Letia Part 4

706 32 4
                                    


Hujan mulai turun saat Bram masuki pekarangan rumah. Ia memarkirkan mobilnya di bawah kanopi di samping kiri rumahnya. Biasanya, saat pulang ke rumah, Letia selalu menyambutnya sambil berlari keluar dari pintu rumah. Ia menurunkan barang-barangnya terlebih dahulu di sudut garasi, setelah semuanya selesai Bram menghampiri anak anjing yang meringkuk karena masih belum terbiasa dengan lingkungan barunya. Mungkin juga stres karena Bram melarikan mobilnya dengan kencang.

"Hei, hei, sini.... Maaf, ya, tadi ngebut. Nih, dipakai dulu kalungnya, biar cakep." gumam Bram sembari melingkarkan kalung di leher anjing itu.

"Bram..., kok sudah pulang?" tanya Letia. Ia gagal menyembunyikan senyumnya.

"Eh, iya, aku ... kebetulan rapat evaluasi proyek berjalan lancer," sahut Bram sedikit kikuk.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Letia sambil mengernyitkan mata.

"Tadaaa!" seru Bram sambil mengangkat anak anjingnya.

"Guk!" seru anak anjing tersebut.

"OH, MY GOD! Demi apa..., lucunya!" pekik Letia kegirangan dan menghambur ke arah Bram.

"Eits, eits, eits! Emang aku bilang ini buat kamu?" canda Bram sambil menghindari tangan Letia yang mencoba meraih anak anjing itu.

"Kalau bukan buat aku, buat siapa lagi?" gerutunya sambil mengacakkan tangan di pinggang.

"Hahaha ... iya, buat kamu, nih! Sun dulu, dong?" tukas Bram menyodorkan pipinya.

"Ogah!" sahut Letia langsung menyambar anak anjing itu dan menampik pipi Bram.

Bram menarik Letia yang sudah asyik dengan anjing barunya. Ia memeluk Letia dan memberikan kecupan ringan di dahinya.

"Maafin aku tadi pagi ya, Sayang? Suka sama anjingnya?" tanya Bram lembut.

"Iya, suka." sahut Letia kalem sambil mendongak ke arah Bram.

"Jadi aku dimaafin nggak nih?" tukasnya.

"Ehm, gimana ya...?" canda Letia sambil memutar matanya.

"Awas kamu...." sahut Bram. Ia memencet hidung Letia.

"Aduh! Iya, iya...!" pekiknya sambil tertawa dan menarik tangan Bram dari hidungnya.

"Nah, kita kasih nama apa nih bocah?" celetuk Bram sambil menunjuk anak anjingnya.

"Jackie. Panggilannya Jack!" seru Letia.

"Oke, Jack!" ulang Bram.

"Guk!" sahut Jack kemudian.

Tidak lama setelah itu Bram sudah bisa menebak apa yang akan terjadi. Letia sibuk mondar-mandir menyiapkan tempat tidur Jack. Tempat makan dan minum Jack ia letakkan di sebelah pintu masuk dapur. Letia beralasan agar lebih mudah membersihkan dan mengisi ulang makanan serta minumannya, sebab dapur lebih dekat dengan garasi, tempat Bram meletakkan stok makanan Jackie.

"Jackie, come, come!" seru Letia memberikan isyarat ke Jackie untuk makan.

Jackie menurut saja dan langsung melahap makanannya, ekornya bergoyang-goyang. Bram mengaduk kopinya, duduk di sofa dan kemudian membuka laptopnya. Ia membuka-buka email, dilihatnya email dari Mira. Ia buka satu per satu untuk memilih klien yang manakah yang akan ia tangani terlebih dahulu, sampai akhirnya ia sadar Letia sudah berada di depannya.

"Hei...?" sapa Bram kebingungan melihat Letia yang mulai cemberut lagi.

"Kerja terus...." gerutu Letia.

LETIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang