4. Satu sama

66 8 2
                                    

Airin tidak tau tempat apa yang sekarang ini ia datangi. Yang dia lihat di sana banyak orang memakai pakaian yang kurang bahan dan yang tentunya tidak sopan.

"Ini dimana Zio?"
Akhirnya Airin memutuskan untuk bertanya pada Zio.
"Ini namanya cafe, tempat anak anak muda jaman sekarang nongkrong. Udah biasa aja kali rin santai." Sebenarnya jika tempat itu hanya cafe biasa tidaklah mengherankan jika ada seorang gadis berpenampilan seperti Airin. Tapi masalahnya ini adalah cafe yang jika malam hari berubah fungsi layaknya club malam. Untung saja ini belum terlalu malam tapi tetap saja pengunjung di cafe itu sama dengan pengunjung di sebulah club malam.

Sedari mereka masuk kedalam tempat yang Zio sebut cafe, semua mata tertuju pada Airin. Wajar saja mungkin mereka bingung bagaimana bisa seorang wanita berpakaian serba tertutup itu bisa masuk ke tempat seperti ini.

Airin bingung dengan orang orang di sekitarnya yang terus memandanginya seperti di sana Airin adalah seorang mahluk luar angkasa yang nyasar di bumi.

"Zio kita pulang aja ya"
Airin memohon sambil manyatukan dua tangannya.
"Pulang? rin kita tuh baru sampek, pesen makan aja belom eh lo malah ngajak pulang aja."

"Habisnya aku ngak enak diliatin sama orang orang. Kamu nyadar ngak sih yo? Kayak aku tuh mahluk aneh tau ngak?"

"Gue kasih tau ya rin kalau masalah orang ngeliatin elo itu hak mereka rin. Sekarang lo ngak usah mikirin mereka yang penting kita makan,ngobrol di sini ya ngak?" Zio memqng tergolong cuek dengan sekitarnya tapi berbeda dengan Airin tentunya.

"Lo mau pesen apa?"
Tawar Zio pada Airin yang terus saja terlihat gelisah.
"Aku ngikut kamu aja yo yang penting halal."
"ehmmm"
Zio nampak berpikir sejenak.
"Saya pesan ini 2 sama minumnya ini 2 juga."
Pesan Zio dengan menunjuk buku menu pada seorang pelayan muda yang mengenakan pakaian yang cukup terbuka. (sebuah mini dress merah di atas lutut tanpa lengan)

Pelayan itu menatap Airin heran namun itu hanya sekilas. Tqkut takut jika pelanggannya marah

"Kemarin lo udah ngasih tau gue lingkungan lo, sekarang giliran gue yang ngasih tau elo gimana lingkungan seorang Zio Alfero. Ya ini tempat gue." Zio membuka obrolan dengan wajah tengil
"Maaf ya Zio kalau kamu tersinggung, menurut aku tempat ini ngak baik tau. Di sini itu banyak maksiat, masak orang orang pakaiannya minim kayak gitu itu kan ngak boleh dalam islam."

"Apa yang mereka tau tentang islam rin? Gue dan mereka semua yang ada di sini itu beda sama elo"

"Iya aku tau, aku cuman berpendapat aja kok."

Seorang pria berjaket hitam tiba tiba datang dan menepuk pundak Zio
"Hay bro, long time no see gimana kabar lo?"
"Gue mah selalu baik dro, kalo elo gimana?"
"Seperti yang anda lihat tuan Zio saya baik baik saja." sedetik kemudian pria itu menyatukan alisnya bingung
"who is she?"
"Dia temen gue"
"Eh rin kenalin ini temen gue, baru pulang dari jerman namanya Alex"

"Salam kenal saya Alex. Anda?"
"Saya Airin"
Alex mengguk angguk tanda mengerti.
Alex memang sangat ramah dan sopan itulah yang membuat Zio senang bergaul dengannya. Dia mudah akrab dan sangat humoris. Memang setahun belakangan ini Alex sedang menyelasaikan pendikannya di Jerman sehingga mereka tidak pernah bertemu. Dan baru lah saat ini mereka bertemu lagi.

"sorry bro bukannya apa apa gue cuman bingung lo dapet cewek kayak beginian dimana?"
Tanya Alex pada Zio dengan volume yang sangat kecil karena takut Airin dengar dan membuatnya tersinggung.

"Dia yang nolongin gue waktu kecelakaaan."
"Lo kecelakaan? Ngak papa kan? "
"udah mulai nih lebaynya. Enggak gue ngak napa napa lex"

Sekarang Airin merasa bahawa dirinya seperti menjadi obat nyamuk, karena sejak tadi yang terdengar hanya suara canda tawa kedua sahabat yang sedang temu kangen itu.

Seorang pelayan mengantarkan pesanan Airin dan Zio. Di atas meja sudah tersaji 2 makanan yang menurut Airin sangat aneh, bagaimana tidak di atas piring hanya ada seiris daging kecil dan sedikit saus tanpa nasi. Airin pikir mana bisa kenyang makan makanan seperti ini.

Akhirnya Airin memberanikan diri untuk bertanya pada Zio.
"Yo ini makanan apa sih? Aku ngak pernah liat"
"ini namanya steak Airin, masak kamu ngak pernah lihat?"
"enggak, porsinya dikit banget ngak pakek nasi pula mana kenyang aku yo?"

"udah deh rin lo cobain dulu, pasti lo suka. Kalau masalah kurang atau ngak kenyang nanti lo boleh kok nambah lagi sepuasnya gue traktir kok tenang."

Airin memakan daging steak itu namun dengan cara yang aneh. Bagaimana tidak aneh, bisa bisanya Airin memakan daging itu langsung dengan tangan dan tidak memakai sendok atau garpu membuat Zio heran dan gemas sendiri melihatnya.

"Ini ambil aja punya gue udah gue potong potongin nih."
Airin nampak ragu menerima piring Zio.
"Tenang itu belum gue makan kok, ambil aja"
"Bukan itu masud aku"
Jawab Airin sambil menerima piring Zio.

"Nah punya elo biar gue yang makan"
Ucap Zio selanjutnya sambil menukar piringnya dengan milik Airin.

"Ttttapi Zio punya aku kan udah aku makan sebagian, itukan bekas aku"

"Ngak papa elah santai"
Jawab Zio enteng sambil menampakkan senyuman manisnya.

Alex yang duduk disebelah Zio hanya geleng geleng kepala melihat temannya sedang kasmaran dengan seorang wanita yang bisa dibilang jauh dari tipe Zio.

Alex yang merasa bahwa dirinya di sini hanya merusak suasana akhirnya memilih pindah ke meja sebelah.
"Gue pindah ya bro ngak enak ganggu"
"Apaan sih Alex, ngak papa kamu ngak ganggu kok malah kalau banyak orang kan ngobrolnya jadi asik"
Ucap Airin pada Alex. Namun Alex tetap memilih pergi.

"Gimana rin makanannya? Enak? "
"rumayan sih tapi aku punya banyak tempat makan yang makanannya lebih enak dari ini ya walaupun tempatnya ngak sebagus ini tapi bener kok makanannya jauh lebih enak dari ini. Kapan kapan kalau kamu mau aku bisa ajak kamu kesana, aku traktir."
Jelas Airin panjang lebar yang membuat Zio hanya bisa tersenyum.

"Aaaaaa gue tau, lo seneng kan jalan sama gue mangkanya lo mau ngajak gue jalan mau traktir lagi"

"Enggak Zio ih geer, aku kan cuman mau ngasih tau kamu makanan yang enak"
Tidak dapat dipungkiri saat ini Airin benar benar malu sehingga membuat pipinya menjadi semerah tomat.
"Masak? Kok pipinya merah sih mbak?"
Zio yang menyadari itu tidak mau melewatkan kesemparan untuk semakin menggoda Airin.

****
Saat ini Airin dan Zio terjebak kemacetan.
"Rin kemarin kan lo udah ngasih tau gue kehidupan elo dari yang lo bikin kue, ngerayain ulangtahun, sholat dan masih banyak lagi. Nah tadi itu gantian gue ngasih tau elo kehidupan gue. Itu kehidupan gue sekarang lo udah tau kan berarti kita satu sama"

"Kamu itu ada ada aja ya Zio. Hmmm satu sama kayak sepak bola aja"
Ujar Airin sambil terkekeh kecil.

Tanpa mereka sadari kemacetan sudah berakhir.
Mobil Zio melaju dengan kecepatan rata rata.
Mereka sudah sampai di depan rumah sederhana bercat hijau milik Airin. Ralat masudnya kontrakan milik Airin.

"Makasih ya Zio buat makan malamnya"
Zio mengangkat alisnya tanda bahwa dia mengiyakan perkataan Airin.
"ngak disuruh mampir nih?"
"enggak yo kamu pulang, udah malem"
"ngusir?"
"ZIO"
Ucap Airin yang mulai jengkel.

"iya iya gue pulang bye"

Sepeninggalan Zio gadis bertubuh tinggi dan berwajah cantik itu langsung masuk ke rumahnya.
***
"kenapa aku mikirin Zio terus, ihhh Airin apaan sih kamu ngak boleh mikirin cowok nyebelin kayak Zio"
Gumam Airin pada dirinya sendiri di dalam kamarnya.

Jam 24.00 barulah Airin bisa tidur karena pikirannya terus di penuhi dengan wajah Zio.

Begitu pula yang terjadi pada Zio, di tempat lain Zio pun merasakan hal yang sama dengan Airin, bedanya hingga ham 01.00 Zio belum tidur dan masih terbayang bayang senyuman manis gadis yang baru ia kenal belum genap seminggu itu.

How are you readers semoga baik semua ya.
Tetep stay ya di cerita aku dan jangam lupa tinggalin jejak 😃😃😃
Sorry kalau ngak ngefeel

AirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang