Selasa pagi setelah kejadian malam itu aku baru sadar. Iya, aku yang salah, aku yang pelupa parah, aku yang memaksakan kehendak, aku membuat Dylan marah semalam. Dia marah bukan karena aku pergi ke rumah Linda dan lupa dengan rencana nonton kita, tapi lebih karena dia khawatir dengan keadaanku disana.
"Maaf Mas, Mas nggak usah ngambek"
"Udah dibilangin nggak usah pulang, maksa pulang"
"Ya kan aku pengen nonton, lagian juga udah direncanain dari kemaren - kemaren"
"Aku tau kondisi jalanan arah rumah temenmu itu, cuacanya juga lagi nggak baik, apalagi pake transportasi umum, susah aksesnya, kamu kok nggak peka kalo diperhatiin, harus banget diperjelas segala bentuk perhatiannya"
"Oooh, gituuu. Makasih ya, hehe"
Aku langsung kegirangan tak karuan, senyum - senyum sendiri didepan lemari kamar kostku. Untung teman sekamarku sedang mandi, aku jadi tidak terlalu malu menjadi seperti orang setengah waras.
*_*
Beberapa hari kemudian aku masih menginginkan hal yang sama, nonton sama Dylan di bioskop. Aku sama sekali tidak mempermasalahkan film dengan genre apapun untuk ditonton, - asal itu dengan Dylan, aku mau saja.
Saat itu rasanya ingin selalu didekat Dylan, tapi aku belum berani menyebut itu cinta, aku takut ketertarikan itu memang hanya sementara atau parahnya hanya aku yang punya rasa. Jadi aku mencoba untuk biasa saja bersikap dengan Dylan.
Awal April ternyata ada film horror terbaru di bioskop, aku iseng - iseng menawari Dylan untuk nonton film itu, judulnya Danur. Aku yang takut nonton film horror seketika jadi berani nonton gara - gara pemeran utamanya Prilly Latuconsina, si kecil cantik dan imut itu sudah mematahkan ketakutanku. Ternyata Dylan juga tertarik untuk nonton film itu, akhirnya kita rencanakan lagi nonton film, entah itu akan benar - benar terjadi atau cuma wacana seperti yang sudah - sudah. Kali ini aku tidak begitu berharap - tidak seperti sebelumnya, aku hanya takut nanti akan kecewa parah ketika berharap lebih.
*_*
Senin malam kebetulan Dylan tidak ada rapat dengan teman - teman KKNnya. Waktu itu Dylan mengambil KKN (Kuliah Kerja Nyata) alternatif, tempat pengabdiannya memang tidak begitu jauh dari kampus, masih bisa ditempuh sekitar satu jam dari kampus. Sembari aku keluar beli makan malam dengan teman kosktku, aku juga chatting sama Dylan membicarakan hal tidak penting seperti biasanya, tiba - tiba kita kepikiran untuk nonton film Danur saat itu juga.
"Otw"
"Iya, hati-hati Mas"
Beberapa menit kemudian aku tidak membalas pesannya. Tiba - tiba sekitar 19.30 Dylan sudah ada didepan kostku, aku baru sampai kost beberapa menit kemudian, aku buru - buru ke kamar, cek pesan masuk di whatsapp, Oh My God ! banyak spam chat dari Dylan berjejer disana.
"Woy. Onto, cepet" (Jawa : Onta / Unta)
"Satu,"
"Dua"
"Tiga"
"Onto, suwi" (Jawa : Onta, Lama)
"Tak tinggal ae lah" (Jawa : Aku tinggal aja ah)
"Onto, 1, 2, 3"
Ahh, Dylan benar- benar membuatku tak tenang, sekaligus dag-dig-dug bahagia.
Oh iya, aku tidak tau alasannya kenapa Dylan memanggilku dengan sebutan "Onto" yang dalam bahasa Indonesia kita sebut "Unta". Mungkin karena aku jarang minum kali ya kaya Unta. Haha.Setelah masuk kamar, aku ganti baju dan setelah selesai langsung keluar menemui Dylan lewat pintu samping kostku. Aku berlari dan mendekat ke Dylan.
"Ya ampun, Mas. aku lupa bawa helm, hahahaa, bentaaarrr"
Aku buru-buru lari mengambil helm yang ketinggalan dan yap ! . aku langsung duduk dibelakang Dylan dan dia langsung melejitkan motornya untuk berburu tiket film Danur. Ditengah jalan ternyata gerimis turun tak terduga, aku sedikit mendekatkan tubuhku ke Dylan diatas motor itu, tidak ku peluk dia, tidak ku lingkarkan tanganku ke tubuhnya. Sesekali aku hanya pegang bahunya ketika dia tiba - tiba ngerem mendadak, kadang aku juga pegang saku jaketnya saat melawati turunan curam. Aku masih canggung, merasa bukan siapa - siapanya dan tidak pantas jika aku melakukan itu padanya. Ah sudahlah.
Beruntungnya gerimis itu tidak begitu deras, karena kalau sudah deras namanya bukan gerimis lagi, tapi hujan.
Setelah sampai Mall Ciputra - Simpang Lima, aku langsung naik ke lantai tiga dan akhirnya sampai pintu masuk bioskop.
"Pak, tiket film Danur masih ada nggak ya?" aku bertanya pada Pak satpam yang kebetulan berdiri dibelakang pintu masuk bioskop.
"Sudah habis Mbak, besok lagi saja" Pak satpam menjawab sembari senyum.
"Yahhh" aku langsung melirik Dylan, menunjukan kekesalanku.
"Ya sudah Pak, Terimakasih"
Disana aku ngomel - ngomel tak karuan. Dylan hanya mendengarkan sambil senyum - senyum.
"Kamu sih, tadi lama" Dylan mulai iseng menyalahkan.
"Lha, kok aku, orang sebentar kok, ini emang filmnya aja yang cepet abis tiketnya. Haha"
"Terus ini mau kemana?"
"Nggak tau Mas, masa pulang baru juga setengah Sembilan"
"Ya mau kemana? Muter - muter Simpang Lima?"
"Hih, ngapain? Kayak orang ilang"
"Ya kemana terus maunya?"
"Ya udah deh pulang aja"
"Ya udah, yuk"
Aisshhhhh, dia yang kurang peka atau aku yang kurang kasih kode? Aku pengen jalan - jalan dulu sebenarnya tapi bingung mau pergi kemana, dan Dylan juga tidak punya rekomendasi tempat bagus. Akhirnya kita pulang dengan tangan kosong.
*_*
Keesokan harinya, kita chatting seperti biasa. Melihat keadaan sore hari yang cerah, aku singgung Dylan soal nonton film Danur.
"Mas, ini kayaknya cerah deh, nggak bakal ujan, nontonnya nanti malem aja ya"
"Ya gaass, jam berapa?"
"Nggak tau, aku nggak mau kaya kemaren lagi. Kita berangkat jam lima sore gimana? Biar kebagian tiket"
"Iya, oke. Nanti jam lima kamu udah siap, jangan lama kaya kemaren lagi"
"Siap"
Tepat pukul lima sore Dylan datang ke kostku, kita langsung pergi ketempat yang sama seperti kemarin, bedanya kali ini kita tidak terburu - buru seperti kemarin.
Gimana pendapat kamu setelah baca bagian ini? Penasaran kan kelanjutan ceritanya gimana? Kira- kira Dylan dan Naraya ngapain aja ya di dalem bioskop? Yuk tulis tebakanmu disini. Hihii
Tunggu next part yaaaa,, see you soon.. 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Dylan, 2017 [Belum Lengkap]
RomanceSemua ini kisah perempuan sederhana yang menemukan lelaki terhebatnya.. . Dylan ini adalah orang yang membuat Naraya jadi penasaran sama novelnya Pidi Baiq. Karena Dylan lah Naraya jadi mau baca "Dia adalah Dilanku tahun 1990" , "Dia adalah Dilanku...