2. Siapa Dylan?

578 7 4
                                    


Aku hubungi Dylan via whatsapp, sekitar jam 8 malam pesanku baru dibaca Dylan. Aku lupa persisnya aku bilang apa ke Dylan, yang jelas aku meminta untuk ganti jadwal siaran atau minta ganti pasangan siaran. Dylan tanya alasanku apa, aku jawab seperti yang sudah aku jelaskan diawal. Setelah semalaman bahas jadwal siar itu, akhirnya Dylan mau mengerti dan jadwal siarku diganti.

Oh Iya aku lupa mengenalkan Dylan siapa, dia kakak tingkatku di Radio Komunitas itu.
Dia tidak terlalu tinggi, tapi bisa dipastikan tinggi badannya lebih dari 160 cm, warna kulitnya lumayan terang, lebih terang dari warna kulitku, hahaaha. Pipinya kelihatan mulus dari jauh, tetapi kalau dipegang eh kok tidak semulus yang dibayangkan. 😂
Hidungnya tidak pesek tapi kalau untuk dibilang mancung, nanti dulu kali ya. Ya ukuran hidungnya terbilang cukup lah untuk mempertampan wajahnya.
Di alisnya ada bekas luka, aku lupa itu yang sebelah mana. Sepertinya yang sebelah kiri. Lucu, mirip Charlie Puth (alisnya doang tapi. Hahahaha)
Di dahinya juga ada bekas luka, seperti bekas goresan.
Di kakinya juga ada bekas luka, dipunggung kaki sebelah kanan kalau tidak salah, kalau salah berarti punggung kaki sebelah kiri. Entahlah, ada banyak sekali bekas luka di Dylan, mungkin karena dia hyperactive sejak  kecil.
Matanya sipit, agak chinesse. Cara Dylan berbicara khas sekali orang Jawa Tengah.
Dadanya cukup bidang, tapi perutnya memang tidak six pack. Dia memang jarang berolahraga, maklum saja.
Tangan Dylan tidak sekasar tangan laki-laki pada umumnya. Dylan ini beda, unik, lucu, menyebalkan, uuummmhhh, Ah sudahlah, nanti juga kamu bisa menilai sendiri Dylan seperti apa kalau sudah baca cerita ini sampai selesai.

*_*

Setelah jadwal siarku selesai diganti, entah kenapa aku dan Dylan masih lanjut cuap-cuap di whatsapp. Obrolan kita terus berlanjut sampai esoknya, aku juga bingung masalah jadwal siar sudah selesai tapi ada saja yang dibahas, sampai akhirnya Dylan memancingku untuk menceritakan satu hal. Tentang kenapa dulu aku pernah hampir keluar dari Radio Komunitas itu.

*_*

Flashback sebentar ya, Dulu aku pernah hampir keluar dari Radio. Dengan alasan yang mungkin hanya bisa dimengerti olehku saja.
Waktu itu awal semester baru, aku masuk semester tiga. Di Radio ada acara Penerimaan Crew Baru (PCB). Aku dan salah satu teman dekatku, Franda tergabung dalam satu kepanitiaan acara itu. Aku jadi seksi acara dan dia jadi seksi dekdok - dekorasi dan dokumentasi (kalau tidak salah). Entah karena kita tidak satu seksi atau bagaimana, hubungan aku dan dia mulai agak renggang. Setiap kali selesai rapat, dia selalu makan bareng dengan teman - teman yang lain tanpa ngajak aku. Pernah sekali aku ikut gabung makan sama mereka, dan jujur aku tidak paham sama sekali tentang obrolan mereka, tapi Franda enjoy sekali disana, terlihat sangat menikmati makanan juga obrolannya. Sedangkan aku? Aku bengong - Menyedihkan.

Sampai beberapa hari kemudian, aku enggan untuk datang rapat ke Radio, sebenernya bukan gara - gara tidak paham dengan obrolan sewaktu makan bareng itu, bukan karena mereka yang abai padaku juga, itu tidak masalah untukku, penyebabnya lebih karena Franda seakan - akan lupa punya teman aku.

(Kayaknya aku harus jelasin dulu deh awalnya gimana tentang aku dan Franda. Biar kamu nggak bingung).

*_*

Rindu Dylan, 2017 [Belum Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang