White

3.3K 419 24
                                    

09.00 KST

" Hanya ini saja yang ingin anda beli nona? " Tiffany saat ini sedang sibuk melayani pelanggan di toko roti yang sudah 3 tahun ini dirintisnya. Ia tidak bisa selamanya bergantung pada ayahnya bukan? Ia ingin jadi gadis yang mandiri.

"Ne"

" Apa kau membolos sekolah nona muda? "

" Bukan urusan mu"

" galak sekali?  Harusnya kau berada disekolah di jam seperti ini anak manis"
Tiffany membungkus pesanan seorang pelanggan yang terlihat imut dengan mantel kebesaran dan masker yang menutupi wajahnya, Tiffany rasa ia bocah SMA yang membolos.

"Terimakasih atas pujian dan nasehatnya, bisakah kuminta pesanan ku? "

"Tentu,  ini untuk mu" Tiffany menyodorkan bungkusan kepada pelanggan nya itu beserta kembalian,entah kenapa ia berharap bocah itu tidak buru-buru pergi dan mengobrol dengan nya lebih lama lagi.

" Gomapta,  aku memang manis tapi ada hal yang harus kau tahu nona penjaga toko roti,
pertama, aku bukan bocah SMA
kedua, aku tidak membolos
ketiga, kau punya janji untuk bertemu dengan ku nanti,tepatnya 8 jam dari sekarang, Tiffany."

Tiffany menutup mulutnya menahan rasa terkejutnya ketika pelanggan yang tadi ia sebut imut itu membuka masker nya.

" dokter? "

" Ania,  aku Taeyeon bukan dokter"

" Mianhae " Tiffany tertunduk malu atas sikap lancang yang telah ia lakukan. Ah,  pasti wajahnya memerah saat ini. Tapi ini juga bukan sepenuhnya salah Tiffany,  salahkan Taeyeon juga kenapa memiliki ukuran badan yang membuat nya salah mengartikan situasi.

"Permintaan maaf tidak diterima begitu saja, kau harus membayar"

" Tapi aku..

" Hey tenang lah aku tidak akan memeras mu, kita tentukan nanti dengan cara apa kau membayar ku, sekarang manusia yang manis ini akan berangkat bekerja dulu ne?"

Taeyeon mengedipkan sebelah matanya sebelum pergi meninggalkan gadis satunya yang masih mematung di tempat dengan wajah yang memerah karena ulahnya. Dan Tiffany,  ia masih mencoba mengatur debar jantungnya yang serasa hampir terlonjak keluar. Ia bahkan tidak pernah merasakan sensasi seperti ini dengan lelaki yang ditemui nya, tapi Taeyeon seorang dokter yang mirip bocah itu bisa mengubah nya menjadi tidak berdaya.






" Kau harusnya tidak perlu menjemput ku dokter"

" sudah ku bilang aku bukan dokter,  aku Taeyeon"

" mana bisa aku memanggil mu begitu"

" Bisa, karena sekarang aku adalah teman mu"
Taeyeon menggenggam tangan Tiffany,  mencoba meyakinkan bahwa menganggap Taeyeon sebagai teman bukanlah tindakan yang salah.

" Kita akan melakukan konsultasi disini? " Tiffany merasa janggal ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti didepan restoran.

"Tidak,  kita akan makan "

" Makan? "

" Iya"

"Tapi kenapa Tae? "

"Jadi kau memilihkan nama persahabatan untuk ku sekarang?"
Taeyeon tidak tau apa yang sedang terjadi tapi ia senang Tiffany mulai terbuka padanya, ini lebih mudah untuk membangun Rapport dengan pasien nya itu.
Sebenarnya itu tidak mudah, tapi ada beberapa trik yang bisa dilakukan.Biasanya Taeyeon malas melakukan Rapport, tapi kali ini ia ingin melakukannya. Dan cara termudah untuk membujuk seseorang sewaktu membangun keakraban adalah dengan makan bersama dan menjalin percakapan.

" Apa kau memiliki kesulitan saat menjalin hubungan Tiffany? "

" Tidak juga,  aku punya beberapa mantan dan hubungan kami berjalan lancar kecuali untuk hal ranjang"

" Hebat juga,  aku bahkan tidak punya mantan "

"Benarkah?  Kau pasti berbohong"

" Tidak. Aku jujur" Taeyeon mendekatkan wajahnya ke arah wajah Tiffany.

" Apa yang kau lakukan Tae" Tiffany mencoba menjauhkan wajahnya dari Taeyeon tapi gadis imut itu terus mendekat mengikis jarak diantara mereka.

" Lihat mata ku"

" Sudah Tae"

" Apa yang kau lihat?"

"  Matamu.. Indah"

" Benarkah? Kau menyukai nya? "

" Aku suka,  Aku menyukai mu"

" Aku tau aku menarik tapi jangan menyukai ku secepat itu Tiffany"
Taeyeon tergelak ketika mendengar pengakuan mengejutkan Tiffany, sementara Tiffany menutupi wajahnya setelah sadar akan apa yang dia ucapkan,  harus Tiffany akui mata Taeyeon benar-benar memiliki kekuatan magis yang menghipnotis siapapun yang melihatnya.

" Berhenti tertawa "

" Kau lucu, kenapa aku harus berhenti?"

"Karena aku malu"  Tiffany mencubit lengan Taeyeon yang sedari tadi tidak berhenti menertawakan nya.

" Kau menyebalkan Tae !  Aku mau pulang" Tiffany bangkit dari kursinya, ia ingin segera kabur dari hadapan Taeyeon. Ia sudah setengah mati menahan rasa malu disana, bagi Tiffany cukup memiliki kelainan rasa takut dalam berhubungan intim dan jangan ditambah dengan kelainan menyukai wanita berwajah imut yang ada di hadapan nya. Tidak, Tiffany tidak mau.

" Jangan" Taeyeon menahan tangan Tiffany.

" Apa lagi? "

" Jangan pergi"

" Kenapa?  Karena sesi konsultasi belum berakhir? "

"Bukan"

"Karena kau belum puas menertawai ku dokter Kim? " Tiffany benar-benar ingin pergi,  ia tidak bisa lebih lama lagi merasakan genggaman tangan Taeyeon.

" Berhentilah menebak dan duduklah kembali Tiffany"
Tiffany kembali duduk,  patuh terhadap perintah seseorang yang katanya akan menolongnya keluar dari masalah yang sudah bertahun-tahun mengusiknya.

"Kenapa aku tidak boleh pergi?"

" Karena aku harus
menyembuhkan mu"

" Seperti tidak ada hari lain saja,  aku harus pergi" Tiffany kembali  bergegas berdiri untuk segera pergi.

" Ku bilang jangan pergi"
Taeyeon sekarang ikut berdiri menghadap Tiffany, tangannya berada di kedua bahu Tiffany memberi gesture penekanan bahwa Tiffany memang tidak boleh pergi untuk saat ini.

" Jangan pergi ! Karena aku juga menyukai mu Tiffany"

Hari itu,  didalam restoran,  Taeyeon, seorang psikiater,  terjebak dalam sesi konsultasinya sendiri.

TBC

Rapport = hubungan atau ikatan saling percaya antara dua arah

Secret RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang