Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Disaat yang lainnya tengah berbahagia karena ingin cepat-cepat pulang ke rumah, Ashlyn justru merasa kurang senang dengan bel pulang sekolah. Karena, sepulang sekolah Ashlyn masih melalukan kegiatan rutinnya, kerja part time di cafe dekat sekolahnya. Sudah hampir 1 tahun ia bekerja di Mels Cafe. Disana, ia bekerja sebagai kasir atau terkadang ia menjadi barista di cafe tersebut jika ada salah satu temannya tidak hadir.
Sekarang, Ashlyn sedang berjalan kearah gerbang sekolah sambil bersenandung pelan. Untungnya, cafe tempat dimana ia bekerja hanya berjarak hampir 100 m saja. Jadi, tidak perlu memakan ongkos perjalanan bukan?
Sesampainya disana, Ashlyn segera memasuki ruangan khusus karyawan dan segera mengganti seragam sekolahnya dengan dress kerah selutut bewarna merah bata dan bertuliskan Mels Cafe. Menurutnya, pakaian ini sangat berharga baginya karena bisa menghasilkan uang untuknya. Ya iya lah, Ashlyn kan sedang bekerja, dan seseorang yang bekerja akan mendapat uang bukan?
"Buruan, Ash, di depan rame banget itu." Ashlyn menoleh. Ia melihat seseorang yang mengajaknya berbicara dan memakai pakaian yang sama dengannya. Dan benar, ada pelanggannya yang sudah menunggunya di depan meja kerjanya.
"Iya, Mbak."
Ashlyn tidak pernah bosan dengan pekerjaannya, walaupun ia harus berdiri berjam-jam di depan mesin yang berisikan uang. Tapi, bukan ATM loh ya. Dengan senyum cantiknya ia melayani seorang pelanggan yang sedang membayar pesananya. Dan pelanggannya itu adalah pelanggan laki-laki yang sering datang di cafe ini. Jujur, sudah banyak lelaki yang bisa dikatakan modus kepada dirinya. Iya, mereka sering datang ke tempat ini karena ingin melihat Ashlyn. Kata mereka sih, seperti melihat bidadari. Lah, bidadari kan adanya di surga, bukan di cafe.
"Totalnya jadi 83 ribu rupiah, Mas." Lelaki yang ia sebut mas malah tertawa. Memangnya ada yang lucu?
"Jangan panggil gue Mas, kita seumuran loh." Ashlyn tersenyum kikuk lalu setelahnya ia menerima selembar uang berwarna pink.
"Ini kembaliannya." Ashlyn tersenyum.
Setelah menerima kembalian dari kasir cantik, lelaki itu kembali kumpul bersama teman-temannya sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah meja kasir. Ashlyn tidak peduli lagi dengan laki-laki itu. Toh, dirinya saja tidak kenal.
Ting..
Dentingan lonceng yang berada di atas pintu masuk berbunyi. Ashlyn melirik seseorang yang baru saja memasuki cafe tempat dimana dirinya bekerja. Ashlyn terkejut, sungguh saat ini ada seseorang dengan seragam khas sekolahnya datang ke tempat ini. Habis sudah riwayat dirinya jika yang datang itu adalah salah satu pembenci dirinya.
Ashlyn tidak tahu jelas siapa yang datang ke cafe ini. Intinya dia adalah seorang laki-laki. Ashlyn merasa kalau postur tubuh laki-laki itu tidak asing baginya. Ia melihat laki-laki itu duduk di bangku yang tidak begitu jauh dari tempat dimana ia berdiri. Ashlyn masih merasa penasaran, kepalanya dipenuhi oleh bayang-bayang laki-laki di sekolahnya.
Siapa dia?
Yang membuat Ashlyn tidak mengenalinya karena laki-laki itu memakai topi bertuliskan LA. Tepat pada di menit ke 2 Ashlyn sedang menatapnya, laki-laki yang memakai topi bertuliskan LA menengok ke arah Ashlyn, mungkin ia merasa kalau dirinya sedang diperhatikan oleh orang lain. Ashlyn kembali terkejut dengan laki-laki bertopi itu. Dan laki-laki itu adalah...
BRIO!
***
Pernahkah kalian merasakan jantung yang berdegup sangat kencang saat kalian melihat seseorang yang saat ini kalian cintai walaupun orang itu sudah banyak menyakiti kalian?
KAMU SEDANG MEMBACA
SCRIOSTA
Teen Fiction"Ash.." panggil seseorang dengan nada lembut, menenangkan. "Jangan pernah dateng di hadapan gue, disaat gue lagi terpuruk kayak gini. Gue nggak akan pernah mau terlihat lemah dimata orang lain, termasuk lo. Gue sudah terbiasa dengan kehancuran dan k...