Ch. 3

5.4K 692 23
                                    

Diana mengangkat ujung celana jeansnya, dia tidak tahu jika semalam hujan, Diana juga tidak tahu jika air akan menggenang, membentuk kubangan antara air selokan, tanah basah dan kotoran kuda. Ew. Diana bergidik jijik.

Apa jalan menuju rumah RT itu harus sesulit ini???

Diana menatap punggung ibunya Adam yang berjalan lebih dulu, tampak gembira menjawab sapaan setiap orang yang berpapasan dengannya.

"A!"

"Maaf, neng!" seru kusir delman sambil lalu.

Diana mengatupkan mulutnya, menatap keji pada kusir pengendara delman yang sudah mencipratkan air genangan kecelananya yang mahal!! Jeans mahal yang dibelinya di Singapore!!

"Kenapa, neng?"

Diana mencebik. Ibunya Adam terlalu retoris!! Sudah lihat celananya kotor dan bau, ew, masih saja bertanya kenapa.

"Yaah, kenapa tadi ga ngehindar pas delmannya lewat?"

Kok jadi dia yang disalahkan? Salah kusir itu dong!! Diana sesenggukan.

"Eh, eh, kok malah nangis?" ibunya Adam jadi panik sendiri, "sini, sini, duduk dulu. Aduh, jangan nangis, neng."

Ibunya Adam membawa Diana duduk dipos ronda yang ada disana, lalu memetik beberapa daun dari tumbuhan yang ada dipinggir jalan, membersihkan jeans Diana yang basah dan kotor. Diana masih sesengukan, menatap ibunya Adam yang telaten.

Sampai satu teguran keras membuat dua wanita itu terlonjak kaget.

"Ibu bukan pelayan dia!"

Adam!

Laki-laki itu dengan setelan lusuh dan kotor menatap Diana tajam, menarik tangan ibunya hingga berdiri, meraih daun ditangannya dan melemparnya pada wajah Diana.

Diana yang tidak siap meringis terkena tamparan dari daun kotor yang jatuh dipangkuannya. Ibunya Adam terkesiap.

"Adam!" tegurnya lebih keras.

Adam mengabaikan teguran itu, dia memilih mengangkat tangan ibunya, meneliti tangan ibunya yang ternyata bersih. Dia menghela nafas lega. Lalu beralih pada Diana yang masih duduk dengan raut terkejut.

Adam menarik tangannya kasar hingga berdiri, "pulang kamu."

"Ah!" Diana memekik, "aduh, sakit, bu, aduuh, bu," Diana meronta, menarik-narik tangannya dari cengkraman Adam, "buu, tolong, sakit."

"Adam, Adam, Adam," cegah ibunya tidak kalah panik, mencegat langkah Adam, "lepasin neng Diana," desisnya, "ini tengah jalan, jangan kasar."

Adam menatap ibunya bergeming.

"Adam," desis ibunya sewot, "lepasin neng Diana, bisa jadi pertanyaan kalau sampai ada yang lihat."

Adam masih bergeming.

"Bu..." rengek Diana, "sakit."

Ibunya Adam menatap Diana sedih, lalu beralih lagi pada anaknya, "Adam..."

"Kenapa, ceu?"

Ibunya Adam terkesiap, begitupun Diana yang hampir jatuh karena cengkraman tangannya dilepaskan Adam begitu saja.

"Eh, pak RT," sapa ibunya gugup.

Laki-laki paruh baya itu menatap Adam, ibunya dan Diana bergantian, "tadi dari jauh, saya lihat Adam tarik-tarikan, kenapa?"

"Tarik-tarikan?" kata ibunya Adam seraya tertawa, "bukan tarik-tarikan, ini istrinya Adam kepeleset, untung ditahan Adam, jadi ga jatuh."

Pak RT itu mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu menatap Diana, "istri?" tanyanya salah fokus, dia menatap Adam kaget, "istri, Dam?"

Diana & AdamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang