[Laura's]
Aku terbangun dengan ponsel yang terus bergetar. Sepertinya aku banyak tidur karena dalam kasus ini aku yang paling lelah. Uhm a lot of notification. Aku tersadar ini bukan di kamarku but-hey!
Well, hello my lovely Sydneyyyyyy!!!!
Aku tersenyum. Akhirnya setelah sekian lama aku bisa juga kemari, but where is Tarra? I can't find her. Ah paling bersama Niall sedang-oh I don't know. Dont ask me. Seseorang mengetuk pintu kamarku, oh there he is the charming one Harry Styles.
"Hey, sudah nyenyak tidurmu?" tanyanya terkesan uhm...mengejek.
"Sialan kau Harry!" aku melempar jepit yang akan kukenakan. Lalu ia dengan santainya masuk ke dalam dan diduk di sofa menyalakan tv. "Jadi kau kemari hanya untuk menonton tv?" ujarku jengkel dan ia makin membuatku jengkel dengan mengabaikanku.
"Disney? Seriously Harry? God...!" aku menahan tawaku, oke ia menonton uhm entahlah apa judul kartunnya. Yang kutahu hanya Spongebob. Jangan tertawa!
Aku berjalan menuju kamar dan berniat untuk mandi dan berganti baju. Dan membiarkan Harry dengan dunia anak kecilnya itu.
"Laura? Are you there?" Harry mengetuk pintu saat aku baru saja selesai memakai baju,
"Wait there," teriakku lalu membuka pintu. "Sudah keluar dari duniamu hmm."
Ia terkekeh lalu mengacak rambutku, errr aku sudah merapihkannya Harry. "Ayo, pakai jaketmu kita jalan-jalan."
.
.
"Tidak lapar?" tanyanya,
"Nope." Dustaku, sebenarnya aku lapar sekali tapi... I'm on diet dan sudah malam pula.
"Makan apa kau hari ini? Sepertinya hari ini aku belum melihatmu makan." Ia berjalan kearahku yang duduk di sebrang sofanya.
"Kau saja belum melihatnya." Harry membuka diet cokenya lalu menawarkannya kepadaku dan aku tentu menolaknya.
"Ganti bajumu dulu sana, you're wet." Ia mengangguk dan meninggalkanku sendiri di ruang ini.
Mereka-I mean the boys baru saja merampungkan konsernya malam ini. Aku menonton bersama Tarra, Lou dan anaknya Lux. Beruntung malam ini tidak ada yang menyadari keberadaan kami so its fine.
"Hello pumpkin!" seru Louis berjalan kearahku, aku membalasnya dengan senyuman. "Kemana yang lain?"
"Harry ganti baju, Liam dan Zayn juga. Niall sedang bermain bersama Lux dan Tarra. Whats going on Lou?"
Aku melihat mukanya yang terlihat kusut-berbeda dengan saat ia di panggung. Betul, profesionalitas mereka patut diacungi jempol. Ia duduk disebelahku dan mengistirahatkan kepalanya di ujung sofa.
"Are you tired or what?" tanyaku
"I just upset with Eleanor. Ia jarang sekali mengabariku. Aku tahu mungkin ia sibuk atau apalah, tapi apa tidak bisa?" keluhnya, "I mean apa untuk mengangkat telfonku atau membalas pesanku tidak bisa? ini sangat diluar batas kewajaran."
"Ya, ini sudah diluar batas kewajaran menurutku. Tapi Lou, Ele adalah gadis yang baik tidak mungkin ia melakukan hal yang tidak diinginkan kan? Aku percaya itu. Setiap hubungan pasti harus didasari dengan pondasi dari sebuah kepercayaan. Jika tidak ada kepercayaan, hubungan itu tidak akan berhasil. Kalian sudah lebih dari 2 tahun Lou...." .
"Ya, kau benar. Mungkin aku terlalu merindukannya..."
"Hmm bisa jadi itu faktornya. Atau kau terlalu khawatir dengannya."
"Dan apa yang sedang kalian bicarakan?" ujar...orang lain?
Si keriting is back. Dengan boots coklat dan si tight jeans menyakitkan itu. Ia terlihat lebih uhm... sexy dengan rambut yang basah itu.
"Tidak ada, hanya...."
"Yayaya aku tahu kalian berbohong karena sepertinya pembicaraan kalian sangat serius."
"Lalala aku tidak ikut campur dalam urusan ini, bye pumpkin! And you Harold." Louis dengan entengnya berjalan keluar dari ruangan ini mencari hiburan mungkin?
"What?"
Lelaki ini tidak berhenti melihatku seperti orang gila tahu! Tatapannya itu seperti seakan ingin membunuh, sial. Lalu ia berpindah tempat duduknya menjadi sebelahku. Aku bergidik ngeri, bagaimana ia tiba-tiba berubah menjadi vampire atau serigala seperti serial tv kesuakaanku-teen wolf. Lalu nanti ia menggigitku dan membunuhku seketika di tempat. Oh itu mengerikan.
"Aku bukan vampire atau serigala semacamnya Laura, bukan juga seperti yang berada di serial tv favoritmu itu." Ujarnya berbisik
"Apa aku menyuarakan isi hatiku?" tanyaku lebih ke berbisik kepada diri sendiri
"Excatly." Ia tertawa lepas dan aku hanya menatapnya polos. "Imajinasimu sangat jelek sekali Laura! Dan oh lihatlah mukamu sangat lucu! Hahahahaha"
"Terserahmu sajalah tuan-sok." Aku mengambil tasku dan pergi keluar menghiraukan lelaki itu yang sedang menertawaiku. Its not funny.
.
Aku menendang batu-batu kerikil yang ada didepanku, kakiku berjalan entah kemana dan aku baru sadar. Dimana aku? ah screw this. Aku sedang badmood ditambah aku tidak tahu keberadaanku sendiri, holly crap. Hubungi Harry? No way! I mad at him. Lalu siapa?
Harry
Calling
No. I'll not answer this.
Kau dimana? Ini sudah larut. Angkat telfonku sekarang! H.
Oh memang sudah larut, hampir jam 12 malam. Holy molly good. Taksi sudah tidak ada didaerah sepi seperti ini and I'm totally freak out. Aku benci kegelapan, jalanan ini positif kosong dan remang-remang menuju kegelapan.
"Harry...." lirihku, aku terus berjalan mencari seseorang entahlah aku tidak bisa berpikir jernih.
"Excuse me," aku dihalangi oleh seorang pemuda, "Excuse me sir."
"Hey beauty," ia mendekat nafasnya bau alkohol, he is drunk, "C'mere we can play in my bed."
Uh-oh. Somebody help me...
"Don't touch me!" Aku menepis tangannya yang mulai menggerayangi tubuhku, tapi untuk yang kedua kalinya aku kalah kuatnya.
"Dont' touch my girl!" aku menoleh ke sumber suara, its Harry.
Harry melayangkan tinjuannya ke muka si lelaki itu dan dibalas dengannya, aku refleks teriak melihat itu. Bukan Harry namanya jika ia menyerah, ia melayangkan tinjuannya lagi dan mengenai 'investasi masa depannya' si lelaki sialan itu mengerang kesakitan dan Harry masih menendangi perutnya lalu mukanya sampai ia tak sadarkan diri ditempat.
"Its okay Laura, its fine I'm here okay." Harry merengkuhku ke dalam pelukannya, aku menangis ketakutan membayangi kejadian beberapa menit lalu.
"Ak-aku takut H-harry..."
"I know Laura, I know and I'm sorry...." bisiknya masih memelukku dan menciumi puncak kepalaku. "Ayo kembali ke hotel." Harry memapahku menuju mobil.
Selama perjalanan kami masih berpelukan, Harry membawa supir entah supir siapa. Ia tidak berenti menenangkanku dan berkata semua baik-baik saja dan kau aman bersamaku Laura. Aku semakin mengeratkan pelukannya sampai aku tertidur dipelukannya.
----------------------------------------
Nah nah nah! Its done! Special from Laura Point Of View.
How was it? ahhh I know its bad bc my idea is stuck in same place. Sorry. Xx
Mind to vomment(s)? Thankyou :)x
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Things That I Love // n.h
RomanceAn Unconditional love. We shared. We care. We fight. We love each other. But [they] can't messed up our relationship. Niall Horan.