Seven

151 11 0
                                    

[Tarra's]

"Minumlah dulu Laura," aku memberi mug dan ia menerima dengan tangan yang bergetar.

Aku duduk di sofa kamar ini bersama Niall , "Lebih baik kita tinggalkan mereka berdua dulu babe." bisknya lalu kami pamit keluar, mungkin ikut bersama the rest of the boys bermain atau melakukan sesuatu.

"Rasakan ini Zayn!" Louis mencoret muka Zayn dengan bedak yang ada.

Kami sedang bermain kartu, dan permainan ini tidak berjalan semestinya. Maksudku, lihat! Niall yang berbuat curang, Louis menyelipkan sisa kartunya dan mengaku menang, Liam yang hanya bisa pasrah akan kejadian itu, Zayn yang berusaha menghindar dari kekalahan walaupun akhirnya ia kalah. Itulah mereka, dengan apapun mereka pasti bisa membangun suasana.

Blush!

Aku mengerjap berkali-kali, oh tidak. Mukaku mungkin sekarang tidak karuan, baru saja bedak yang Louis pegang di semprotkan ke mukaku. Sial.

"Louis!" pekikku kesal, "God! My hairs..."

"Girls." Gumam Liam, okay calm down. Aku mengambil bedak yang ada lalu menyemprotkan ke arah Liam yang sedang bergumam tidak jelas.

"Hey!" serunya dan aku hanya bisa tertawa idiot. Akhirnya kami perang dengan bedak yang tersisa, tapi itu tidak bertahan lama sebelum Paul datang dan memarahi kita akibat ulah kita sendiri. Jadi, kami menghentikan perang ini.

"Ini masih belum selesai guys!" seru Zayn diiringi gelak tawa dari masing-masing.

This is the best night.

"Bagaimana kalau kita menonton film?" tawar Niall diikuti anggukan yang lain. Dan aku sampai sekarang masih terpikir oleh keadaan Laura, aku penasaran tahu.

"Is everything okay Tarra?" Louis merangkulku membuatku kembali tersadar.

"No. Aku memikirkan Laura, I'm just curious about her. Ia sangat kacau tadi," akuku diikuti anggukannya.

"Listen Tarra, ia akan baik-baik saja. Harry is there with her, aku tahu bagaimana Harry terlebih ia menc-" omongan Louis tepotong, "Shit. I shouldn't tell this." gumamnya lalu merutuki dirinya sendiri.

Aku tertawa, "Hey! I knew it, Laura loves him too." Jelasku, "Bahkan mungkin semua tahu kalau keduanya memiliki perasaan yang sama."

"Yeah, kalau dipikir-pikir mereka cocok sekali."

"Hey, get-off from my girl!" pekik Niall, oh mukanya sangat menggemaskan. Ia meloncat dari tempatnya menuju kami berdua yang berakhir tragis. Bokongnya memang mendarat sempurna, tapi tidak dengan alasnya yang tajam dengan lututku dan Louis. Kami tertawa, kadang tingkahnya sangat bodoh.

Kami memutuskan menonton Growns Up 2. Entah kenapa di film ini Taylor Lautner sangat konyol aktingnya, lelaki itu sangat menggemaskan! Niall merangkul pinggangku dan aku mengistirahatkan kepalaku dipundaknya.

.

"Lututku sakit..." Keluh Niall setelah selesai konser, aku langsung menyuruhnya duduk sedangkan aku mencari es untuk mengompres kakinya.

"I told you Niall..."

"Aku sangat bersemangat melihat mereka, sayang." Jelasnya membuatku bungkam.

"Okay...?" aku berdiri, "Kita harus segera kembali ke hotel." Aku memapahnya,

Kadang aku tidak tega melihatnya seperti ini. He always like that. Niall pernah bilang, ia akan merencanakan operasi pada kakinya dan aku setuju saja selama ia tidak akan seperti ini. Walaupun didalam hatiku gusar karena takut terjadi apa-apa dengannya.

"Tidur bersamaku." bisiknya dan aku menurutinya.

"Kau lapar?" tanyaku dan ia mengangguk, "Baiklah tunggu disini dan aku akan memasak."

Ia pasti rindu masakanku, well setiap ia berada di flatku ia jarang sekali minta jalan-jalan melainkan ia memintaku untuk memasak banyak sekali makanan. Dan aku menyanggupinya. Masakanku selesai dan ketika aku memasuki kamar kulihat Niall sudah tertidur dengan pulasnya, ah ia pasti kelelahan. Aku membiarkan masakanku dingin toh besok masih bisa dihangatkan kan? Setelah berganti baju aku mengambil sekantung es batu dan mengkompres lututnya lagi.

Sinar matahari menyampu kamar ini, aku segera bangun dari kasur menuju kamar mandi. Setelah selesai dengan urusanku aku ingin membangunkan Niall tapi melihatnya begitu pulas membuatku tak tega. Baiklah kubiarkan ia tidur, he must be very tired. Kuputuskan untuk keluar kamar dan menemukan Laura yang sedang menonton tv, ditemani Harry. Harry.

"I smell like a new couple here." Ujarku santai dan aku bisa melihat kedua pipi mereka merona.

"Sepertinya aku mengganggu waktu kalian ya... Okay sorry!" aku terkekeh meninggalkan mereka. "CONGRATS GUYS!"

"TARRA!!!!" teriak mereka berdua membuatku tertawa lepas dan berlari sebelum mereka berdua mengejarku.

.

Hari ini the boys sedang mendapatkan day-off mereka sebelum besok mereka mulai lagi rutinitas menjadi penyanyi. Well hari ini aku sedang menjadi manusia yang malas gerak tetapi sialnya aku dihadapi oleh lelaki yang sedang hyper-active. Oh sungguh pasangan yang saling melengkapi. Catat nada sarkasmeku disitu.

"Ayolah Tarraku, cintaku!" ia masih berusaha ternyata. Kukira ia sudah menyerah.

"Nooo! Aku sedang malas."

"Get the ass out of that couch, honey!" serunya frustasi, "Ayolaah aku ingin kita pergi dari kamar hotel yang sangat membosankan ini Tarra Evelyn Adams."

"No-freaking-hell, Niall James Horan." Aku terkikik melihat wajahnya yang benar-benar jengkel.

"Baiklah." ia terlihat sedang berfikir lalu tiba-tiba menyeringai jahil. "If you wont I will do-" ia menarik pinggangku,

"-THIS!" ujarnya berkoar-koar.

"Aaakkkk!!! Turunkan aku!" aku meronta tapi tenagaku kalah telak olehnya.

Well lelaki gila ini menggendongku dengan cara yang tidak manusiawi. Kuharap kalian mengerti maksudku. Apa manusiawi jika kau digendong dengan kepala menghadap lantai dan kakimu justru diatas? Kuharap aku masih baik-baik saja setelah acara gendong- menggendong ini. Ya semoga otak Niall cepat menjadi waras.

"Okay! Kita pergi!" seruku histeris, kau tahu wajahku sudah berhadapan dengan meja-it means hidupku sudah diujung. Ah lupakan itu. "Turunkan aku idiot!!!"

Bukan Niall namanya jika ia langsung menuruti mauku. Ia membawaku-masih dengan keadaan ini menuju kamar lalu ia melompat menuju kasur. Oh ini menyakitkan. Mimpi apa aku memiliki lelaki seperti dia.

"Niall kau membuatku pusing!" geramku dan ia hanya tertawa dengan tawa yang menggelegar. "Seriously? Gaaah kita tidak jadi pergi!"

"Haha... Oh Tuhan... itu tadi sangat mengasyikan!" aku menatapnya tidak percaya. "Kita harus mencobanya lain kali!"

"WHAT? HELL NO NIALL!" aku melemparinya dengan bantal. "Kau benar-benar ingin menyiksaku huh?"

"Okay okay." ia mengangkat kedua tangannya, "Tapi ini sungguh seru!"

"Terserahmuuu." melihat bantal dan kasur membuatku ingin tidur... baru saja ingin mengistirahatkan badanku Niall sudah lebih dulu menarikku.

"Ayo!" aku mengikutinya dengan malas. Apakah tidak ada badai hari ini? Sial.

Hari ini kau sungguh menyebalkan, Mr. Horan.

•••

Bener deh gue ngebayangin Niall ngegendong kaya gitu. Gila gila.

Vomments, please xx

Little Things That I Love // n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang