Selalu ada detak tak wajar ketika senyum itu dia lempar,
Terlebih saat kutatap matanya yang binar.
Curang, dia selalu saja bisa menang,
Dalam setiap beradu pandang.***
Rabu malam pukul 22.00, aku masih berkumpul dengan teman-teman Production House dan teman-teman satu kelompok Theatre dikampus. Saat itu Dylan juga masih rapat di Radio. Ya, aku kebetulan tidak ikut rapat di Radio karena aku rapat di kampus dengan mereka. Mata kuliah Theatre di Jurusanku mengharuskan mahasiswanya untuk membuat project film pendek, durasinya dibatasi hanya sampai 40 menit. Kebetulan aku jadi salah satu script writer disana. Jadi aku harus ikut rapat dengan teman-teman Production House. Karena merekalah yang akan membantu kelompok kami dalam pembuatan film pendek itu.
Satu jam berlalu, aku masih ditempat yang sama. Masih dengan mereka. Padahal aku sudah menghubungi Dylan untuk segera menjemputku, aku lapar, kebetulan Dylan juga. Akhirnya aku memutuskan utk pulang lebih dulu, setelah Dylan mengabari dia sedang dijalan, aku langsung turun kelantai satu. Tak lama kemudian Dylan sudah berada ditempat parkir didepan gedung jurusanku.
"Mas Dylaaan" aku menyapa
"Oi" jawabnyaAku langsung naik ke motornya
"Ya ampun parah, pusing banget ternyata bikin film. Hahahah" kataku me
"Mampus kowe" (Jawa : mampus kamu)
"Hiiishhhh.. kesel. Aku lapeeerr, makan dimana kita Mas?"
"Haha, lha dimana maunya?"
"Nggak tau, terserah"
"Yaudah di Mang Acim aja" katanya memutuskan
"Mang Acim itu apa?"Dylan tidak menjawab dan setelah sampai di tempat, dia baru menjawab.
"Ini Burjo Mang Acim"
"Ohh.. ya. Hehe"Ternyata Burjo Mang Acim itu tempat makan langganan anak-anak radio angkatanya Dylan. Kok aku bisa tau? Iya, barusan Dylan yang cerita.
Aku pesan nasi omelet juga segelas es teh disana. Dylan juga sama.
Alamaaak. Dylan seperti orang kelaparan, dia menghabiskan makanannya dengan sangat cepat sedang aku sebaliknya.
Kami membicarakan banyak hal. Dari yang aku tau sampai yang tidak tau.Entahlah. Berbincang dengannya selalu menjadi hal favorit yang tidak pernah ingin ku akhiri.
*_*
Sebenarnya makan di burjo bukan pertama kalinya. Tapi rasanya selalu berbeda.
Misalnya di Burjo Mang Acim, Dylan lebih banyak mengeluh dan mengumpat karena terlalu lelah, sebelum rapat di Radio, dia sempat rapat dengan teman-teman KKN di Semarang bawah. Belum makan sejak sore tadi, dia memang agak buas saat lapar, orang disampingnya juga dicuekin seenak dia. Tapi tak apa. Aku sudah hafal tingkahnya saat lapar. Hihi..Pernah sewaktu-waktu aku kelaparan tengah malam. Dylan sedang kelelahan di kamarnya. Aku bilang lapar ke dia, tapi aku malas keluar karena sudah larut, dia memaksaku untuk makan. Dia menawarkan diri untuk mengantarku makan. Padahal katanya dia ngantuk dan butuh tidur. Beberapa menit kemudian dia sudah ada didepan kost. Aku buru-buru keluar dan memilih makan di burjo yang dekat tapi tidak begitu ramai.
Akhirnya aku makan di salah satu burjo yang ada di gang Margasatwa.
Seperti biasa, aku pesan nasi omelet, . Dia tidak. Dia hanya menonton aku yang kelaparan. Dia kelihatan lelah sekali, dia juga sempat manggut-manggut karna ngantuk, tapi dia masih sempat menemaniku makan tengah malam.Setelah aku selesai makan, dia kembali mengantarku ke kost. Kemudian dia pulang dan beristirahat...
Betapa aku merasa menjadi perempuan yang sangat dipedulikannya saat itu.
Tidak cuma sekali.
Ini terjadi berkali-berkali.Burjo bukan tempat biasa bagiku, aku sering bertukar pikiran disana dengan Dylan.
Memang benar yang orang bilang,
"Bukan tentang makanannya, tapi dengan siapa kita makannya"Segalanya berarti. Padahal hanya di warung kecil tempat jual bubur kacang ijo. Yang didalamnya ada beberapa menu tambahan, yang salah satunya adalah3 pesanan andalanku. Nasi omelet. 😂
Terimakasih banyak ya Dylan, selalu ada, selalu peduli dan selalu menyayangi.
Meskipun kamu kerap kali membuatku jengkel tak karuan, tetap kamu pemilik perasaan.
Dylan, Aku suka caramu memperlakukanku, aku mencintaimu...
.
.
.
.
.What do you think about this part?? Jangan lupa like dan comment yaa 😍😍
Tunggu cerita selanjutnyaaa..
See you 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Dylan, 2017 [Belum Lengkap]
RomanceSemua ini kisah perempuan sederhana yang menemukan lelaki terhebatnya.. . Dylan ini adalah orang yang membuat Naraya jadi penasaran sama novelnya Pidi Baiq. Karena Dylan lah Naraya jadi mau baca "Dia adalah Dilanku tahun 1990" , "Dia adalah Dilanku...