-Flashback-

288 18 4
                                    

Hai.. Namaku Hanashita Bella Irawan. Keluarga serta teman-temanku lebih sering memanggilku dengan sebutan Hana. Aku lahir di kota Tangerang, dan menetap disana bersama kedua orangtua juga adik kembarku. Saat ini, aku berada di kelas 9 di sebuah sekolah menengah pertama yang cukup terkenal di daerahku. Bagiku, sekolah merupakan tempat terindah bagi para siswa dan siswinya menemukan teman, sahabat, dan juga cinta.

Namanya Rama. Ia menjabat sebagai cinta pertama dihatiku. Awal mula kami bertemu ketika kami menjadi teman sekelas sewaktu kelas 7. Masa transisi dari siswa SD menjadi siswa SMP membuatku benar-benar menikmati setiap perubahannya. Jika saat SD aku selalu dibawakan bekal oleh ibu negara (read: Mama), maka ketika SMP aku lebih memilih untuk membeli makanan di kantin sekolah, seperti cirengnya Mang Bejo, baksonya Mang Doyok, dan lain sebagainya yang jika kusebutkan satu persatu mirip seperti daftar makanan di sebuah restoran. Jika saat SD aku sangat rajin mengerjakan PR dan tugas sekolah, maka ketika SMP aku mulai 'nakal' sedikit dengan cara mengerjakan PR di sekolah sebelum bel berbunyi. Tetapi, kalian salah jika menganggapku mengerjakan PR dengan cara mencontek. Justru, aku mengerjakan PR di sekolah sambil membantu mengajari teman-temanku yang kesulitan untuk mengerjakannya. Karena, aku berfikir jika aku sudah mengerjakan PR dirumah, maka keesokan harinya mereka hanya tinggal mencontek PR ku saja, dan itu perbuatan yang salah. Sehingga, aku lebih senang mengerjakan PR di pagi hari bersama mereka.

***

Kembali ke Rama, lelaki berkulit hitam manis yang berhasil mengambil hatiku. Ia duduk tepat di depanku, dan tentunya sering menjadi bahan keisengan temanku, Angel. Postur tubuh Rama terbilang lumayan tinggi, dengan badan yang cukup berisi, tidak terlalu kurus tetapi juga tidak terlalu gemuk. Hidungnya mancung, tatapan matanya tajam jika sedang berbicara dengan lawan bicaranya, mirip sekali dengan aktor Dimas Anggara yang kudaulat menjadi artis favoritku. Rama adalah siswa yang cukup pintar, pemikirannya kritis dan luas terhadap masa depan. Hobinya adalah bermain game online di warnet. Game yang sering dimainkan ketika itu adalah Point Blank. Dan, aku merasa hal itu yang membuat kami jarang berkomunikasi lewat SMS. Kalian tahu? Walaupun kami sekelas, tetapi kami sangat jarang ngobrol berdua sambil berpegangan tangan seperti teman-temanku yang lain. Menurutku, itu belum pantas dilakukan oleh anak SMP seperti kami. Ya, kami hanya sekedar mencuri pandang satu sama lain. Dan ketika salah satu dari kami kepergok sedang menatap, kami segera mengalihkan pandangan satu sama lain. Istilahnya adalah 'malu-malu kucing'. Tapi, entah mengapa hal tersebut sangat lucu jika kuingat kembali.

***

Ketika bel sekolah berbunyi, aku segera berlari menuju gerbang sekolah hanya untuk melihat Rama pulang. Ya, arah rumah kami memang berbeda. Rama menggunakan angkutan umum sebagai transportasinya, sedangkan aku lebih memilih menggunakan sepeda dikarenakan jarak antara rumah dan sekolahku tidak terlalu jauh. Jika sosok Rama sudah terlihat berjalan menuju gerbang sekolah, aku segera bersembunyi dibalik pohon dekat gerbang, agar tidak ketahuan. Ah, entah mengapa jantungku selalu berdebar setiap melihatnya. Hampir setiap hari aku melakukan hal seperti itu. Aku memastikan bahwa Rama baik-baik saja ketika berjalan dari kelas menuju mobil angkutan umum. Ya, bisa saja dia terjatuh saat berjalan atau malah digoda oleh cewek-cewek yang ingin mendekatinya. Intensitas komunikasi kami ketika dirumah hanya lewat SMS, walaupun terbilang tidak terlalu sering. Pernah suatu ketika ia menelponku. Aku mengira bahwa itu hanyalah keisengan belaka, sehingga kumatikan saja telponnya. Tetapi, beberapa detik kemudian ponselku kembali bergetar, dan kulihat nama Rama tertera di layar, aku segera menerima panggilannya.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

"Eh, kenapa telpon?"

"Gapapa, kangen. Hehehe kamu lagi apa?"

"Aku? Lagi nonton TV. Kamu?"

"Hmm, lagi main monopoli nih"

"Oh, sama siapa?"

"Maunya sih sama kamu, tapi sayangnya disini cuma ada adikku. Jadi cuma main sama adikku"

"Cieeeeee!!!!"

Suara cie itu dilontarkan oleh adiknya Rama. Jantungku berdegup tidak karuan, sehingga aku refleks menekan tombol merah di ponselku untuk mengakhiri panggilan. Mungkin Rama bingung mengapa panggilannya terputus dengan tiba-tiba, tetapi jika Rama sekarang sedang membaca ini, maka kuberitahu bahwa sore itu jantungku sangat berdebar menerima panggilan telponmu, mendengar suaramu, mendengar godaanmu yang mengatakan bahwa ingin bermain monopoli bersamaku, dan mendengar godaan adikmu terhadap kita. Ah, mungkin sore itu kunobatkan sebagai sore terindah di dalam hidupku.

Romansa Cinta HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang