•Cemburu?•

1.3K 113 77
                                    

HAPPY READING 💕
***

"Ca, lo mau makan apa?" tanya Shiren yang sudah berdiri hendak memesan makanan.

Caca menggeleng murung sambil menopang dagu dengan kedua tangannya.

Shiren dan Geby lantas mengernyitkan alisnya bingung melihat tingkah Caca yang dari tadi hanya diam tak mengeluarkan banyak kata.

"Lo kenapa Ca? Cerita dong sama kita," Shiren yang tadinya berdiri kini kembali terduduk.

"Mata lo kayak bengkak gitu, semalam lo nangis?" tanya Geby, Caca hanya diam tak menjawab.

Caca hanya ingin bertemu sama mamanya, tapi sayangnya kakek tak mengizinkannya.

"Lo semalam ada makan, kan?" tanya Shiren yang sudah mulai khawatir melihat wajah Caca yang pucat.

Caca mengangguk kepala, ingin rasanya Caca menangis saat putaran memori tentang semalam memenuhi pikirannya.

Caca menghirup napas dalam-dalam sambil menahan air matanya untuk jatuh membasahi pipinya.

"Ca, kalau lo nggak mau cerita nggak papa. Tapi lo makan ya, Ca?" Shiren menggenggam erat tangan Caca yang begitu dingin seakan memberi Caca kekuatan untuk tegar.

"Mana muka lo pucat gitu lagi, makan ya?" Geby ikut membujuk Caca yang masih diam tak merespon semua perkataan mereka.

Shiren tak mau ambil pusing, dia pun langsung memesan 3 mangkok bakso. Setelah pesanan jadi, Shiren langsung membawa  3 mangkok bakso itu di atas nampan kayu lalu membawanya dengan pelan agar tidak jatuh ke lantai.

Sampai di atas meja, Caca langsung mengambil satu mangkok bakso lalu membawanya ke hadapannya.

Caca mencampurkan perasan jeruk nipis, kecap manis dan juga asin, tak lupa lombok dengan 5 sendok makan.

Shiren dan Geby menganga melihatnya, Caca emang bisa memakan makanan yang pedas, tapi tidak dengan 5 sendok makan lombok tersebut.

Shiren dan Geby tahu kalau Caca sanggupnya cuman 2 sendok makan, Caca berlebihan sekarang. Caca kini mengaduk rata isi baksonya lalu mencicipinya sebentar, apa ada yang kurang atau tidak.

"Ca, lo gila ya? Itu pedas banget, lo nggak bakal kuat makannya," Shiren khawatir kepada Caca. Shiren kini menarik mengambil bakso Caca lalu menggantikannya dengan bakso yang sama sekali belum dicampur apa pun.

Caca mendengus kasar lalu menatap tajam Shiren, Caca malas berbicara. Kini Caca mengambil kembali baksonya lalu menyantapnya dengan lahap.

Shiren dan Geby sama sekali belum makan, mereka berdua hanya asik melihat tingkah Caca yang aneh.

Semakin lama semakin banyak air keringat yang kini membasahi batang hidungnya mau pun pelipisnya. Bakso itu begitu pedas.

"Hush ahh, pedesss," Caca mengibas tangannya ke arah wajahnya yang kini berkeringat penuh.

"Ca stop dong, nanti perut lo sakit," Geby langsung menghentikan aktivitas makannya Caca. Caca menunduk sambil mengatur napasnya yang terengah-engah. Shiren menyodorkan Caca segelas air, namun Caca tak meminumnya.

Kelvin dan Dinda lagi makan berduaan di kantin, siapa lagi kalau bukan Dinda yang mengajaknya makan bersama. Dengan keberadaan Kelvin dan Dinda makan bersama di kantin cukup menyita perhatian para pengunjung kantin.

Kelvin mengernyitkan kedua alisnya. Cukup jauh jarak antara tempat duduknya dan Caca, tapi dirinya dapat melihat jelas Caca yang kini menunduk beriringan bahu yang naik-turun dengan cepat.

"Caca nangis?" pikir Kelvin dalam hati.

"Ca, lo nggak papa kan?" tanya Shiren ragu-ragu sambil melihat titisan air kini jatuh di permukaan meja.

Si Jutek Most WantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang