1 - Felisya Maura

49 9 2
                                    

Felisya Maura

Nama yang sangat tidak asing di sekolah SMA Bintang Senayan. Terkenal karena kebaikannya dan kecantikannya. Putri satu - satunya milik keluarga Cotwel.

"Lis, kamu di kelas berapa?" Ucap teman baiknya, Laura. Felisya atau lebih sering dipanggil teman dan keluarganya 'Lisa' menoleh.

"Eh, kamu Lau. Aku kayaknya di kelas 12 satu deh... Belum tau juga," ucap Lisa sambil menyelipkan rambutnya dibalik telinga.

"Itu sih pasti Lis. Kamu kan pintar, tidak mungkin kalau kamu di kelas 12 empat atau lainnya," ucap Liviana atau sering dipanggil 'Livi' yang tiba - tiba muncul di belakang Lisa. Mereka sengaja memberi nama panggilan masing - masing dengan inisial L.

"Jadi, kalian di kelas berapa?" Ucap Lisa penasaran.

"12 empat," ucap mereka serempak. Mereka terkejut dan saling memandang, tidak percaya kalau mereka satu kelas.

"Serius?? Kamu di kelas 12 empat juga?!" Ucap Laura tidak percaya.

"Iya! Sekelas dong?? Yeeeeees!!!" Mereka berpelukan saking senangnya.

"Yaaaahhhh..... Aku gimana? Masa iya sih nggak barengan," rengek Lisa.

"Nggak papa. Kita masih bisa ketemu pas istirahat," ucap Livi tersenyum kecil. Lisa hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Ya sudah. Aku pergi ke kelas dulu ya," ucap Lisa seraya berjalan menuju kelasnya. Livi dan Laura hanya mengangguk dan melambaikan tangan mereka. Setiap kenaikkan kelas mereka tidak pernah satu kelas kecuali saat masih SMP dan masih kelas 10. Saat Lisa memasuki kelasnya, semua siswa menatapnya.

"Ada apa ini? Apa aku terlihat buruk?" Batin Lisa

Ia pun hanya duduk di tempat yang kosong dengan ragu - ragu. Bel masuk berbunyi. Guru mereka pun masuk.

"Apa kabar anak - anak? Sekarang keluarkan buku tulis kalian," ucap guru itu yang bernama Adina atau sering dipanggil bu Dina, guru fisika. Pelajaran berlangsung 2 jam dan semua mulai bosan, kecuali Lisa tentu saja. Bel istirahat pun berbunyi, Sontak membuat seluruh siswa di kelas itu bersorak gembira. Bu Dina hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku siswa - siswi itu.

"Hai," ucap seorang gadis yang menghampiri Lisa. Lisa hanya menatapnya bingung.

"Nama gue Marselyn. Lo bisa memanggil gue Sely," ucap gadis yang bernama Sely itu seraya menjulurkan tangannya.

"Oh, namaku Felisya. Kamu bisa memanggilku Lisa. Senang bertemu denganmu," ucap Lisa tersenyum lalu menjabat tangan Sely.

"Lo ngomongnya pake aku-kamu? Nggak biasa gue. Semua siswa disini pake lo-gue, walau sebagian nggak sih," ucap Sely tersenyum kecil.

"Oh, kalau kamu mau pake lo-gue, nggak papa kok. Tapi, aku tetap aku-kamu ya," ucap Lisa sambil menggelengkan kepalanya.

"Terserah. Ke kantin yuk," ajaknya.

"Mm, maaf. Kayaknya aku punya janji sama teman - teman aku deh. Maaf ya, lain kali aja," ucap Lisa.

"Gak papa. Gue duluan ya," ucap Sely seraya berjalan keluar kelas. Sedangkan Lisa hanya melamun di dalam kelas sendirian sampai,

"Woi, melamun terus mbak. Makan dulu gih, nanti pingsan," ucap seseorang di depan pintu. Lisa pun menoleh ke arah suara dan mendapati temannya Livi menunggunya sambil melipat tangan di dadanya. Lisa hanya mengangguk lalu menghampirinya.

"Kok lesu gitu sih? Kenapa, laper?" Ucap Laura yang baru saja datang. Lisa hanya menggelengkan kepalanya. Sedangkan Livi dan Laura hanya saling memandang, bingung dengan tingkah laku Lisa. Mereka pun pergi ke kantin bersama dan memesan bakso dan jus. Lisa tidak menyentuh makanannya dari tadi. Ia hanya mengaduk - aduk kuahnya.

"Di makan dong baksonya. Masa cuma di aduk - aduk terus. Kenapa sih? Ada masalah apa? Bilang ke kita dong kalau ada masalah," ucap Laura mengernyitkan alisnya.

"Nggak ada," ucap Lisa lirih.

"Pasti ada. Kamu menyembunyikan sesuatu dari kita ya?" Ucap Livi menatap Lisa tajam.

"Cuma sakit perut," ucap Lisa sambil memegang perutnya. Livi dan Laura hanya menatap Lisa tidak percaya. Yang disembunyikan hanya sakit perut?

"Kirain apa. Udah, pergi ke UKS atau ke toilet sana! Nanti tambah sakit lho," ucap Laura.

"Ke toilet aja deh," ucap Lisa sambil berlari menuju toilet dengan terbirit - birit. Livi dan Laura hanya menggelengkan kepala mereka melihat tingkah laku Lisa. Mereka pun melanjutkan makan mereka. Saat ingin memakan baksonya, Laura tiba - tiba mendengar sebuah pembicaraan mengenai dia.

"Eh, tau nggak? Si Lisa di kelas kita, di 12 satu!" Ucap salah satu siswa di meja yang tidak jauh dari mereka.

"Beneran?? Waduh, beruntung lo! Sayangnya dia kurang...." ucap teman lainnya yang satu meja dengannya menyeringai.

"Apa yang kurang darinya? Dia itu perfect," ucap teman lainnya lagi.

"Kalau ada soal yang susah, gue mau nanya ke dia aja deh!" Ucap siswa yang dibilang sekelas dengan Lisa.

"Kalo udah temenan, kenalin dong!" Ucap temannya.

"Mengapa harus Lisa? Mengapa selalu dia?" Batin Laura. Melihat Laura, Livi mengerti.

"Aku juga dengar Lau. Tapi kan kita selalu sabar dan memangnya kenapa kalau dia itu 'perfect'? Dia pantas mendapatkannya dan kita beruntung bisa jadi teman baiknya," batin Livi.

"Hei," panggil Livi kepada Laura. Laura yang dari tadi melamun pun menoleh pada Livi.

"Aku tau apa yang kamu pikirkan Lau. Kamu nggak akan berbuat apa - apa kan?" Ucap Livi curiga. Laura hanya menghela nafas.

"Ya enggak lah. Persahabatan kita akan selalu jadi nomor satu. 3L sampai mati!" Ucap Laura bersemangat.

"Berlebihan tau," ucap Lisa yang tiba - tiba sudah di samping mereka. Ia pun duduk di tempat sebelumnya. Livi dan Laura hanya saling pandang, takut jika Lisa mendengar pembicaraan mereka tadi.


👣


TBC

Hai guys! Ini cerita pertamaku. Jadi maaf ya kalau ada salah penulisan atau kurang kreatif 😊.

Maaf juga kalau ada kesamaan cerita atau lainnya. Ini cerita murni dari imajinasiku ya.

-V.

How Far I'll GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang