02. Lelah

1.2K 112 49
                                    

Boboiboy © Animonsta

Rate : T

Pairing : HaliTau slight IceTau

Genre : Romance, friendship, fluffy, smoothie, etc.

Warning : OOC, typo, yaoi, boyxboy, no alien, no robot, dll.

Terinspirasi dari lagu yang dinyanyikan oleh Geisha, judulnya. Ku Menyerah. Jadi, disarankan ketika membaca fic ini dengan diiringi lagu tersebut.

Fic yaoi pertama Val! Maaf, kalau kurang mengena. Di fic ini hubungan LGBT sudah di legalkan ya~
.
.
.
Ku Menyerah

.
.
.
Don't Like Don't Read!
Happy Reading~
.
.
.

Brak!

Lagi-lagi.

Taufan masuk ke kelas dengan aura suram. Kelas sudah lumayan kosong, akhirnya ia bolos sepanjang hari ini. Dikelas hanya tersisa beberapa orang dan Taufan mengabaikannya.

Anak-anak yang tersisa memandang Taufan heran. Sebuah keajaiban jika melihat Taufan tidak berteriak selama beberapa menit. Entah ada berapa kotak suara di tenggorokannya.

Taufan berjalan menuju bangkunya. Mendorong kursinya dengan keras hingga mengejutkan semua orang. Ia menyampirkan tas nya ke bahu kiri lalu memandang seisi kelas.

Oops! Sepertinya ia salah. Seharusnya tadi tak usah memandang kelas. Lihat yg ia lihat sekarang! Sepasang ruby yang menatapnya tajam.

Taufan menyerngit, dan sesaat kemudian juga ikut menatap tajam Halilintar. Terdengar tarikan napas tertahan dari penjuru kelas.

Dengan cepat mereka beranjak keluar kelas. Mereka tidak mau melihat kedua cowok ini bertengkar. Cukup jantung mereka dipaksa bekerja lebih keras karena kejadian tadi pagi. Cukup, atau mereka akan segera dilarikan ke rumah sakit karena terkena penyakit jantung.

Tinggal mereka berdua. Aura kelam menyelimuti keduanya.

"Apa?!" Taufan akhirnya membuka percakapan.

"Huh, bodoh," dengus Halilintar masih dengan nada jengkel.

Gara-gara pemuda bermata sapphire itu jantungnya tak mau berhenti berdetak tak karuan. Ia tak suka itu. Lagipula dia juga sudah sedari dulu tak suka melihat eksistensi pemuda penggila kata cinta itu.

Ujung bibir Taufan berkedut. "Brengsek!" teriaknya menahan emosi.

"Tak punya otak,"

Wajah Taufan memerah kesal. Kepalanya berasap. Ia menghembuskan napas pelan. Lalu memandang Halilintar dengan pandangan jengkel.

"Wekk!" Dengan juluran lidah dan sebuah acungan jari tengah,  Taufan keluar kelas setelah terlebih dahulu menendang pintu kelas nya yang entah sudah berapa kali teraniaya olehnya.

Halilintar yang ditinggalkan rasanya ingin sekali tertawa. Ia tak boleh tertawa hanya karena tingkah laku Taufan. Akhirnya hanya sebuah senyum geli yang keluar. Ia menyampirkan tasnya ke bahu lalu berjalan keluar kelas.

Ku MenyerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang