Nine

147 11 0
                                    

[Tarra's]

Aku menerima sebuah amplop dari Niall. Ia datang ke tempatku mendadak sekali. Sempat aku bertanya ia hanya tersenyum idiot. Oh lelaki ini sungguh menyebalkan. Ayolah, ia bahkan tidak mengucapkan sepatah katapun melainkan senyuman miring nan idiot yang ia tunjukan. In case, I didn't want to see that stupid smile right now.

"Just. Open. It!" seru Niall yang menurutku sudah frustasi dengan kelakuanku yang hanya menatap amplop putih ini.

"Ini apa, bodoh?" ujarku ikut-ikutan jengkel.

Niall mendengus, "Can you see what the hell is that?" Ujarnya dengan nada sarkasme didalamnya. Aku memutar bola mataku, "Just open it silly!"

Niall mengacak-ngacak rambutnya kesal, "Bisakah kita tidak berargumen layaknya orang idiot?" Ia tertawa diakhir ucapannya, idiot.

"Fine then."

Aku merobek pinggir amplop itu dan semuanya berisi kertas-kertas yang entahlah apa itu. Kubaca dengan teliti, wow a trip?

"Kau ser-"

"Of course I am!" Pekiknya heboh, yeah you know typical Niall. "See, we're gonna to Venice!" Ia menunjukkan selembar tiket penerbangan dan tertera tujuannya.

"Just the two of us."

Hell. Venice? He just said VENICE! OH MY GOD IM FREAKING OUT RN! Kupeluk tubuhnya yang umm... lumayan kekar dan tentunya semakin tinggi. Ia membalas pelukanku dan menggendongku dalam pelukannya. Uh oh ini akan berakhir mengenaskan sepertinya. Kakiku tidak bisa berpijak, Niall benar-benar menggendongku dengan brutal. Aku memukul-mukul pantatnya-karena hanya itu yang bisa kulakukan.

"Turunkan aku idiot!!" aku mengerang kesal. "Aku pusing jika kau terus mengocok badanku tidak jelas seperti ini Niall!"

Setelah kuomeli ia berhenti dan menurunkanku. Sepertinya hal itu membuatku benar-benar pusing. Hampir saja aku jatuh karena tidak seimbang, beruntung Niall dengan sigap menopangku. Kini aku berada di sofa, berusaha mengatur pandanganku.

"Sepertinya kau belum makan pagi ini ya?" tanya Niall. "Kau selalu seperti ini jika telat makan, ingat?"

Ia benar-benar tahu segalanya tentang aku.

"Ya, kau benar 'tuan-sok-tahu-segala'.Tapi aku sudah makan, aku berani bersumpah!"

"Aku sudah makan kok Niall, makan apel satu buah dan jus jeruk saja kok." Cibirnya dengan menirukan suara khas milikku, sial. "Mana karbohidratnya sayang?" ia berubah menjadi lembut hanya dalam hitungan detik.

"Aku..."

"Diet? Not again please," pintanya memelas. "Itu hanya akan membuatmu tersiksa sayang, you should stop it okay?"

"Err... Okay."

"Sekarang, kau harus memakan sesuatu. Biar kubuatkan makanan ya?" aku hanya mengangguk pasrah. "Tunggu sini," ia mengecup pipiku dan menghilang menuju dapur kecil milikku.

Acara televisi di waktu-waktu seperti ini memang tidak ada yang menarik sama sekali. Kuputar-putar channel dari tadi untuk membuatku tidak terlihat seperti 'gadis-kurang-kerjaan-karena-sebenarnya-ia-kurang-kerjaan'. Well, hal itu membuatku benar-benar seperti kurang kerjaan. Niall lama sekali memasaknya, aku jadi ragu apa yang ia lakukan di dapur selama itu? Apa ia memakan masakannya sendiri dan melupakanku? Well, who knows.

"Ini enak," aku menyuapkan lagi lasagna buatan Niall. Not bad lah... "tapi tetap enak buatanku!" tambahku membuatnya memutar bola mata.

"Iya iya, aku tahu kok sayang." Niall mengecup puncak kepalaku. Sungguh perbuatannya yang spontan membuatku tersipu. I love him so much. Aku menyendokkan lasagna dan mengarahkannya ke Niall dengan cepat ia melahapnya. He looks like a little boy.

Little Things That I Love // n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang