6 - Perkenalan

14 4 0
                                    

   Setiap hari sama, pulang sekolah ia akan selalu pergi ke kafe favoritnya. Mau di bilang kafe ini kuno, kurang ramai, menunya biasa - biasa saja, membosankan, ia akan tetap menyebut kafe ini kafe favoritnya. Entah alasannya karena tempat tersebut tidak berisik, atau mungkin ada alasan lain...

"Seperti biasa, kau datang lagi. Pesan apa?" Ucap pelayan yang cukup akrab dengan Kevin.

"Biasa, favoritku," pelayan yang biasa dipanggil Medley kemudian menulis pesanannya.

"Aku pikir kau tidak tau," goda Kevin. Medley memutar bola matanya.

"Pulang sekolah kau selalu datang kesini, terkadang hari libur pun kau datang dan aku tidak akan tau apa favoritmu?? Astaga, bahkan aku tau jam berapa kau akan datang kesini," ucap Medley seakan tau semua tentang Kevin.

"Jadi, perhatian?" Goda Kevin menyeringai.

"Maksud kamu?" Ucap Medley kebingungan. Kevin menaik - turunkan alisnya sedangkan yang ditatap hanya melongo tidak mengerti.

"Dasar gak peka. Udah, sana pergi kerja!" Kevin berdecak sebal.

"Dih, ngambek," Medley pun kembali bekerja.

Kevin melihat sekeliling. Seperti biasa, tidak terlalu ramai. Dan seperti biasa, membuatnya mengingat masa lalu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

   "Kakak ingat kesukaanku?" Tanya seorang gadis kecil yang sedang duduk dihadapannya. Mereka sedang duduk di kafe kecil yang bernama 'Cookie n Cake'. Itu adalah kafe yang banyak diminati. Mereka menyediakan kue, biskuit, roti, dan minuman dingin maupun panas.

"Kakak akan selalu mengingat kesukaan Mika," Bukannya senang, gadis tersebut malah cemberut.

"Kok mukanya gitu? Jelek tau," Bukannya menjawab, gadis itu malah merengek.

"Lah, malah nangis. Ini bocah kenapa coba?" Laki - laki yang duduk dihadapan gadis itu hanya diam mencoba mengingat dimana letak kesalahannya.

"Ih! Kakak! Kan, udah dibilang panggil nama adek Kaila bukan Mika!" Yang diceramahi cuma manggut - manggut mengerti kalau letak kesalahannya disitu. Kirain marah karena dibilang jelek, Batin laki - laki tersebut.

"Terus, adek gak jelek," Laki - laki itu hanya menyengir. Tak lama pelayan kafe itu datang menghampiri meja mereka berdua. Mereka memesan 2 kue dan susu kocok rasa vanila dan coklat. Sambil menunggu, mereka sibuk dengan dunia masing - masing. Laki - laki itu dengan ponselnya sedangkan gadis itu dengan pikirannya yang entah sudah berimajinasi seberapa jauh. Tanpa disadari gadis itu kalau pesanannya sudah sampai dan namanya sudah dipanggil berulang kali oleh sang kakak.

"Heh, mikirin apa? Bukan yang aneh - aneh kan?" Yang ditanya hanya memakan kuenya.

"Hm! Kuenya enak kayak yang kemarin, kak!" Laki - laki itu menatap adiknya horor. Abis kebentur kali ya, pikirnya.

"Itu emang kue yang kemarin dek,"

"Udah tau," Laki - laki itu hanya geleng -geleng kepala. Anak siapa coba.... Batinnya.

"Kak," Laki - laki itu mendongak.

"Janji ya, bakal ingat kesukaan adek. Dan janji bakal kesini terus tiap hari," ucapan gadis kecil itu membuat sang kakak bingung walau pada akhirnya ia mengangguk.

How Far I'll GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang