Letia Part 6

652 30 0
                                    

Sepanjang perjalanan pulang Bram tidak bisa berhenti memikirkan kejadian yang ia alami selama menunggu makanannya siap untuk dibawa pulang. Ia membuka browser-nya dan mencari tahu topik seputar gangguan makhluk halus. Ia merasa lega saat membaca rentetan daftar gejala dan tidak ada satu pun mirip seperti kejadian yang alami. Namun, Bram tercengang saat membaca artikel mengenai ciri-ciri anjing yang melihat hantu. Di artikel tersebut disebutkan anjing memalingkan mukanya, mengeluarkan dengkingan pelan, meringkuk dan melingkar seolah melindungi dirinya dari sesuatu. Selain itu anjing juga terlihat gelisah atau menggeram ke sudut yang tidak ada orang ataupun benda lainnya. Bram menjadi teringat kata-kata penjaga toko dan gelagat Jackie akhir-akhir ini.
Setelah membayar makanannya, Bram pulang dengan pikiran yang semrawut. Bram membelok ke garasi dan turun membawa tas serta makanan yang ia sengaja beli untuk makan malam nanti bersama Letia.
Pintu dan jendela rumah masih tertutup rapat, seperti tidak ada tanda-tanda Letia di dalam rumah. Bram membuka pintu dan meluncur ke ruang tengah, ia melirik kembali rak sepatu Letia dan mendapati sepatu lari Letia tidak ada di rak. Antara bingung dan cemas, Bram ke dapur meletakkan makanan yang ia bawa. Ia membuka kulkas untuk mengambil air dan berjalan menuju sofa untuk merebahkan badannya.

"Guk!" gonggong Jackie.

"Astaga, Jack! Jangan mengagetkanku seperti itu." tukasnya hampir menjatuhkan gelas.

Jackie memanjat di kedua paha Bram dan menjilat-jilat pipinya, kemudian ia menggigit lengan baju Bram dan lagi-lagi menarik-narik seolah ingin mengajak Bram bermain.

"Jack, please, aku ingin istirahat." katanya sambil mengambil bola di samping sofa untuk dilemparkan ke Jackie.

Tak sengaja Bram melirik ke arah tempat makan dan minum Jackie, keduanya kosong seperti tidak diisi. Bram mulai merasa ada yang aneh dan terperanjat saat televisinya tiba-tiba menyala. Terlebih lagi saat ia menoleh ke kanan dan mendapati Letia sudah ada di sebelahnya, tersenyum dingin.

"Le ... Letia, kamu ke mana aja? Tiba-tiba sudah di sini aja?!" tanyanya sedikit tergagap saking kagetnya.

Jackie mendengking-dengking pelan dan meringkuk di sebelah kiri sofa menjauhi Letia.

"Hutan." sahut Letia singkat dan dingin.

"Letia, kamu sakit?" tanya Bram sambil mengarahkan tangannya ke kening Letia, tapi Letia menghindar dan berjalan menuju dapur.

Jackie meringkuk dan menatap Bram penuh arti. Letia melewati Jackie begitu saja seolah Jackie tidak ada di rumah ini. Tidak biasanya istrinya begini, Letia bukanlah pribadi yag dingin terhadap binatang peliharaan. Tanpa berkata-kata Bram mengikuti Letia ke dapur.
Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore dan Letia tengah sibuk menyiapkan makanan. Setelah Bram membantu proses memanaskan makanan yang ia beli, mereka makan dalam diam. Bram melirik piring Letia, makanannya tidak disentuh sama sekali, hanya sekadar dipandangi dan diaduk-aduk saja.
Tanpa menghabiskan makanan, Letia langsung membereskan meja dapur. Bram mengikuti Letia ke tempat mencuci piring dan heran mendapati piring dan gelas menumpuk mulai bersemut. Seenggan itukah Letia mengurus rumahnya sendiri? Bram sedikit menyesal dalam hati karena membiarkan pertengkarannya terlalu lama.

"Sayang, biar aku yang mencuci semua piring dan gelas ini. Kamu sikat gigi aja dulu, ya? Setelah itu istirahat." katanya sambil mengusap kepala Letia.

Letia tidak menjawab dan hanya mengangguk. Setelah itu ia berlalu masuk ke kamar. Bram mencuci semua piring dan gelas yang menumpuk, pikirannya berkecamuk. Sesekali bulu kuduknya meremang, ia menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada apa-apa di sana. Setelah selesai merapikan semuanya, Bram berjalan ke ruang tamu dan menutup pintu serta menyalakan lampu-lampu yang perlu ia nyalakan, kemudian menyusul Letia ke kamar.
Suara kucuran air di kamar mandi terdengar lembut. Bram melihat punggung Letia yang sedang membungkuk. Mendadak Bram mebayangkan masa-masa mereka menghabiskan banyak waktu di kamar mandi, di depan wastafel sambil berlomba menyikat gigi masing-masing. Ujung-ujungnya piama tidur mereka basah karena masing-masing saling memercikkan air.
Tanpa Bram sadari, kenangannya itu menuntunnya untuk masuk ke dalam kamar mandi dan memeluk Letia dari belakang. Badan Letia yang dingin tak ia hiraukan lagi. Ia mendekap Letia kuat-kuat dari belakang. Letia bergeming, hanya kucuran air yang menemani kebisuan di antara mereka sampai akhirnya Bram membuka mulut.

"Sayang, maafkan aku...." kata Bram masih sambil memeluk Letia dari belakang, "Aku janji mulai sekarang akan meluangkan banyak waktu untuk kita." lanjutnya.

Sementara Bram berbisik di telinga istrinya dan memeluknya dari belakang, kaca di depan Bram memantulkan bayangan Letia yang menyeramkan namun penuh kesedihan. Mulutnya membuka lebar, matanya kosong dengan kantongnya yang menghitam dengan jelas. Dari sudut-sudut matanya keluar cairan berwarna hitam. Belatung-belatung kecil berjatuhan ke wastafel dan langsung menghilang tersapu kucuran air.

"Letia ... Sayang, kamu benar mau memaafkan aku, kan?" tukas Bram mulai melepaskan pelukannya.

Letia berbalik ke arahnya dan mengangguk lemah.
"Iya." sahutnya dingin, namun sudah lebih baik karena ia membubuhkan senyum di bibirnya.

Sekalipun pucat, Letia tetap ayu. Dipandanginya wajah istrinya dan dibelainya pipi Letia dengan penuh perasaan. Bram mengajak Letia untuk merebahkan diri di kasur dan menonton tayangan-tayangan favorit Letia. Beberapa kali ponselnya berbunyi tapi Bram mengacuhkannya.
Hal terakhir yang ia lakukan adalah keluar kamar mengecek pintu dan jendela, memastikan tempat makan dan minum Jackie terisi penuh dan mengganti lampu kamar dengan lampu tidur. Saat ia melemparkan tatapannya ke kasur, Letia membelakanginya dan sepertinya sudah memejamkan mata. Letia selalu suka dipeluk dari belakang, maka malam ini Bram akan melakukan hal yang ia senangi itu. Bram beranjak melewati Jackie yang meringkuk di sudut kamar dan langsung melesak ke dalam selimut bersama Letia. Ia tertidur sambil memeluk istrinya yang sudah lebih dahulu tertidur.

LETIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang