Ch. 9

4.7K 652 36
                                    

"Kok udah pulang?" tanya Ibu.

Diana cemberut, menggedikan dagunya ke Adam yang berjalan di belakangnya.

"Kenapa, Dam?"

Adam mengulum senyum geli, "jatuh, Bu."

"Jatuh?" Ibu menatap Adam, lalu pada Diana yang sudah masuk rumah. "Kok bisa?"

Adam mengerdikan bahu, mengikuti Diana yang sudah masuk kamar. Diana menarik ranselnya, mengeluarkan baju ganti, dia menghentakan kaki ke pintu kamar mandi, menabrak lengan Adam yang juga akan masuk. Diana mendelik, Adam masih mengulum senyum geli.

"Minggir, gak?"

Adam menggedikan bahu, "ini kan kamar mandi saya."

Hidung Diana kembang kempis menahan marah.

"Fine," kata Adam akhirnya, "kamu boleh pakai kamar mandi saya," katanya penuh penekanan.

Diana berbalik, menutup pintu kamar mandi dengan kasar. Satu orang itu ya!! Minta berantem banget!! Diana mendengus, sedih lagi dengan keadaan rambut dan baju mahalnya... Satu persatu kotor kena lumpur kampung...

Diana menghabiskan waktu satu jam untuk mencuci rambut dan tubuhnya. Hingga semua kotoran luntur!! Dia menutup rambut basahnya dengan handuk, hendak menghampiri Ibu di dapur.

"Kamu keterlaluan bercandanya..."

Diana menghentikan langkahnya, Ibu pasti sedang bicara dengan si minta dicekik!

"Kok keterlaluan? Kan Adam juga ikut kotor."

"Kamu tuh..." Ibu tidak melanjutkan kalimatnya, malah tertawa bersama Adam.

Ibu sama anak sama saja!

Diana berdecak, kembali ke kamar, duduk di tempat tidur, menghela napas dalam beberapa kali.

"Kenapa?"

Diana menoleh sekilas, lalu melihat ke arah lain, terlalu malas menghadapi si minta dicekik. Dia mendengar pintu ditutup dan suara langkah Adam mendekat, juga saat laki-laki itu berhenti tidak jauh dari tempat tidur. Diana meliriknya, Adam sedang berjongkok, menarik sesuatu dari kolong lemari. Lalu laki-laki itu berdiri. Diana langsung mengalihkan lagi tatapannya.

"Ini."

Diana bertahan pada posisinya.

"Itu uang, kamu boleh ambil, dengan syarat kamu jauhi Ningsih."

Diana langsung menoleh, matanya menyipit, menatap amplop coklat yang diletakan Adam di tempat tidur.

"Jauhi Ningsih?" desis Diana, "kamu dan Papa menyakiti perasaan aku," kata Diana miris, "dan dengan uang segitu, kamu minta aku buat gak nyakitin perasaan cewe kamu?" Diana mendengus keras, "jangan harap."

"Kalau begitu, kamu akan berhadapan dengan saya."

"Memangnya apa yang sedang aku lakukan sekarang?" tanyanya enteng, "kalau aku gak berani menghadapi kamu, aku gak akan nekat datang ke sini."

Adam mengatupkan mulutnya rapat.

Diana turun dari tempat tidur, menghampirinya, "seperti yang aku bilang, kamu boleh ambil semua peninggalan Papa. Dan aku akan bersenang-senang."

Diana keluar dari sana setelah mengatakan itu. Dia juga keluar dari rumah, mengabaikan Ibu yang menyapanya di halaman depan. Diana terus berjalan, sampai di satu jalan jauh dari rumah, dia menjatuhkan dirinya di pos ronda. Duduk menatap jauh ke arah sawah yang baru tumbuh, dan gunung besar yang puncaknya tertutup awan. Diana mendengus, merasa melihat gambar yang di buat anak SD.

Diana & AdamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang