Eleven

5 0 0
                                    

Aku dan Niall menghabiskan waktu satu minggu untuk berkeliling Venice, Verona dan sekitarnya. We do a backpacker things, and its quite fun.

Pagi ini kami sedang di pesawat menuju LA. Karena Niall sepertinya memiliki beberapa urusan di sana dan ia sama sekali tidak membiarkanku pulang ke London sendirian. Beserta alasan yang kuat, ia ingin bertemu Charlie yang kebetulan aku sangat merindukannya-keponakanku yang berumur 4 tahun.

"Kau ingin sesuatu?" Niall mengelus punggung tanganku, "Mereka punya cemilan atau coke, wanna some?"

"No, thanks. Aku tidak lapar Niall, I'm fine." Kusenderkan kepalaku di pundaknya dan mencoba tertidur. 7 hari ini sangat menguras tenagaku sekaligus sangat menyenangkan.

Kapan lagi aku bisa trip bersama Niall lagi?

**

"Tarra!" Aku menoleh mendapati keluarga kecil itu, its Johanna's familly. Aw look at him, Charlie is so handsome.

"Oh god, I miss youuu." Johanna memelukku erat dan aku membalasnya tak kalah erat. We used to be so close when we child.

Biar kuperjelas, aku dan Johanna bersahabat sejak kecil, lalu ia bertemu Tony-saudaraku and thats it. The miracle of love just happened to them.

"I miss you too Jo," aku melepaskan pelukannya dan menatapnya.

Johanna bergantian memeluk Niall, "Kau semakin tampan saja Niall."

"Kuanggap itu sebuah pujian Jo." Canda Niall.

"God. Look at you! You look amazing, and your son... Whoa time flies so fast." Aku melihat Charlie dan menggendongnya.

"Ya, aku tidak percaya kalau aku sudah memiliki anak dan suami. Aku merasa tua sekarang." Jo menjawil hidung anaknya dan kami tertawa mendengar ocehannya yang tidak pernah berubah. "Anyway, welcome."

Kami jalan beriringan menuju parking area.

"Where's Tony, Jo?" Tanya Niall.

"Ah Tony... Ia tidak bisa datang, ia memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini." Niall mengangguk, sampai di parking area kami memasukki koper ke dalam mobil dan melaju menuju rumah mereka.

Aku sedang bermain dengan Charlie di halaman belakang, sementara Niall duduk santai dan mengobrol bersama Johanna. Ini yang ketiga kalinya Niall mengunjungi Jo, tapi entahlah ia pernah bercerita saat sedang di LA ia mengunjungi saudarku ini dan bermain dengan Charlie-mengobrol banyak hal dengan Tony dan bersenang-senang dengan mereka. Aku senang diantara kedua pihak keluarga kami tidak ada yang menentang hubungan ini.

"Look, who had a handsome look?" aku menirukan suara imut dari sebuah boneka yang kupegang.

"Its me!" ujar Charlie semangat, ia memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Menurun dari ayahnya. "I am the most handsome boy!"

"Yes, you are Charlie!" aku tertawa melihatnya begitu semangat, walaupun ada sisa coklat di sekitar mulutnya. "Ayo kemari, auntie bersihkan dulu wajahmu." Charile mendekat dan duduk di pangkuanku, ku bersihkan wajahnya perlahan setelah selesai ia berlari menuju ibunya meminta untuk tidur.

"Kau sangat siap untuk menjadi seorang ibu," Niall duduk disebelahku, ku tinju lengannya pelan dan tertawa.

"I'm not ready for this!" Cibirku. Kami tertawa dan larut dalam keheningan.

Kami masuk ke dalam rumah, Johanna sudah memasak makan malam untuk kami. Niall sedang bersama Tony dan Charlie sedangkan aku membersihkan ruang makan berasama Johanna. Oh aku jadi merindukan keluargaku di Merseyside. Setelah selesai aku dan Niall menuju kamar, hari ini cukup melelahkan.

Little Things That I Love // n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang