5. Perasaan aneh

68 9 2
                                    

Pukul 04.00 dini hari seorang gadis berkulit putih, dengan muka khas orang bangun tidur itu sedang membuka korden jendela kamarnya, nampak dari sana suasana masih gelap. Tercatat hanya 4 jam dia tidur semalam karena apa lagi kalau bukan memikirkan seorang pria yang mengajaknya dinner semalam.

Meskipun begitu seorang Airin akan tetap bangun di jam 04.00 untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Setelah mendengar suara adzan berkumandang Airin langsung bergegas mengambil air wudhu lalu sholat.

Setelah melakukan ritual paginya Airin bergegas menuju pasar untuk membeli bahan kue untuk dijualnya seperti biasa.

***
Semua kue dari berbagai bentuk sudah siap untuk dijajakan.

Airin menitipkan kue kuenya di warung dekat rumahnya.
"Ibu ini kuenya ada 30 buah, saya titip ya"
"oh iya neng Airin taruh aja di meja"
"makasih ya bu"
"iya iya"

Memang hanya dari kue itulah Airin bertahan hidup. Tapi Airin tidak pernah mengeluh ataupun menyalahkan takdir. Bagi Airin hidup harus dijalani dengan ikhlas.

Berbeda jauh dengan Zio. Seakan akan kehidupan Airin dan Zio dapat digambarkan seperti langit dan bumi. Zio berasal dari keluarga kaya. Zio pun sering menghambur hamburkan uangnya untuk hal hal yang tidak penting.

Sifat Zio tentunya juga sangat jauh berbeda dengan Airin. Buktinya saja saat ini Zio masih bekulat di atas kasur king size miliknya tanpa berniat untuk segera bangun. Jangankan untuk bekerja seperti Airin untuk sholat saja Zio tidak pernah.

Pukul 11.00 barulah Zio terbangun dari tidur nyenyaknya.

Setelah bangun tidur Zio langsung menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya untuk langsung mandi karena Zio adalah tipe orang yang selalu mengutamakan kebersihan.

Zio sudah tampil rapi dengan kaus abu abu, celana jeans hitam dan sepatu snikersnya.

Hari ini Zio berencana untuk pergi ke rumah Airin. Entah mengapa Zio merasa ingin selalu bersama gadis pemilik senyum manis itu, sepertinya Zio nyaman dan ingin lama lama bila ada di dekat Airin.

***
"Airin! Airin! Airin!"
Zio memanggil manggil nama Airin layaknya anak kecil ngajak main temennya.

"iya iya" terdengar suara jawaban dari dalam.

"Zio apaan sih kamu manggil aku gitu kayak anak kecil tauk"
"Hahahahaha"Zio malah tertawa terbahak bahak.
"Biar lo cepet keluar"

"Kenapa kamu ke sini? "
"Pengen aja, emang ngak boleh? "
"ya bukan gitu masud aku"

"oh iya kan kemaren lo bilang mau traktir gue, ya kan? Ngak usah pura pura amesia deh"
"Enggak aku ngak pura pura amesia, orang aku masih ingit kok"
"Ya udah ayo"

"Iya iya aku kunci pintu dulu"
"oke gue tunggu di mobil"

"udah siap?"
Pertanyaan itu hanya disambut dengan anggukan singkat Airin.

----------
"ini tempatnya? Lo ngak salah rin"
"enggak emang ini tempatnya"
Jawab Airin santai sambil mengankat bahunya.

"Pak soto ayamnya 2"
"Minumnya neng"
"es teh 2"
"ok. Sip"

Setelah makanan yang mereka pesan sudah siap Zio hanya memandanginya. Dan dari raut muka Zio sepertinya dia enggan untuk menyantap makanan itu.

"Dimakan yo bukan cuman dilihatin aja"
"Gue ngak yakin ah rin, kelihatannya nih makanan ngak higenis. Lihat aja deh tempatnya terus penjualnya juga"
"Zio,aku itu udah sering makan makan di sini bertahun tahun malahan dan kamu lihat aku baik baik aja kan, makanan ini aman kok aku ngak pernah sakit perut habis makan di sini"
"kamu cobain sesuap aja deh"

AirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang