•Belum Waktunya•

464 28 8
                                    

HAPPY READING 💕
***

Hari semakin larut, matahari mulai menyembunyikan diri. Kelvin melirik ke arah alorji yang ada di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 17.00.

Caca masih terlelap di dadanya dan sedari tadi Kelvin belum bisa menenangkan detak jantungnya.

Dia takut kalau Caca bisa mendengar detakan jantungnya yang begitu cepat. Kelvin tidak mau.

Tak lama kemudian Caca kembali bergerak, Kelvin menatapnya.

"Enghhh,"

Caca membuka matanya perlahan, meski begitu berat. Kini pusing yang dia rasakan. Kelvin tak melepas tatapannya itu.

Caca kembali memejamkan matanya dan pelukannya pun semakin erat. Kelvin tertegun.

Sedetik kemudian Caca langsung membuka matanya dengan lebar, kini dia tersadarkan saat kedua tangannya melingkar pinggang yang kokoh.

Caca terdiam kaku dan juga kebingungan siapa orang yang bersama sekarang. Dia pun mendongak, perlahan dilihatnya rahang orang itu. Kemudian bibirnya dan selanjutnya hidungnya.

Caca deg-degan, baik rahang, bibir, maupun hidung tak mirip dengan kakeknya. Terus siapa orang yang sedang dia peluk itu.

Caca menggigit bibir bawahnya, perlahan dia menatap kedua bola mata itu. Tajam dan berwarna hitam pekat. Caca terkejut setengah mati. Melihat mata itu membuatnya tersadar sekaligus terkejut.

"Kelvin?!"

Dia pun langsung melepaskan tangannya dari pinggang Kelvin lalu menjauhkan kepalanya dari dada Kelvin.

Dia sangat terkejut dan juga malu, rambutnya yang berantakan, matanya yang begitu bengkak membuatnya ingin mengusir Kelvin dari kamarnya sekarang. Bagaimana tidak, penampilannya saat ini sangat berantakan.

"Akhirnya lo bangun juga," kata Kelvin kemudian beranjak dari duduknya.

"Kok lo bisa ada di sini sih!" Caca marah masih dengan suaranya yang serak.

"Masuk kamar gue lagi, gue nggak suka orang sembarangan masuk kamar gue, apalagi cowok kayak lo!" lanjut Caca.

"Gue khawatir sama lo, jadi gue minta tas lo sama Shiren buat ke sini," ucap Kelvin.

Setelah mendengar jawaban Kelvin Caca langsung mengusap wajahnya, dia sekarang ingat bagaimana awalnya Kelvin bersamanya tadi.

Kelvin menenanginya dan menemaninya tadi saat  ketiduran. Caca harus apa sekarang dia malu, dia sudah marah ke Kelvin.

"Vin gue mint-" belum sempat Caca berucap Kelvin langsung memotongnya.

"Lo nggak salah kok, wajar kalau lo marah apalagi lo kaget ada gue berdua sama lo di sini," kata Kelvin.

Caca makin nggak enak hati.

"Ca sudah jam 5 lewat, gue pulang yah," kata Kelvin lagi.

"Abis ini lo mandi ya terus makan, lo jangan nangis lagi. Kalau lo mau lo bisa cerita sama gue, biar lo sedikit lega juga," sambung Kelvin kemudian tersenyum.

Caca terdiam. Kelvin meninggalkan kamarnya. Kembali lagi detakan jantungnya berdetak sangat cepat, Caca memegang dadanya itu sambil meringis.

Dia pun meraih ponselnya yang ada di nakas, banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari kedua sahabatnya itu.

Caca bersyukur setidaknya masih ada orang yang sangat menyayanginya dengan tulus.

Dengan cepat kini dia bangkit dari ranjangnya lalu menyibak tirai kamarnya. Mobil itu sudah meninggalkan pekarangan rumahnya.

Si Jutek Most WantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang