-Drama-

138 5 8
                                    

Semua berubah. Sejak putusnya hubunganku dengan Rama, suasana sekolah tak lagi sama. Tak ada semangat yang membuatku ingin segera bergegas ke sekolah. Aku memang ingin sekelas dengan Rama, tetapi bukan dengan jalan cerita seperti ini. Bahkan, seminggu setelah aku mengirimkan pesan pemberitahuan untuk memutuskan hubungan ini, Rama tidak berusaha menjelaskan atau bahkan meminta maaf padaku. Oke, ku akui memang Rama termasuk seorang cowok yang cuek. Ia hanya berbicara seperlunya saja. Bahkan kulihat, Rama tak hanya mengacuhkanku, tetapi juga mengacuhkan Anne yang notabene adalah kekasihnya. Kalian pasti berfikir mengapa aku bisa berpendapat seperti itu. Karena, selama seminggu mereka berpacaran, aku melihat bahwa Anne selalu mendekati Rama, entah itu untuk mengajak berbicara, bercanda, atau makan bersama saat jam istirahat. Aku tak suka melihat hal itu. Apakah ini yang dinamakan cemburu? Rasanya sakit sekali melihat orang yang kau sayangi berbahagia dengan orang lain. Tapi, aku segera tersadar, yang dibutuhkan oleh Rama memang bukan aku, tetapi Anne. Karena memang aku berbeda sekali dengan Anne. Meskipun kami berdua sama-sama terbilang sosok yang ramah dan mudah bergaul, tetapi aku sama sekali mematung jika hal tersebut berhubungan dengan Rama. Entahlah, sepertinya untuk hal ini antara otak, hati, dan jantungku tidak bisa bekerjasama dengan baik. Jantungku selalu berdegup dengan cepat ketika berada di dekat Rama. Jangankan dekat, hanya melihat Rama dari jarak beberapa meter saja aku merasa ingin pingsan, itu sebabnya aku lebih memilih untuk menghindar jika bertemu dengan Rama.

Untuk Rama, jika kau membaca tulisan ini, sungguh aku tidak mempunyai maksud apapun untuk mengusik masa lalu kita yang mungkin sudah kau hempaskan ke Segitiga Bermuda. Tetapi, aku hanya ingin menjelaskan, bahwa setiap sikapku kepadamu yang terkesan cuek bukan karena aku mengabaikanmu apalagi tak sayang padamu, kau salah jika menganggapku seperti itu. Aku hanya berusaha menjaga detak jantungku agar nantinya aku tidak terkena serangan jantung. Walaupun aku terlihat seperti tidak perduli kepadamu, tetapi percayalah bahwa aku selalu mencari tahu segala sesuatu tentang dirimu. Ketika kelas 8 dan kita berbeda kelas, aku selalu menanyakan setiap hal yang kau lakukan dikelas kepada temanku. Apakah kau tahu, bahkan aku menanyakan rumahmu kepada temanku yang ternyata berada satu perumahan denganmu? Saat aku mengetahui rumahmu, aku sangat senang sekali, walaupun aku hanya melewatinya, itu sudah cukup membuatku bahagia. Aku tahu jadwal untuk penilaian renang dan bulu tangkis kelasmu. Aku tahu jadwal pelajaranmu setiap hari saat kelas 8, aku tahu nama adikmu, aku tahu kebiasaanmu dikelas, bahkan aku tahu nama kedua orangtuamu. Semua itu kuketahui dengan cara mencari tahu sendiri, betapa perdulinya aku terhadap setiap detail kehidupanmu. Ketika seorang wanita menyukai seseorang, maka saat itulah tingkat kemampuannya untuk menjadi detektif sangat tinggi. Kami, kaum wanita bisa menjadi stalker yang sangat handal dalam kehidupanmu, termasuk untuk mengetahui kisah masa lalumu sebelum bertemu denganku.

***

Pagi ini diawali dengan pelajaran bahasa Indonesia, kebetulan guru mata pelajaran tersebut adalah wali kelasku sendiri, bapak Andre. Beliau menjelaskan materi tentang drama, dan pada akhir pelajaran ternyata kami mendapatkan tugas memperagakan sebuah drama sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan. Mulai dari naskah, kostum, sampai pertunjukannya harus kami persiapkan sebaik mungkin, karena akan dimasukkan ke dalam nilai praktek. Kemudian beliau membacakan nama-nama siswa sesuai dengan kelompok 1 sampai dengan 5. Sedih sekali rasanya, ternyata aku tidak sekelompok dengan Pipit, Luthfir, maupun Decky. Itu berarti memang aku harus berbaur dengan teman-temanku yang lain. Sampai pada pembacaan kelompok terakhir, aku merasa kecewa, sedih lebih tepatnya. Bagaimana tidak? Ternyata Rama dan Anne menjadi satu kelompok. Ah, mungkin jika tidak ada guru, Anne langsung menghampiriku dan meniru gerakan poco-poco sambil meledekku. Aku yakin dia merasa menang terhadap semua hal yang sudah terjadi. Dan disini ku akui, memang aku kalah.

Lupakan soal Rama. Mulai sekarang aku harus lebih fokus terhadap penilaian drama yang akan dilaksanakan 2 minggu lagi. Disini, aku diberi amanah menjadi ketua kelompok. Ini bukan berarti aku mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik, tetapi karena seluruh anggota kelompokku tak ingin repot mengurus hal ini. Aku mengambil tema tentang anak durhaka. Mulai dari naskah sampai kostum, semua aku atur dengan baik, teman-temanku membantu untuk mencari perlengkapannya. Aku berperan sebagai anak durhaka yang melawan ibunya karena merasa bosan menjadi orang miskin. Dan pada akhir cerita, ada adegan dimana aku menusukkan pisau ke perut ibuku, kemudian ibuku meninggal dunia. Aku berpikir bagaimana caranya agar ketika aku menusukkan pisau, maka akan muncul seperti efek darah yang berceceran. Intinya, aku berusaha semaksimal mungkin supaya kelompokku menampilkan yang terbaik.

Romansa Cinta HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang