7 - Normal?

7 5 1
                                    

  
   Lisa pulang dengan wajah ceria. Entahlah, kejadian di taman tadi membuatnya lega. Setidaknya mereka sudah saling mengenal dan tidak merasa canggung lagi. Bu Melan yang melihatnya menjadi penasaran.

"Non Lisa, kok senyum - senyum gitu sih? Ada apa?" Tanya bu Melan setelah menghampirinya.

"Iiihhh... kan udah Lisa bilang, panggil Lisa aja, bu." Lisa cemberut. Bu Melan terkekeh melihatnya.

"Iya, Lisa." Lisa tersenyum, "gitu dong, bu."

"Sekarang ibu tanya, kamu kenapa senyum - senyum?" Tanya bu Melan sekali lagi.

"Oh, tadi Lisa ketemu teman sekelas."

"Cowok, ya?" Goda bu Melan. Wajah Lisa memerah. Ia merasa malu dengan kejadian tadi di taman.

"Kok bu Mel tau sih?"

"Tau lah. Senyum kamu itu beda. Kalau kamu ketemu cewek, senyumnya gak selebar itu. Lagian mana ada cewek ketemu cewek jadi senyum malu - malu gitu? Kamu normal kan?" Tanya bu Melan mengernyitkan dahinya. Lisa mendelik.

"Lisa normal bu!" Seru Lisa.

"Sudah, gak usah manyun gitu bibirnya. Mending kamu sarapan dulu aja." Bu Melan terkekeh. Lisa yang cemberut berjalan pergi ke ruang makan.


👣


   "Kenapa lo berdua lama?" Tanya Vino sambil menaikkan sebelah alisnya. Ia memakai kaos hitam polos dengan celana jeans hitam.

"Ini sumbernya!" Tunjuk Leo pada Kevin. Kevin menepis tangannya.

"Yeee... enak aja lo nuduh - nuduh gue sembarangan."

"Cieee pake lo-gue." Kevin dan Leo menatap Melki tajam. Melki mengerjapkan matanya. Salah ya?

"Ya elo lah! Siapa tadi yang suruh ketemuan segala sama gebetan?" Tanya Leo sarkastik.

"Gue gak bakal ketemu dia di taman kalo lo gak lama!" Seru Kevin.

"Oh, jadi ini salah gue?"

"Siapa lagi?!"

"Ngaca, lo!"

Vino dan Melki menguap bersamaan. Ini sudah biasa. Mereka sering bertengkar hanya karena masalah sepele dan menyalahkan satu sama lain. Dan...

"Pisahin sana."

"Lo aja."

"Kemarin gue udah, sekarang giliran lo."

"Y*#m0//!(f*#!:&b1$(#!"

"$#u+^¥¤¿@$$#0\3!"

"Woi! Jangan memaki di rumah gue!"

"Toxic bertebaran, guys."

BUGGHH

Kalau tidak ada yang mau mengalah, mereka memilih kekerasan.


👣


   "Maaf ya, sayang."

"Iya, gak papa. Aku juga salah, sayang."

Vino dan Melki memasang muka mau muntah. Entah mengapa melihatnya terasa begitu mual di perut.

"Lo berdua menjijikkan!"

"Jangan umbar ke homo-an lo berdua disini!"

"Diihhh... sirik lo berdua? Ini tuh tanda - tanda teman sejati. Selalu memaafkan satu sama lain."

"Betul. Kalian harusnya mencontohkannya. Ya, gak, Leu?" Leo mengangguk.

"Persahabatan kalau cuma gitu - gitu aja mah biasa."

"Kalau kita berdua luar biasa."

"Iya.. lo berdua patut dicontoh. Tapi, gak pake adegan homo nya gak boleh, ya?!" Seru Vino kesal.

"Dasar, abnormal."

"Menjijikkan!"

"Perlu dinistakan!!"

"Transgender sana!!!"

"Kok kakak gue betah banget ya, temenan sama orang kayak gini. Gue takut, dia nanti ketularan kelakuan temannya yang abnormal ini," ucap Vano -adiknya Vino- geleng - geleng kepala. Ia memakai kaos putih polos serta celana jeans putih, kebalikan dari warna favorit kakaknya.

"Lo barusan nyinggung?" Hardik Leo menatapnya tajam. Memang, ialah yang paling sensitif dari keempatnya. Sekarang, semuanya ikut menatapnya

"Lo semua ngapain ngumpul disini?" Tanya Vano tanpa menjawab pertanyaan Leo sebelumnya. Karena ia tau, takkan berakhir baik bila ia menjawabnya. Leo yang sadar kalau pertanyaan di abaikan, merajuk.

"Mau ngumpul aja. Abis ini kita mau keluar," ucap Vino seraya menekan pipi Leo yang lebam. Leo meringis lalu menepis tangannya.

"Mereka berdua kenapa?" Tanya Vano menunjuk Kevin dan Leo dengan dagunya. Tentu saja ia bingung, pulang - pulang sudah disuguhkan dengan pasangan homo yang memar.

"Biasa."

"Iya, gue tau. Tapi, alasannya apa?" Vano memutar bola matanya.

"Cewek." Vano menatap keduanya tidak percaya. Masih normal ternyata..

"Tadi si Leo lama, makanya gue keliling kompleks nya dia," ucap Kevin menjelaskan.

"Terus, ada si...uhuukk...di taman. Nah, malah dia yang lama." Leo menatap Kevin kesal karena memukul punggungnya.

"Dih, gitu doang di permasalahkan," ucap Vano sinis.

"Udah kan? Ya udah, pergi sana! Gak kelar - kelar nanti kalo disini terus." Vano pun pergi ke kamarnya. Setelah Vano sudah benar - benar pergi, Melki buru - buru mendekati Kevin.

"Lo beneran ngomong sama dia?" Tanya Melki penasaran. Kevin mengangguk mengiyakan.

"Serius?!" Kevin menggeram, "Lo mau gue apain supaya percaya?"

"Cium." Kevin mendelik. Ia menatap horor kepada Melki yang sekarang tertawa terbahak - bahak melihat perubahan wajahnya.

"Gue sih, mau - mau aja. Tapi si Leo nanti cemburu." Kini giliran Melki yang menatapnya horor. Ia tidak percaya dengan jawaban Kevin yang tidak ia duga sama sekali.

Melki merasa ada yang melihatnya. Ia pun menoleh dan mendapati Leo yang menatap tidak suka kepadanya.

Serius, teman gue sakit apa??!!


👣


   Lisa tengah berbaring di sofa ruang tengah. Ia tidak tau ingin melakukan apa. Teman - temannya sibuk. Livia sedang melakukan sesuatu dengan keluarganya, sedangkan Laura.... katanya ia sibuk dan tidak bisa menemaninya. Akhirnya ia pun hanya mendumel tidak jelas di ruangan itu. Beberapa pelayan yang melihatnya hanya geleng - geleng kepala melihat tingkahnya.

"Aaarrrgghh! Bosen!" Seru Lisa frustasi. Setelah selesai berbicara dengan seseorang di telepon, bu Melan menghampiri Lisa yang masih mendumel bahkan sudah teriak - teriak. Efek kepergian mereka....

"Lisa, 2 minggu lagi ada yang mau datang kesini," ucap bu Melan kepadanya.

"Siapa?" Balasnya lesu. Bu Melan tersenyum penuh arti.

"Mereka,"


👣


TBC

YANG MAU UPDATE CEPAT MANAA? 😂

Ceritanya gaje ya?? Maaf ya kalau ngebosenin 😩

Jangan lupa vomment guys 😘

-V.

How Far I'll GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang