Ashlyn terbangun dari tidurnya. Sesekali ia menggeliat dan melirik jam mungil di samping tempat tidurnya.
Pukul 05.00 a.m
Setelah merasa cukup untuk bermanja-manja di kasurnya, Ashlyn bergegas pergi ke toilet untuk mandi. Sekitar 30 menit berlalu, ia sudah tampak cantik menggunakan seragam sekolah SMA Trijaya. Rambutnya tertata rapi dengan jepitan berwarna hijau toska berbentuk pita. Cukup merasa puas dengan panampilannya, Ashlyn berjalan menuju dapur, ia mencoba membuat makanan untuk sarapan dan untuk bekal di sekolahnya nanti. Tangannya mengambil telur dari kulkas dan segera memecahkannya di atas penggorengan. Tak lupa Ashlyn menambahkan sedikit garam agar masakannya tidak terasa hambar. Ingin sekali rasanya ia menggunakan micin. Tapi, takut disangka generasi micin hehe.
Telur ceplok buatannya sudah selesai dibuat dan siap untuk di santap. Rasanya sih oke, tapi penampilannya itu loh, enggak banget. Telurnya berwarna cokelat terang dan hampir berwarna hitam. Ashlyn lupa membalikkan telurnya saat masih dimasak tadi, alhasil telurnya ya, gosong..sedikit. Walaupun gosong seperti ini, rasanya sangat enak, bagi Ashlyn doang sih. Setidaknya, ini makanan terenak kedua buatannya setelah mie instan.
Jarum jam menunjukkan pukul 06.00 a.m.
"Semoga hari ini, gue punya sahabat lagi kayak dulu. Amin." do'a Ashlyn sebelum meninggalkan rumahnya.
"Lalalalalalala.." Ashlyn bernyanyi dengan asal sambil berloncat pelan selama perjalanan menuju halte bus. Ia sudah seperti anak paud yang terlalu senang mendapat hadiah boneka dari orang tuanya. Sesampainya ia di halte, ia menyapa semua orang yang sedang menunggu kedatangan bus, sama seperti dirinya. Kebetulan ada 4 orang asing disitu.
"Pagi Ibu, duh, Bu itu lipstiknya belepotan. Eh, pagi Bapak, wih keren banget penampilannya. Kerja di kantoran nih pasti bapaknya. Loh ini kamu pagi-pagi udah pacaran aja. Emang sekarang masih jaman pacaran di halte? Inget dek, mimpi kamu masih panjang. Masih SMP juga sudah main cinta-cintaan."
"Kakak kayak gak tau anak muda jaman sekarang aja deh." ucap seorang wanita yang usianya cukup di bawah Ashlyn sambil mengibaskan rambutnya. Cih, sombong.
"Iya nih. Bilang aja kakak iri sama kita. Kakak belum punya pacar kan? miris deh sudah SMA tapi belum punya pacar. Masa kalah sama kita. Iya nggak?" wanita alias pacar dari seorang laki-laki mengangguk. Menandakan ia setuju dengan perkataan pacarnya.
Ashlyn menatap pasangan tadi dengan kesal. Bisa-bisanya ia di rendahi dengan seseorang yang dibawah umur.
Kemarin Ashlyn punya pacar kok, Tapi untuk hari ini.. tidak.
***
Waktu istirahat untuk murid SMA Trijaya sudah tiba. Ashlyn memegang perutnya, yang sudah berbunyi, seperti suara cacing yang sedang konser di dalam sana. Ia mencoba mencari dompet dari dalam tasnya dan mencoba melihat isinya.
"Yah, tinggal 20 ribu. Hm.. jajan roti aja deh biar irit." Ucapnya pada dirinya sendiri.
Ashlyn bangkit dari kursinya dan mulai melangkah ke kantin sekolahnya.
"Woi! awas ada anak haram!"
"Dasar pembunuh!"
"Anak haram gak pantes buat sekolah di sini!"
"Jangan sampe virus lo nyebar ke semua orang!"
"Dasar anak pembawa sial."
Gerombolan siswa yang menenuhi koridor langsung menepi, memberi Ashlyn jalan.
"Kembali jadi primadona lagi, seperti dulu hihihi." Ashlyn terkekeh sendiri dengan ucapannya.
Iya, disekolah ini dirinya memang primadona,
Primadona najis yang harus di hindari.
Begitu kan kata teman-temannya?
Eh? memang mereka pantas untuk disebut sebagai seorang teman?
Seluruh murid di SMA Trijaya tidak ada yang mau berteman dengan Ashlyn. Gadis cantik dan pintar tapi... ah sudahlah.
Ashlyn sudah terbiasa akan ejekan dari semua murid disini. Ia sudah terbiasa, sendirian. Setibanya ia di kantin, hampir seluruh pengunjung kantin menatapnya dengan tatapan tidak suka. Dan sisanya, tidak peduli akan kehadirannya.
Sampai suatu saat,
"Aduh, kalau jalan pakai mata dong lihat nih, seragam gue kotor gara-gara ketumpahan minuman lo!" Ya, Seseorang menabrak dirinya sehingga seragamnya terlihat begitu kotor.
"Ups, sorry. Yah, baju lo jadi kotor deh. Maaf ya. Eh, diri lo sendiri juga sudah kotor ya?" Seluruh pengunjung kantin tertawa,
Sabar, Ash, sabar. Batin Ashlyn dalam dirinya
"Udahlah, Ven. Tangan lo jadi ikutan kotor kan tuh. Ke kamar mandi aja yuk, lo harus cuci tangan lo 7 kali pakai tanah. " Ucap seseorang yang disebelah Venus, bisa dilihat dia adalah sahabat terbaik Venus. Katya.
Venus melihat tangannya yang terlihat bersih dan tiba-tiba menjadi kotor karena sudah menyentuh tubuh Ashlyn.
Senajis itu kah dirinya?
Venus dan sahabatnya langsung pergi meninggalkan kantin, sebelum itu ia melihat ke arah Ashlyn dengan tatapan jijik. Ashlyn sangat tertegun. Sedetik setelahnya Venus membuang muka, begitu pun dengan Ashlyn. Duh, niatnya ke kantin kan ingin membeli roti. Ashlyn jadi lupa sendiri kan jadinya.
"Bu, aku beli roti ini ya? Harganya berapa, Bu?" tanya Ashlyn sopan kepada ibu kantin.
"Yang itu harganya 3 ribu neng."
"Hm," Ashlyn berpikir sejenak, kalau ia hanya membeli makan tanpa membeli air, bisa-bisa tenggorokannya sakit. Dengan cepat ia membuka lemari es di hadapannya dan mengambil sebotol air mineral. "Kalau sama ini, totalnya jadi berapa, Bu?" ucapnya sambil menunjukan sebotol air mineral.
"jadi 6 ribu neng,"
Ia mengambil uang di sakunya dan membayarnya. Setelah menerima kembalian, ia segera pergi dari dunia kantin dan berjalan menuju kelasnya.
Saat Ashlyn berjalan di koridor yang berada tepat ruang Kepala Sekolah, lagi-lagi ia terhuyung ke lantai karena tubuhnya bertubrukan dengan seseorang.
Seseorang yang menabraknya tadi terlihat begitu kaget. Ia memperhatikan tubuh Ashlyn dari atas hingga bawah tidak terlewatkan satu pun. Sampai seseorang itu berbicara
"Z..Zaa?"
"Hah? bu..bukan," Ashlyn menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Nama gue Ashlyn. A-S-H-L-Y-N" ucapnya lagi dengan mengeja namanya.
"Eh? maaf-maaf gue pikir lo temen gue. Maaf juga tadi gue nggak lihat jalan. Oh, Kenalin nama gue Keanu. Panggil Ken aja," Pria yang katanya bernama Ken tadi masih memperhatikan tubuh Ashlyn dengan teliti. Ashlyn menatap lawan bicaranya, dengan kening berkerut.
Baru kali ini ada murid satu sekolah dengannya yang meminta maaf pada dirinya?
"Iya, gapapa kok. Gue tau lo nggak sengaja." Ashlyn tersenyum sambil membersihkan rok sekolahnya yang kotor.
"Oh iya gue anak baru disini. Salam kenal ya." Kini, lelaki itu tersenyum.
"Salam kenal juga. Hmm, gue ke kelas dulu ya?" Ashlyn pergi dari hadapan Ken.
Saat punggung Ashlyn menjauh, Ken berkata, "Kenapa bisa lo mirip banget sama Zaa?" Ucap Ken dengan suara nyaris tidak terdengar oleh siapapun.
***
A/NHeyo.
Zaa siapa ya?
UDAH NEPATIN JANJII NIHH SAYAAAA WKWK.
oh iyaa bye the way,
Terimakasih sudah mau membacaa dan menungguuuu cerita iniiiiii.
Jangan lupa komentar dan votenya yaaa kawan-kawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCRIOSTA
Teen Fiction"Ash.." panggil seseorang dengan nada lembut, menenangkan. "Jangan pernah dateng di hadapan gue, disaat gue lagi terpuruk kayak gini. Gue nggak akan pernah mau terlihat lemah dimata orang lain, termasuk lo. Gue sudah terbiasa dengan kehancuran dan k...