18 - Perjalanan menuju cinta, kehilangan, dan rindu yang tak terucapkan

79 7 0
                                    

PERJALANAN MENUJU CINTA, KEHILANGAN, DAN RINDU YANG TAK TERUCAPKAN

(ILUSI TENTANGMU YANG DICIPTA WAKTU)

Karya : Ignatius Pratama

Satu detik pertama,
Sepatuku telah sempurna menginjak lantai gerbong kayu yang mulai bergoyang,
Auman dari sang kepala tua yang menggelegar membelah langit,
Cukup lama sang kepala tua kuat menarik dua anaknya,
Nahas, ia tak kuat lagi mendaki untuk yang ketiga kali.
Biarkan sang kepala tua mengurus cara agar dua anaknya tetap berjalan,
Fokus saja kepada sang permadani biru nan segar di kiri rel bergerigi ini,
Dialah Rawa Pening, tujuan utama kita kemari.
Petikan cerita di atas hanyalah pemanis pembuka,
Maafkan sang penggubah sajak yang terlalu mencintai para kepala sesepuh.
Ambarawa adalah saksi pertama dan utama dari perjalanan menuju cinta.
Sajak dengan lima lini masa yang menjelaskan sebuah rasa tentangmu, ilusi yang dicipta waktu.

Dua belas detik pertama,
Badanku kembali terlempar pada lini masa yang kedua,
Hey? Di manakah aku sekarang?
Suara siapakah itu?
Engkaukah masa lalu kecilku yang berbicara?
Jika itu engkau, izinkan aku sekali ini melihatmu,
Jangan kau pergi begitu saja,
Banyak penjelasan yang harus aku kemukakan padamu.
Dan benar pemikiranku, kau sudah berlari menjauh menuju koridor sekolah.
Izinkan kali ini aku mengejarmu Angela.


Dua puluh empat detik berlalu,
Inilah lini masa menuju kehilangan yang sesungguhnya.
Suara lenguhan panjang dari kapal yang akan melepas sauh menuju pulau seberang,
Sekarang, kakiku sudah terlepas dari ASAL.
Aku akan pergi ke rantau,
Meninggalkan segala-galanya,
Bahkan termasuk kamu dan kenangan-kenangan kita.
Aku terlalu kecil untuk mengetahui definisi kehilangan yang hakiki,
Namun aku hanya tahu bahwa kehilanganmu adalah sesuatu yang menyakitkan.

Tiga puluh enam detik melesat seperti desing peluru,
Setara lima tahun sudah aku pergi meninggalkan ASAL dan kenangan kita.
Kau tahu “A”, lima tahun sudah aku lupa denganmu,
Bahkan aku telah menciptakan ilusi dari sosok bayang yang kuanggap cinta pertama,
Padahal aku salah,
Cinta pertamaku ada padamu,
Jangan kau pikir aku menyukaimu lebih dari teman,
Kita memang terlalu kecil saat itu untuk memahami definisi cinta,
Namun sekarang, kita cukup besar untuk tahu apa arti cinta.
Di lini masa ini, aku lupa akan sosokmu,
Dan terlalu fokus kepada dia ilusi dari sosok bayang yang aku ciptakan.

Detik ke empat puluh delapan,
Inilah lini masa rindu dan pencarian sosokmu.
Enam tahun tepat aku tinggal di rantau,
Meninggalkan ASAL dan kenangan-kenangan tentang kita,
Aku berhasil mengigatmu dari salah satu buku TK kita dulu.
Kita hanya sempat berkenalan saat TK saja,
Namun sosok bayangmu masih terlintas dalam pikirku.
Aku berusaha mencarimu,
Dan dunia maya adalah jawabannya.

Detik terakhir dari waktu semenit untuk mengenang perjalanan menuju cinta, kehilangan, dan rindu.
Inilah pungkasan dari empat lini masa yang lain,
Inilah lini masa atas jawaban dari pertanyaan di setiap lini masa,
Inilah lini masa yang menceritakan segalanya.
Tiga rasa itu, kini mengungkung separuh hatiku yang masih berharap kau kembali,
Tidak sebagai orang special, hanya teman.
Aku adalah alasan dibalik kepergianmu yang mendadak.
Kamu bukan ilusi yang aku ciptakan seperti “DIA” namun kamu adalah ilusi yang waktu ciptakan.
Ku titipkan seberkas rindu padamu lewat waktu,
Waktu yang akan menjawab semuanya,
Karena kamulah,
~ILUSI YANG DICIPTA WAKTU~

Puisi Sendu Malam HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang