Part 9

5.2K 219 0
                                    

Sayang, Alin cantik banget ya?

Ucap Alina tiba-tiba saat dia sedang berdansa dengan Martin di pesta ulang tahun Nurmala.

A...apa?

Ucap Gian gugup. Alina senyum-senyum mendengar kegugupan Gian.

Sayang, kita benaran pacaran aja ya jangan pura-pura seperti ini?
Ucap Alina berbisik di telinga Gian.

Alina cukup, hentikan omong kosong loe. Loe ingat baik-baik status loe, loe itu pembantu gue dan gue adalah majikan loe. Kita pulang sekarang juga.

Ucap Gian berbisik di telinga Alina dengan marah. Gian pun berpamitan dengan Nurmala dan pulang ke rumah bersama Alina.

Maaf tuan, kalau selama ini saya udah ganggu tuan. Maaf tuan, saya udah nggak sopan sama tuan. Maaf, saya suka ngomong keterlaluan dan seenaknya aja sama tuan. Saya memang pembantu yang nggak tahu diri, saya janji nggak akan ganggu tuan lagi. Permisi tuan...

Ucap Alina sopan tidak seperti biasanya. Alina pun masuk ke dalam kamarnya.
________________

Silahkan makan tuan...

Ucap Alina. Alina pun melanjutkan pekerjaan di dapur. Hari demi hari hubungan Gian dan Alina semangkin dingin. Alina tidak pernah lagi bercanda atau pun menggoda Gian lagi. Alina selalu berbicara singkat sambil menundukkan wajahnya. Alina tidak pernah lagi menatap mata indah milik Gian.

Alin, kita ke Gereja bareng ya?

Maaf tuan, saya ke Gereja sendiri saja. Permisi tuan...
Alina pergi meninggalkan Gian.

Alin tunggu....

Alina terus berjalan tanpa berhenti. Tiba-tiba Gian memeluk tubuh Alina dari belakang, Alina pun langsung menghentikan langkah kakinya. Gian perlahan-lahan membalikkan tubuh Alina. Saat saling berhadap-hadapan, Gian menatap mata Alina dan mulai berbicara...

Maaf, 2 bulan yang lalu mas bicara kasar sama Alin. Maaf, mas selalu memandang status rendah diri Alin, mas selalu memandang sebelah mata sama Alin hanya karena Alin adalah pembantu mas. Alin, please maafin mas Gian ya?

Tuan nggak salah apa-apa kok sama saya. Saya yang salah sama tuan. Tuan, saya permisi dulu, saya mau ke Gereja.

Ucap Alina sambil melepaskan kedua tangan Gian yang ada di kedua bahunya. Gian mengikuti Alina ke Gereja dengan mengendarai kendaraan umum yang sama dengan Alina. Alina masuk ke dalam Gereja dan duduk di bangku barisan depan. Sedangkan Gian duduk di bangku barisan nomor tiga. Saat di dalam Gereja mulai sepi, Alina bersiap-siap pulang ke rumah Gian.

Alin...

Tuan...
Tuan belum pulang?

Belum, kita pulang bareng ya?

Alina tidak menjawab pertanyaan Gian, Alina hanya diam saja.

Alin tolong dengarin semua penjelasan mas Gian sebentar, mas mau ngomong sama kamu.
Ucap Gian sambil memegang kedua tangan Alina.

Alina Putri, mas Gian sayang sama Alin. Mas Gian cinta sama Alin. Alin mau kan benaran jadi pacar mas Gian? Alin mau kan jadi calon istri mas Gian benaran?

Alina speecless tidak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya. Alina pun meneteskan air matanya. Gian menghapus air mata Alina.

Alin juga sayang dan cinta sama mas Gian. Alin kangen sama mas Gian.

Di dalam Gereja tersebut Gian mencium kening Alina. Alina dan Gian pun berpelukkan dengan mesra.




Jakarta - Malaysia (1-16 End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang