"ini rumah baru kita Zio, maaf kalau kecil"
"hmmm ngak papa kok pa"
Jawab Zio sambil menahan tawa. Itu sungguh membuat papanya heran."Kamu sakit yo, orang lagi kayak gini kok malah senyum senyum sendiri, apa kamu stres gara gara papa bangkrut?"
Zio yang mendengar papanya berkata seperti itu lantas kaget dan langsung mengelak
"Iyalah pa aku seneng, biarpun rumah ini kecil tapi kan aku jadi tetanggaan sama Airin"
Kalimat itu tidak mungkin Zio ucapkan pada papanya, yang benar saja malu lah Zio."Apaan sih papa, aku baik baik aja. Aku belajar dari seseorang buat ikhlas pa,,, nerima apapun yang kita punya"
Itulah jawaban yang terlintas dipikiran Zio. Tanpa Zio sangka papanya justru memujinya
"Papa bangga sama kamu, anak papa sekarang udah dewasa ya"
"eh ngomong ngomong siapa teman kamu itu""Adalah pa, nanti papa juga tau sendiri"
Papa Zio hanya mengangguk. Anggukkan kepala tanda mengerti. Sebenarnya bukan itu tapi karena Bakti ayah Zio itu malas berdebat dengan anaknya yang memiliki kepala batu seperti dirinya waktu muda dulu."Zio keluar dulu ya pa mau jalan jalan sekalian adaptasi sama lingkungan sini"
"Hmmm"
Jawaban singkat dari papanya itu sudah membuat Zio mengerti.***
Sebenarnya alasan beradaptasi itu hanya akal akalan Zio saja utuk menemui Airin. Mana mungkin Zio mau repot repot adaptasi melihat lihat lingkungan,,, sedangkan dia saja sudah sering kemari dan sudah hafal betul jalan jalan di sekitar kampung Jambu ini"Tok....... Tok..... Tok
"Assalamualaikum"
Kini Zio sudah terbiasa mengucapkan salam saat bertemu Airin, ya..... walaupun sering kelupaan juga sih."Waalaikumsalam"
Airin terkejut ketika mendapati Zio sedang duduk manis di kursi teras rumahnya.
"Kamu Zio. Ada apa?"
"ngak napa napa pengen main aja, ngak boleh?""Boleh sih, eh kamu ke sini naik apa kok aku ngak ngelihan mobil kamu"
"kenapa emang kalau gue ngak naik mobil lo ngak mau ya temenan sama gue"
"Ye bukan gitu Zio,,, aku itu berteman sama siapa aja asalkan dia baik. Aku kan cuman nanya kamu naik apa? Kan biasanya kamu bawa mobil."
"Sekarang gue ngak kayak dulu rin, bokap gue bangkrut dan semua hartanta disita termasuk mobil gue"
"Tapi yang bikin gue seneng gue bisa tetanggaan sama lo karena tuh rumah gue"
Jelas Zio sambil menunjuk sebuah rumah yang jaraknya hanya 3 rumah dari rumah Airin."Yang sabar ya yo, kamu pasti bisa ngelewatin semua ini, kamu kan strong"
"Ya gue kan strong"
Sambil memperlihatkan otot yang ada di tangannya layaknya bintang iklan e*tra j**s. Membuat Airin memutar bola matanya malas."Eh tapi tunggu dulu, apa tadi kamu bilang? Aku ngak fokus"
"Aku kan strong itu?"
"bukan, yang sebelumnya""oh,,,, itu.mau banget ya diulang? "
Tanya Zio dengan nada menggoda"ngak jadi"
Jawab Airin yang mulai bete"iya iya aku ulangin. Gini rin, meskipun aku tinggal di rumah yang kecil tapi aku seneng karena aku bisa........ "
Zio sengaja menggantung kata katanya""bisa apa yo jangan gitu ih"
"katanya ngak pengen tau"
Sebenarnya Zio masih ingin menggoda Airin, namun apa mau dikata Zio tidak tega melihat wajah sebal Airin. Dan akhirnya Zio menyerah.
"iya iya rin aku kasih tau. Aku seneng karena aku bisa tetanggaan sama kamu""Oh........... Aku juga"
Zio tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut Airin. Apakah Zio mimpi? Salah dengar? TIDAK. Yang Zio dengar benar benar nyata.
"Apa rin aku ngak denger, coba kamu ulangi"
"Udah bukan apa apa kok, aku mau beres beres rumah"
Airin meninggalkan Zio di teras rumahnya tanpa mau menuruti kemauan Zio untuk mengulangi ucapannya.
Sepeninggalan Airin Zio hanya mematung sambil tertawa bahagia,,,mengapa Zio bisa sesenang ini ya?
Sudahlah..........
*****
Keesokan harinya Zio sangat bingung harus berbuat apa, harus kemana untuk mendapatkan uang?
Itulah pertanyaan yang ada di benak Zio saat ini.Zio tau bahwa papanya masih memiliki tabungan yang masih cukup jika hanya untuk makan seminggu ke depan. Namun haruskah Zio menunggu hingga uang itu habis dan mereka berdua kelaparan. Tidak. Zio tidak semalas itu.
Lagi pula siapa yang bisa menjamin bahwa dalam seminggu kedepan keluarga Zio tidak mendapat keperluan mendadak.*****
Seorang mantan anak orang kaya raya itu sekarang sedang berjalan santai sambil mengamati sekitarnya, jikalau ada pekerjaan yang bisa ia kerjakan untuk mengisi dompetnya yang kosong.Zio tau bahwa kehidupan ini seperti roda yang berputar, tapi mengapa Zio tetap merasa bahwa dunia ini tidak adil padanya.
BUTUH PEKERJA
Kalimat yang tertulis di sebuah papan karton dan ditempatkan di pintu toko sembako berhasil membuat seorang pria penggangguran itu menajamkan pengelihatannya.
Ya benar Zio tidak salah lihat. Toko itu membutuhkan pegawai.
"tunggu dulu, emangnya ditoko sembako gini gue mau ngapain"
Zio sempat berdebat dengan dirinya sendiri tentang pekerjaan yang mumgkin akan dia lakukan. Namun Zio segera membuang rasa ragunya itu ketika mengingat papanya yang ada di rumah."Permisi, saya mau menanyakan mengenai lowongan pekerjaan di sini.Apa masih ada?"
Seorang wanita paruh baya, berpenampilan ya.... cukup glamour dengan kalung serta gelang emas yang ia kenakan. Zio menduga bahwa dia adalah pemilik toko sembako ini.Tapi anehnya wanita itu hanya bengong menatap Zio tanpa menjawab pertanyaannya.
"Maaf nyonya apa anda bisa mendengar saya"
Zio menambah volume suaranya satu tingkat lebih keras. Membuat wanita itu kaget.
"Oh iya saya dengar apa yang adek katakan. Tapi saya hanya heran, kenapa adek menanyakan lowongan kerja di sini. Tidak mungkinkan adek yang tampan ini mau bekerja sebagai seorang buruh panggul?"pernyataan serta pertanyaan orang di hadapannya ini cukup membuat Zio tercengang
"gue??? Jadi buruh panggul. Ah,sudahlah ini demi papa"
Pikir Zio singkat"Iya nyonya saya ingin bekerja di sini. Menjadi buruh panggul tidak akan jadi masalah untuk saya"
Jika dilihat dari penampilannya, seorang Zio Alfero memang jauh dari kata cocok jika harus menjadi seorang buruh panggul. Namun jika soal kekuatan, jangan ditanya lagi. Zio memiliki otot yang cukup kekar karena dia sering pergi ke gmy untuk latihan. Jika hanya untuk mengangkat beras, itu bukan masalah baginya.
"Baik, saya lihat kamu cukup kuat. Kamu diterima kerja disini dan bisa mulai kerja sekarang. Tapi sebentar saya mau tanya nama kamu siapa?"
"Saya Zio Alfero, anda panggil saja Zio"
"oh zio, perkenalkan saya Harni panggil saya Nyonya Harni. Oh ya ngomong ngomong itu beras di gudang kamu angkat ke mobil bak ya, saya tinggal dulu"Zio hanya mengangguk patuh.
Zio rasa ini lah saatnya dia merasakan beratnya kehidupan. Sekarang dia sudah dapat pekerjaan, tapi bukan pekerjaan seperti orang orang penting yang hanya duduk di kursi kerja sambil menghadap komputer. Zio harus mengangkat beras yang rata rata berbobot 10kg. Padahal dulu jika papa Zio memerintahkan Zio untuk menggantikannya saja Zio akan menolak mati matian.
Heh,,,, dalam hati Zio hanya tertawa meratapi nasib malangnya.
Aku sempet sempetin ya guys buat update, biar kalian tetep stay di lapak aku ini.
Jangan lupa kasih komen dan vote buat aku supaya makin semangat nulis ceritanya.
Oh ya buat kalian para readers yang penasaran sama castnya Airin secara jelas,,,,,,,tungguin part selanjutnya. Karena apa?
Karena di situ ada foto aku.Wkwkwk canda doang. Masud aku ada fotonya Airin yang pastinya bukan aku. 😁😁😁

KAMU SEDANG MEMBACA
Airin
Romance"Aku pergi bukan karena aku ingin meninggalkanmu. Aku hanya mempersiapkan diri untuk menjadi yang lebih baik. Dan pada saatnya nanti aku akan kembali padamu dengan sosok yang lebih baik dari yang kamu lihat saat ini. Aku janji" Itu salam terakhir Zi...