Hari ini di sekolah diadakan demo ekskul, yang dilaksanakan dari pukul 08.00-10.00 WIB. Acara ini bertujuan untuk memudahkan siswa baru dalam memilih kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Ada ekskul pramuka, paskibra, vokal+music, KIR (Kelompok Ilmiah Remaja), bulutangkis, pencak silat, rohis, dan masih banyak lagi. Kegiatan demo ekskul ini diisi oleh siswa kelas 8 dan 9 yang mengikuti masing-masing ekskul tersebut. Walaupun aku merupakan salah satu anggota dari suatu ekskul, tapi aku lebih memilih anak kelas 8 yang mengisi demo ekskul tersebut, sehingga aku bisa bebas melihat Rama tampil pada kegiatan ini. Rama adalah salah satu anggota dari ekskul rohis, yang jika dilihat dari jadwal, rohis akan tampil pada urutan ketiga, setelah ekskul pencak silat dan KIR.
Aku melihat Rama dan anggota rohis lainnya sedang bersiap-siap. Aku memilih duduk di kursi yang terdapat di pinggir lapangan, bersama temanku Pipit. Dia adalah orang yang mengajakku untuk menjadi teman semeja di kelas 9. Iya, teman semeja. Soalnya kalo teman sebangku tak akan muat jika satu bangku diduduki oleh 2 orang, hehehe. Pipit juga akan tampil di acara ini, karena ia salah satu anggota ekskul pramuka, tetapi sambil menunggu giliran tampil, ia menemaniku duduk di pinggir lapangan.
Tiba giliran ekskul rohis tampil. Bola mataku terus bergerak mengikuti langkah kaki dan tubuh Rama. Ya, itu Rama! Berada pada posisi paling depan, urutan keempat jika dihitung dari kiri. Ia membawa rebana. Bahkan aku sendiri tak pernah mengetahui bahwa Rama bisa memainkan alat tersebut. Sesungguhnya aku tak terlalu memperhatikan anak rohis tampil, karena fokusku hanya tertuju pada Rama dan secara tak sadar bibirku menyunggingkan senyuman, bangga kepadanya.
***
Setelah demo ekskul selesai, seluruh siswa kembali masuk ke kelas masing-masing, karena wali kelas akan menyampaikan beberapa pengumuman. Aku sudah masuk ke dalam kelas. Kulihat Rama baru saja memasuki ruangan kelas, mungkin baru selesai evaluasi bersama anggota rohis lainnya. Diam-diam aku melirik Rama yang posisi duduknya 2 baris di sebelahku. Tiba-tiba Rama pun menatap kearahku dan mata kami saling bertemu satu sama lain. Beberapa detik kemudian, kami saling membuang muka dan menunduk sambil tersenyum. Ah, lucu sekali.
Tidak lama kemudian ada seseorang masuk ke dalam kelas. Seseorang yang berpostur biasa saja (tidak gemuk tetapi juga tidak kurus), kulitnya berwarna kuning langsat, dan bagian kepalanya sedikit botak. Ternyata beliau adalah wali kelas 9.8 yaitu Bapak Andre. Beliau menyampaikan beberapa nasihat untuk kami semua, bahwa kelas 9 merupakan tingkat akhir di jenjang sekolah menengah pertama. Untuk itu kami semua harus belajar lebih giat untuk bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang kita inginkan. Selain itu, beliau juga menghendaki untuk mengacak posisi tempat duduk, dengan demikian seluruh siswa di kelas 9.8 dapat berbaur satu sama lain, tidak membuat kelompok sendiri-sendiri. Akhirnya seluruh siswa diatur posisi duduknya. Dan beruntungnya, aku dan Pipit masih dijadikan satu meja, ditempatkan di bagian pojok kelas. Di depanku ditempati oleh 2 orang cowok, yang setelah berkenalan, aku menjadi tahu bahwa nama mereka yaitu Luthfir dan Decky. Sejak hari itu, kami berempat menjadi sangat akrab satu sama lain. Mulai dari bercanda bareng, pergi ke kantin bareng, belajar bareng, sampai kita berempat tak canggung lagi untuk curhat masalah pribadi. Sejujurnya, aku sangat takut jika Rama salah paham terkait kedekatanku dengan Luthfir dan Decky. Tetapi sungguh, kami berempat hanya sebatas sahabat saja, tidak memiliki perasaan yang lebih. Lagipula, Rama juga terlihat akrab dengan gadis yang duduk di depannya, Anne. Aku sering memperhatikan Anne mencari perhatian Rama dengan cara meledek, setelah itu mereka ngobrol yang kukira sangat asik sekali. Bahkan, aku yang sebagai pacarnya saja belum pernah ngobrol sedekat itu dengan Rama. Selain itu, aku sering melihat di facebook, setiap Rama membuat status, maka Anne tak pernah absen memberikan komentar. Sehingga mereka sering sekali berbalas komentar di facebook. Aku merasa cemburu, tetapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku pernah mencoba meminta penjelasan pada Rama melalui SMS, tetapi sampai berhari-hari aku tidak mendapatkan respon. Akhirnya, aku tetap berpikir positif, bahwa mereka nggak lebih dari seorang teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Cinta Hana
Non-FictionKisah cinta seorang gadis biasa bernama Hana. Dimulai ketika ia gagal move on dari cinta pertamanya, Rama, sehingga menjadikan seorang lelaki sebagai pelampiasannya. Semua berubah ketika ia kembali bertemu dengan cinta pertamanya. Bagaimana kegalaua...