Ch. 7

5.1K 622 42
                                    

4.30 am

Diana duduk cemberut di tempat tidur, mendelik pada Adam yang sedang berganti baju. Si iblis itu!! Pantas saja kelakuannya sedingin es batu, ternyata dia mandi semalam itu! Diana juga melirik jendela yang sudah dibuka, di luar masih sangat gelap dan sepi, hanya terdengar kokokan ayam jantan entah dari mana. Diana menarik selimut, udara juga sedingin itu!

Si tukang kebun itu pasti sengaja membuka jendela!

Ingin menyiksanya! Ingin mengganggu tidur nyenyaknya!

"Tunggu apa lagi?" Adam bertanya seolah Diana tidak mengikuti perintahnya. Padahal dia tidak mengatakan apapun semenjak membangunkan Diana, "mandi, bantu ibu."

Diana memutar mata, "memangnya kamu pikir aku ini apa?"

"Istri," jawab Adam cepat, "menantu Ibu? Bukankah itu peran yang sedang kamu mainkan?"

Diana mendelik, si tukang kebun itu pasti ingin membalas kemarahan Ibu dan Bapak kemarin!

"Ayo, cepat," perintah Adam lagi.

Diana menyipitkan mata, menendang selimut, yang langsung disesalinya, udara pagi di desa sedingin musim dingin di Eropa! Dia memeluk tubuhnya sendiri, berjalan ke kamar mandi dengan mata tidak melepaskan Adam yang masih menatapnya datar.

Huh! Dasar aneh!

Tidak lebih dari sepuluh menit, Diana keluar dari kamar mandi, rekor mandi tercepatnya! Tubuhnya menggigil, begitupun giginya, bergemeletuk! Dasar tukang kebun itu! Tidak memberitahu air untuk mandi sedingin air es. Diana menyambar handuk Adam yang menggantung di pintu kamar mandi, menyelimuti pundaknya yang terbuka. Dia berjalan kaku seperti robot.

Namun saat melihat tempat tidurnya, Diana mengerjap, tempat itu sudah rapi, dan ada secangkir teh panas mengepul di meja laci. Diana segera mangambil air itu, meniup-niupnya sebentar, lalu meneguknya. Membuat perutnya menghangat, Diana melirik jendela yang kembali tertutup.

Dasar si tukang kebun menyebalkan!

Diana segera mengenakan celana panjang dan kaos, disertai jaket untuk menghalau udara dingin yang masih saja berhembus. Bertepatan dengan selesainya Diana berdandan, sealakadarnya, pintu kamar terbuka. Adam masuk membawa sapu dan lap pel. Diana manatapnya datar, melihat Adam meletakan dua alat itu disandarkan di tepian tempat tidur.

Pantes emang jadi jongos.

"Bersihkan kamar dan rumah."

"Apa?!" Diana memekik.

"Kamu harus membantu Ibu."

Diana menatapnya tidak percaya, "jangan sok nyuruh-nyuruh aku."

Adam mengerdikan bahu, "kamu kan menantunya Ibu."

"Kamu!!" Diana menggeram. Dia sengaja melakukannya! Dia memang sengaja melakukannya! "awas aja kamu!"

Diana menggertakan gigi, merenggut sapu dengan kasar.

"Seluruh rumah, termasuk halaman depan dan belakang."

Diana menghentakan kaki, mendorong jendela kembali terbuka, membuat angin pagi berhembus masuk memenuhi kamar. Diana menatap sapu di tangannya. Ya ampun.... Bagaimana mau membersihkan rumah? Menyapu saja Diana tidak tahu caranya...

"Sweep, sweep," kata Adam datar di belakangnya.

Diana mendelik, "lucu."

Adam mengerdikan bahu, keluar dari sana. Dengan gemas Diana melempar sapu ke lantai, menghentak-hentakan kakinya.

Diana & AdamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang