda sedang memapah nenek yang kesulitan berjalan dengan hati-hati.

“Nenek, Bagaimana dengan perutmu sekarang? Apakah sudah merasa sedikit baikkan? Nenek datang kemari karena sakit perut, memangnya apa yang nenek makan sebelumnya?” Sebagai perawat yang baik, Sakura nama perawat yang sekarang sedang bertugas itu baru saja mengantarkan seorang nenek ke kamar mandi ia merasa kasihan karena nenek sendirian diruangan itu, nenek itu bilang cucunya sedang mengambil beberapa pakaian dirumah, jadi Sakuralah yang membantunya.

“Cucu ku Dia tidak memakan semua pizza nya, Jadi Aku pikir aku ingin mencoba memakannya sedikit..” Jelas nenek.

“Oh astaga jadi karena pizza? Untung saja tindakan yang kami lakukan sangat cepat. Jadi nenek bisa sembuh dengan cepat. Nenek hanya perlu berbaring sebelum nenek pulang... HUAAAAAA!!!!!” Sakura hampir saja berlari dengan cepat kalau saja ini bukan rumah sakit dan ada seorang nenek disampingnya.

Diamond DustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang