Bunyi ringan dentuman sepatu dengan lantai rumah sakit mengalun menemani langkah empunya.
Memasuki perlahan ruang yang dihuni banyak malaikat mungil nan lucu. Suara dentuman itu mulai berhenti, saat mata tajam yang berangsur angsur melembut menatap malaikat perempuan yang baru saja dilahirkan noonanya.
Dalam tidur yang nyenyak pun peri kecil itu tetap menampilkan kecantikan alamiah nya yang di peroleh dari ibunya juga ayahnya.
Tangan kim bum perlahan menyentuh pipi kembung peri kecil itu, mengelusnya dengan perlahan.
Hembusan nafas ringan kim bum menemani kembali air mata yang menetes, hatinya mulai bergetar lagi.
Dia tak habis pikir bagaimana dengan hidup anak ini?. Baru lahir sudah ditinggal ayahnya sendiri.
Tak kuasa menahan air mata yang mulai deras mengalir dari pelipis matanya, kim bum mulai berjalan keluar. Air mata itu terus menetes tak tertahankan mengalir dengan deras dan pasti.
Si empunya hanya sanggup menyandarkan dirinya di tembok putih dan dingin itu. Perlahan lahan tubuhnya mulai lunglai terjerembab ke lantai. Psikisnya sedang tergunjang saat ini, beberapa orang yang lalu lalang di sana menatap sedih pada kim bum.
Ingin rasanya membantu tapi apalah yang bisa dibantu mengenai takdir Tuhan?.
Kepalanya menunduk mengatup bersama kakinya yang saling bertautan. Biarkan, mungkin itu yang terbaik sekarang untuknya.~Kim Bum~
Rasanya pilu sekali. Air mata yang terus ku teteskan pun tak lagi menjadi penawar yang mujarap.
Apa yang harus aku katakan padanya?. Penjelasan yang bagaimana yang harus aku berikan padanya?. Dia akan terluka, apakah dia sanggup?.
Pikiranku mulai tak menentu aku tak tahu harus bicara dengan siapa. Orang tua so sudah meninggal beberapa tahun yang lalu tidak lama setelah so menikah. Ibu dan ayahku sampai sekarang masih dalam perjalanan yang mungkin lusa baru sampai korea, mengingat jarak yang cukup jauh Amerika-Korea selatan.
Aku tak sanggup melihatnya terluka apalagi menangis, aku tak tega, aku... aku.... aku aahhh Tuhan tolong bantulah aku. Apa yang harus aku lakukan sekarang.
Aku terus memikirkan sampai
'Tuan kim sang bum maaf nyonya kim so eun sudah mulai sadar sekarang walau belum 100% pulih. Mari saya antar'
Langkahku terasa berat mengikuti perawat itu hatiku yang sedari tadi tak nyaman sekarang bertambah tak karuan.
Sampai aku didepan pintu rawatnya, pundakku serasa dibebani berton ton batu. Haruskah aku masuk sekarang atau nanti?. Ku yakini diriku dengan sepenuh hati dan ku paksakan langkahku mendekatinya.
Benar dirinya memang sudah sadar walau masih sedikit linglung. Dirinya mulai melihatku menatapku dengan tatapan sendunya. Tangannya terangkat seraya ingin menggapai tanganku. Perlahan tanganku menyambut tangaan halus nan hangatnya, ku pegang erat telapak tangan itu berharap memberikan sedikit ketenangan dan kekuatan untuknya.
Aku melihat dirinya masih menatapku, namun perlahan air matanya menetes tunggu air mata itu menetes bersamaana dengan senyum simpul yang ia kembangkan.
Terimakasih Tuhan, beban yang teramat berat tadi yang menghinggapi diriku dengan cepat menghilang. Hatiku merasa sangat plong dan
'Bum' ucapnya memecah kesunyian kamar berbau obat obatan itu
'Apakah anakku baik-baik saja bum' lanjutnya dengan sedikit terbata. Dengan masih menggenggam erat tangannya aku mulai menjawabnya
'Istirahatlah dulu nona tak usah banyak berfikir dulu. Itu tak baik untuk kesembuhanmu. Anakmu baik baik saja, ia sangat sehat bobot yang lebih dari cukup dan pasti dirinya sangat cantik' so eun mulai tersenyum simpul lagi, tatapan yang tadi pucat sekarang mulai berbinar.
'Mengingat kau belum pulih benar, dokter tak memperkenangkanmu bertemu dengannya. Ditakutkan jika ia bertemu sekarang dengan mu ia akan tertular sakit. Karena tubuhnya yang masih rentan'
'Tak apa bum aku paham, aku akan segera sembuh aku yakin itu. Bum berikan dia nama kim so yun' ia menyuruhku untuk melengkapi data data yang memang harus diurus setelah bayi lahir.
Begitu bersemangat rasanya diriku, dengan cepat aku kesana kemari sedikit tergesa karena aku tak ingin meinggalkannya terlalu lama. Tunggu pemikiran itu tiba tiba hinggap di otakku, kenapa ia tak menanyakan tentang hyung?
.................'Nona' kim bum berjalan kearah so setelah hampir beberapa jam menyelesaikan surat surat untuk kim so yun. Nama yang indah bukan, seindah yang diberi nama.
So yang masih lemah hanya menatap kim bum dan mengembangkan sedikit senyum dibibirnya.
'Noona ayah dan ibu sudah aku kabari mungkin sampai sini nanti malam. Apakah kau sudah merasa baik sekarang?' Ada nada kekawatiran disana.
'Aku tak apa bum, aku hanya merasa lemas. Kau sudah makan?. Ini masih jam 6 dini hari bum aku tau dari suster jam 1 kau sudah sampai sini. Kau tak tidur?. Tidurlah atau kau akan sakit nanti'. Baik sekali gadis itu, tubuhnya sedang sakit namun masih saja bisa memperhatikan orang orang di sekitarnya.
Kim bum yang memang sangat lelah memilih untuk menurut dan merebahkan dirinya di sofa panjang dekat ranjang so.
'Aku harap kau juga tidur so' ucap kim bum sebelum ia benar-benar terlelap dalam tidurnya. Mimpi mimpi indah mungkin sudah menggapai dirinya hingga belum ada 5 menit berlalu, dengkuran halus sudah terdengar di kuping so.
Di ranjang lain tepatnya di ranjang so eun. Gadis lemah itu sekarang mulai menangis dalam diam, ia terisak dengan pelan.
So mengingat kejadian beberapa jam lalu yang sekarang menjadikan dirinya seperti ini.
Ada rasa bersyukur yang amat besar dari so karena anaknya selamat tanpa kekurangan apaapun.
Dan? Dan suaminya, ia ternyata sangat tahu bagaimana suami nya saat ini sudah terbujur kaku di ruang mayat. Ya benar dirinya tau karena memang di tempat kejadian beberapa jam lalu sebelum banyak orang menyelamatkan mereka jae jong sudah mengatakan perpisahan untuk dirinya dan banyinya.
Kalian tahu bagaimana rasanya?. Orang yang kalian sayang menjemput ajal didepan mata kalian sendiri? Dan sempat berpamitan?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You (Bumsso)
FanficAku tau takdirMu indah, cepat atau lambat Kau tetap mempersatukan kami.