Harapan untuk Lucas

204 76 27
                                    

Merajut harapan demi kesembuhan orang asing, bagiku adalah hal penting yang kini tengah aku jalani. Ya, demi seorang pria bernama Lucas.
Tak terasa sudah 7 hari, Ia dirawat. Tepat dua hari yang lalu aku juga bertemu dengan sahabat Lucas, yaitu Davin.
Aku dengan Davin bekerja sama dalam membantu kesembuhan Lucas.

Dari mulai menemaninya, membantu segala keperluan Lucas, hingga membantu proses terapi agar Lucas perlahan bisa kembali berjalan normal seperti biasanya.

"Sore ini, dilanjutkan kembali proses terapi untuk Lucas. Saya harap kalian lebih bersabar untuk menunggu pulihnya Lucas, karena...."
ucap Dokter Dicky yang menggantung.

"Karena apa, Dok?" tanya Valerie yang tak sabar menunggu. Sementara disebelahnya terdapat Davin, yang sama-sama menunggu kejelasan dari sang Dokter.

"Kami selaku tim medis, baru dapat men-diagnosa penyakit yang dialami Lucas, setelah kecelakaan itu. Karena butuh waktu, bagi kami untuk benar-benar memastikan penyakitnya...." sejenak ucapan Dokter Dicky berhenti. "Penyakit ini sering dikenal Cedera otak traumatis." lanjut sang Dokter dengan pandangan menelaah.

"Apa itu artinya akan menimbulkan hal serius pada keadaan otak Lucas?" kini Davin yang bertanya, dengan mata yang menurut Valerie seperti menahan sesuatu untuk tidak keluar.

"Tapi kalian jangan terlalu khawatir, kami di sini akan selalu memberikan yang terbaik bagi setiap pasien di rumah sakit ini. Dan kami juga meminta bantuan dari kalian." jelas Dokter Dicky sambil membenarkan posisi kacamatanya.

"Tentu, Dokter demi
kesembuhan Lucas kita pasti siap membantu." ucap Valerie sambil memandang ke arah Davin.

"Itu pasti Dokter." susul Davin.

Valerie dan Davin tengah duduk di taman rumah sakit, setelah tadi berbincang di ruang Dokter Dicky.
Keduanya tampak diam,
dan tak ada yang memulai pembicaraan. Nampaknya, mereka sedang berkutat dengan pikiran masing-masing.

"Val, aku sangat takut." ucap Davin memecah keheningan.

Tak ada jawaban dari bibir Valerie. Yang ada hanya suara isak yang tertahan.
Davin melihat ke arah Valerie, rupanya Valerie menangis. Ia sedang sibuk menyeka air mata yang ada di pipinya.

"Val, jangan menyesali semua yang telah terjadi. Aku yakin, jika kita kuat, Lucas pun akan kuat melawan penyakitnya."
"Ah, tidak Davin. Sampai air mataku habis, keadaan ini tidak akan kembali seperti biasa. Aku sudah mematahkan hidup seseorang." ucap Valerie, dengan sesak di hatinya.

"Tolong jangan ucapkan hal itu lagi, Val! Semua yang terjadi sekarang tidak ada yang pernah menduga, kita hanya menjalankan semua skenario Tuhan."

"Sore nanti, kita harus terlihat kuat di depan Lucas.
Apa jadinya jika kita yang terlihat lebih rapuh, dibandingkan Lucas?" lanjut Davin dengan bijak dan tegas.

Valerie diam, sambil mencerna semua perkataan benar dari Davin tadi.
Dia harus yakin, bahwa jika dirinya kuat, maka Lucas akan lebih kuat melawan penyakitnya.

Saat ini, kau adalah prioritasku, Lucas....

***

Terimakasih banyak ya, untuk semua yang hingga saat ini masih setia membaca kisah
~Valerie dan Lucas~
Dan maaf ya....
Baru bisa update lagi nihh

-Keep Reading ^_^

Next Part ya....

Se-DETIK Cinta [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang