Red

2.8K 386 38
                                    

"Sore ini, jam berapa sesi konselingku yang berikutnya Sunny?"

" Sore ini satu pasien lagi, dan dia akan datang dalam 10 menit lagi" Sunny melihat kearah jam di dinding memastikan bahwa yang ia ucapkan memang tidak salah.Satu pasien di jam kritis , waktu yang sama dan orang yang sama.

" Siapa?"

" Tiffany Hwang "

" Ah.. dia lagi" Taeyeon membereskan meja kerjanya karena sudah sore dan jadwalnya untuk pulang sebentar lagi .Ia rasa akan tertinggal, ah tidak.Mungkin dia tidak akan sempat menonton serial kartun favoritnya hari ini.Dulu dia akan sangat marah kalau hal itu terjadi, tapi untuk wanita yang satu itu hal tersebut tidak berlaku.Cinta mengubah manusia, itu faktanya.

" Ku lihat wanita itu sudah banyak berubah sejak kali pertama dia datang kesini seakan dia jadi lebih stabil dan ceria, Kau memang psikiater yang hebat ,Taeyeon "

" Dia menderita gangguan delusi dan itu bukanlah hal yang hilang dengan mudah, manusia tidak lah berubah segampang itu " Taeyeon menghela nafasnya di akhir ucapannya, menjadi optimis di situasi yang sulit itu adalah hal berat.Dia tidak bisa menipu diri sendiri hanya karena terlalu mengharap kesembuhan Tiffany.

" Taeyeon.., Pasien mu sudah tiba " Ucapan Sunny membuyarkan lamunan Taeyeon, menarik nya kembali kepada realita yang harus dihadapinya.

" Persilahkan dia masuk, Sunny" Entah itu ucapan permohonan atau perintah,yang pasti Sunny memang benar-benar keluar untuk memanggil Tiffany.

"Tiffany kau bisa masuk sekarang.Berhati-hatilah dia sedang dalam kondisi yang kurang baik"

" Wae?"

" Kau akan tahu nantinya,sekarang masuklah " Sunny membawa pasien itu kedalam ruangan yang seharusnya ia berada, kemudian meninggalkannya bersama dengan satu manusia lain yang akan menanganinya.Sunny hafal Taeyeon perlu ketenangan saat bekerja, dan ikut berada di dalam bukanlah sesuatu yang dibenarkan.

" Kenapa diam? Tidak mau mengatakan sesuatu?" Taeyeon menatap lurus kearah gadis yang sedari tadi hanya menunduk, menyembunyikan wajahnya.Tidakkah Tiffany tahu saat ini betapa tersiksanya dia menahan untuk tidak membawa gadis itu kedalam pelukannya?Tidakkah Tiffany tahu Taeyeon selalu berharap bisa menatap wajah gadis itu berlama-lama?

" Maaf" Tiffany mulai keluar dari persembunyian, mencoba menatap ke arah orang yang mengajaknya berbicara.

" Untuk apa? Kau tidak bersalah " Taeyeon menaikan sebelah alisnya, heran dengan tingkah Tiffany.

" Untuk kejadian direstoran malam itu , aku hanya bercanda.Tidak serius,maaf atas kelancanganku" Susah payah Tiffany mengatakan hal itu, susah payah juga ia menyembunyikan semburat merah pada wajahnya yang muncul ketika mengingat bagaimana dia menyatakan perasaan ke orang yang baru dikenalnya.

"Hey aku juga bercanda waktu itu. Kita teman, dan selamanya akan seperti itu" Perih. Rasa itu yang sekarang menjalari perasaan Taeyeon yang harus berpura-pura dan menutupi semua hal yang telah terjadi. Dia berharap tapi tak berani berekspektasi, karena itu lebih sering menyakiti. Bagi Taeyeon seperti ini lebih dari cukup, yang penting Tiffany tidak pergi.

" Jadi kita akan memulai sesi konseling nya?" Tiffany sedikit ragu untuk menanyakan itu pada Taeyeon,karena ia tahu sebentar lagi jadwal Taeyeon pulang.Tiffany sebenarnya juga tidak enak terus-menerus mengacaukan jadwal Taeyeon tapi mau bagaimana lagi waktu luang Tiffany memang hanya ada di jam seperti ini,dari sore sampai malam hari.

" Tentu, tapi tidak disini" Taeyeon bangkit dari posisi duduknya, melepas jubah putih yang ia kenakan dan menyampirkan nya ke bahu.

" Ayo ke rumah ku" Tangan Taeyeon terulur ke arah Tiffany, dan Tiffany dengan taat mengamit tangan Taeyeon.Menerima ajakannya dengan sukarela.

" Jadi bagaimana? Merasa lebih baik?" Tiffany mengangguk untuk menjawab pertanyaan Taeyeon, perasaan nya memang jauh lebih baik setelah menceritakan semuanya pada Taeyeon.Bagaimana mengungkapkannya secara keseluruhan, itu sulit.Tapi secara garis besar Tiffany merasa bebannya sedikit berkurang dan lebih lega.

" Baguslah, sekarang kita akan memulai sesi konselingnya. Aku punya sesuatu untuk mu, perhatikan ini baik-baik okey?" Taeyeon menunjuk layar laptopnya,memastikan Tiffany mengerti atas segala instruksi yang dia berikan.Dan saat Tiffany telah terlihat fokus pada layar yang ditatapnya,Taeyeon dengan segera menekan tombol enter di laptop untuk memulai sesi konselingnya.

" Aaaaaa" Tiffany berteriak, tangannya menutupi wajah.

" Jangan tutupi wajah mu dan lihat layarnya" Taeyeon mendekat ke arah Tiffany,sekarang dia berada di sebelah Tiffany.Tangan Taeyeon mengelus pelan punggung klienya itu,seolah memberi ketenangan.Dan Bingo ! Tiffany mulai menurunkan tangannya dan mencoba fokus kembali, meskipun dia merasa ketakutan. Tubuh Tiffany bergetar dengan keringat yang mulai bercucuran, tangan Tiffany meremas ujung baju yang Taeyeon kenakan.Dia benar-benar ketakutan saat harus melihat adegan antara dua manusia yang bergumul diranjang.

" Jangan panik dan tenangkan dirimu " Tiffany mengalihkan sebentar pandangan nya kepada seseorang yang barusan bicara. Psikiaternya tersenyum ke arah dirinya?Setelah menyuruhnya menonton film dewasa?Daebak.

"Apa yang mereka lakukan?" Tiffany sedikit bergidik ngeri ketika menyaksikan pemeran wanita di layar itu mengerang seperti menahan kesakitan saat pemeran pria menghujaminya terus-menerus.

" Tentu saja bercinta" Jawab Taeyeon dengan enteng, seolah lupa kalau Tiffany punya masalah dengan hal semacam ini.

" terlihat menyakitkan, kenapa dilakukan?"

" Itu karena kau belum pernah mencobanya, jika sudah kau akan tahu kenapa orang-orang suka melakukannya"

" Kau pernah melakukannya Tae?" Pertanyaan Tiffany membuat Taeyeon langsung memalingkan wajahnya,berharap semoga saja Tiffany tidak melihat wajah kemerahannya.

" Pernah tidak?" Tiffany mengulang pertanyaan nya.

" Te..ten..tu, Tentu saja pernah !" Taeyeon membusungkan dadanya dan melantangkan suaranya seolah-olah dia memang sudah pro untuk urusan seperti itu.Padahal itu hanya kamuflase agar Tiffany tidak curiga dan mau percaya.Yah, Taeyeon memang punya banyak koleksi film seperti itu tapi untuk praktek langsung..tentu saja belum.Taeyeon belum berani, dan bagaimana mungkin dia berani jika mengingat kejadian di masa lampau sudah membuat detak jantungnya seperti berlari,kejadian saat ciuman pertamanya di curi oleh Tiffany.

Sementara itu Tiffany hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban Taeyeon,tidak berkomentar apapun, hanya diam. Padahal Taeyeon ingin mendengar respon gadis itu.

" Kalau begitu ajari aku, aku ingin tahu"

Deg.

Jantung Taeyeon seperti berhenti berdetak .Kalau Tuhan bisa mendengarnya, dia ingin menarik keinginanya tadi untuk mendengar respon Tiffany, yang membuatnya seperti ingin menghilang saja dari bumi.

TBC

Secret RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang