Ch. 5

5.1K 690 41
                                    

Adam menyuap satu sendok nasi goreng spesial dengan telur mata sapi dan kerupuk. Dia mengernyit, mengunyah dengan pelan, kepalanya terangkat menatap ayahnya yang menunggu penilaian Adam, ibunya yang menatapnya penuh harap dan Diana yang menyipitkan mata.

Adam meletakan sendok, meneguk teh panas yang disediakan dalam mug besar.

"Adam lupa belum cek air, pak."

Sebelum ada yang protes, Adam meninggalkan meja makan, meninggalkan tiga orang melongo tanpa mampu bicara.

Bapaknya yang berdeham lebih dulu, memecah keheningan diantara mereka, "jadi..."

"Ga enak kali ya?" potong Diana tidak bersemangat.

"Mungkin kelewat enak, jadi mati gaya?" terka ibunya Adam, gaul.

"Masa sih?"

Diana meraih sendok baru, menyuap satu sendok, dia mengunyah pelan, baru dua kunyahan, Diana menyemburkan nasi gorengnya ke lantai, terbatuk-batuk, menyambar teh panas gelas bekas Adam.

"Iih ga enak!"

Ayah Adam mengulum senyum, mendapat delikan dari ibunya Adam.

"Masa sih ga enak? Sini ibu coba."

"Jangan!" cegah Diana, menahan tangan Ibunya Adam yang hendak mengambil sendok baru, "serius, ga enak, nanti lidah ibu rasanya aneh."

Diana mengangkat piring nasi goreng, membawanya keluar lewat pintu belakang. Dia terkesiap mendapati Adam melipat tangannya didada, bersandar di dinding dekat pintu dapur.

"Ngapain kamu? Nguping? Nunggu celah buat ngolok aku?"

Adam melengos, membawa cangkulnya pergi dari sana.

Huh! Dasar! Orang aneh, geram Diana kesal, membuang nasi goreng buatannya ke tong sampah.

Dia masuk lagi ke dapur, mendapati bapaknya Adam sarapan nasi putih dengan tahu goreng dan sambal kecap. Diana mencebik, duduk disamping bapaknya Adam, menerima seduhan susu coklat sachet yang dibeli ibunya Adam di warung.

"Tadi Adam?"

Diana mengangguk, "pasti sengaja nguping mau ngolokin Diana."

Bapaknya Adam mengulum senyum, melanjutkan sarapannya.

"Nanti neng Diana kesawah bareng bapak," kata ibunya Adam, "kirimin Adam sarapan."

Dengan tidak rela Diana mengangguk, biarin aja sih itu makhluk absurd pingsan kelaparan tengah sawah!

"Diana ganti baju dulu deh, bu."

Diana masuk kamar, mengganti bajunya dengan kaus tangan panjang dan celana kain, tidak mau kecolongan lagi seperti tempo hari, jeans mahalnya yang malang... Diana juga memakai sunblock dan kaca mata hitam. Dia kembali ke dapur mendapati bapaknya Adam sudah menunggu dibangku belakang.

"Mau pakai payung, neng?"

Diana memiringkan kepalanya, tawaran bapaknya Adam itu murni peduli atau sindiran ya?

"Nanti panas," seloroh ibunya Adam, datang dari dalam mengangsurkan payung berwarna ungu polos, "pakai aja."

Diana menerima payung itu dan sebuah rantang plastik juga botol minum yang dikantongi plastik berwarna hitam.

"Bapak berangkat dulu, bu," pamit bapaknya Adam, "ayo, neng."

Diana mengangguk, membuka payung, mengikuti bapaknya Adam dibelakang. Karena dari semalam cuaca cerah, jalan becek tempo hari hilang tidak tersisa, digantikan dengan jalan beraspal asal dan berlobang. Mereka melewati jalan yang Diana lalui bersama ibunya Adam tempo hari, saat hendak menemui pak rt.

Diana & AdamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang