Kini aku perlahan mulai menyadari, bahwa menanti kehadiran mu sendirian bukanlah hal yang terbaik.
Mengharapkan mu sendirian hanya akan membuat aku semakin sesak. Merindukanmu sendirian hanya akan membuat tidurku selalu merasa tidak nyenyak.
Kini aku mulai berperang dengan batinku, berperang melawan apa yang selalu saja hatiku katakan. Kini aku dipaksa untuk berfikir rasional, karena aku merasa, aku akan semakin gila jika aku harus lebih jauh berjalan dan mempercayai kata hatiku sendiri dan selalu saja berkata, bahwa hal yang aku ingini akan segera menghampiri.
Tapi setelah sekian lama aku menunggu, batinku tak kunjung memberikan sebuah kepasatian, berapa lama lagi aku harus menunggu? Ia tak bisa menjawabnya.
Kini aku menemui titik lelah ku, aku jengah dengan semua penantianku, aku bosan dengan harapan yang telah aku perjuangkan selama ini. Sosokmu nyata dalan hati dan pikiranku tapi, hadirmu.. selamanya hanya akan menjadi semu dalam hidupku.
Saatnya aku melawan batinku sendiri dan mulai menggunakan logika bahwa kamu tidak akan pernah bisa hadir kembali, setalah cerita dan kenangan pahit di masa lalu, kamu tidak akan mungkin mengingat aku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prasasti Hati
Short Story"cerita masa lalu yang tidak akan pernah bisa ku lupa, meskipun aku memaksa."