Happy Reading
Pagi ini begitu cerah. Kalian tau ini masih jam berapa? Jam 6 kurang seperempat. Wajar gak sih? Jam segini udah siap dengan seragam rapi dan lengkap. Dasi, ikat pinggang, topi, badge name, semua lengkap. Bahkan, ia sudah sarapan pagi. Merasa kalau pagi ini begitu cerah, serta tak mau menunggu gerbang sekolah terbuka dulu, maka ia pun memutuskan untuk berjalan kaki ke sekolah dan mungkin sekedar mampir di beberapa toko yang sudah buka.
Lisa berjalan keluar dari rumahnya. Tak lupa ia mengucapkan salam kepada bu Melan---pengurus rumahnya.
"Bu Mel, Lisa pergi ke sekolah ya!" Sahut Lisa.
"Bener nih gak mau di antar sopir?" Tanya bu Melan khawatir.
"Kalo pake sopir kan jadi cepat sampai. Kalau belum buka pagarnya kan gak enak nungguinnya bu. Nggak papa kok Lisa bisa sendiri," Balas Lisa tersenyum kecil.
"Ya sudah, hati - hati di jalan ya," ucap bu Melan seraya melambaikan tangannya kepada Lisa.
Lisa pun segera berjalan pergi meninggalkan mansionnya. Perjalanan dari mansion menuju sekolahnya cukup jauh, sekitar 30 menit---kalau berjalan. Pasti melelahkan, itu sebabnya ia memutuskan untuk mampir ke beberapa toko untuk berhenti sejenak. Tak jauh dari mansionnya berdiri, terdapat sebuah toko roti yang tidak terlalu besar. Aroma yang lezat membuat Lisa berhenti melangkah. Mungkin tokonya kecil, tapi aroma rotinya yang sangat enak dapat tercium dari luar yang membuat Lisa berpikir mungkin toko ini baru dibuka sehingga tokonya masih kecil tetapi memiliki resep tersendiri yang akan membuat semua orang menyukainya. Ya, kemarin - kemarin Lisa tidak pernah menjumpai toko roti di dekat mansionnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk masuk kedalamnya. Masih sepi, tapi sudah buka sepagi ini. Lisa pun berjalan kearah kasir untuk memesan beberapa roti, tetapi ia tidak menemukan penjaga kasirnya. Ia melihat sekeliling dan ia menemukan semacam lonceng di meja kasir. Penasaran, ia pun membunyikannya. Terdengar suara seorang gadis dari dalam. Lisa pun menunggu. Seorang gadis dengan seragam sekolah pun keluar dari dalam dan berjalan menuju kasir.
"Ada yang bisa saya bantu?" Lisa menatap gadis itu dengan pandang tidak percaya. Begitu pun dengan gadis itu.
"Sely?!"
"Lisa!?" Sahut Sely dan lisa secara bersamaan. Sely melihat kearah jam yang ada di toko itu. 05:58 AM
"Kamu kok disini?!" Ucap Lisa dengan mata melebar.
"Lah, terus lo ngapain disini pagi - pagi?!" Balas Sely tidak kalah lantang.
"Yah, mau beli roti lah! Emang kamu sediain celana dalamnya Levin?!" Tanya Lisa dengan asal. Sely terkejut dengan pertanyaan Lisa. Ia pun melotot kearahnya.
"Heh! Jangan sembarangan ngomong yah! Mana ada celana dalamnya Levin disini. Ini tuh toko roti, bukan toko celana dalam!" Sahut Sely dengan lantang.
"Ya kali ada kamu simpan diam - diam," gumam Lisa pelan. Sely langsung melototkan matanya kearah Lisa.
"Eehhh, ada apa ini ribut - ribut? Sely? Ada apa?" Ucap seorang pria berumur sekitar empat puluhan yang baru saja keluar dari dapur sambil menatap Sely dan Lisa secara bergantian dengan alis terangkat.
"I-itu.. kita-"
"Maafkan kami tuan, saya tidak bermaksud untuk membuat keributan disini. Saya hanya terkejut melihat....teman saya disini," ucap Lisa pelan dengan kepala menunduk. Pria tersebut hanya diam. Begitu pun dengan Sely. Suasana mendadak hening. Tiba - tiba suara tawa memecahkan keheningan. Pria itu sedang tertawa bersama Sely. Sedangkan Lisa hanya melongo seperti orang bodoh. Mereka menertawakanku! Batin Lisa berteriak.Mereka tertawa dengan alasan yang berbeda,
"Panggil saya pak Marco saja," ucap pria tua yang bernama Marco itu.
"Kamu panggil papa dengan sebutan 'tuan'?!" Ucap Sely dengan pandangan tidak percaya. Astaga! Aku memanggilnya tuan! Tunggu sebentar, papa?! Batin Lisa merutuki dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
How Far I'll Go
Teen Fiction"Tidak ada yang mengerti..." "Aku pastikan tidak ada yang mengetahuinya," Hidup seorang Velisya Maura bisa dibilang sempurna. Apapun ia miliki. Namun setelah kematian kedua orangtuanya, ia merasa hampa. Ditambah lagi dengan pengkhianatan yang dilak...